cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Tuesday 4 March 2014

Kopi Bali

Ada masa-masa saya jenuh luar biasa dengan aktivitas sehari-hari. Kayak sekarang ini ni, kerjaan bulan ini full, padat banget, dengan tantangan kerja yang itu-itu aja dan mengharuskan saya cuma di belakang meja. Ga ada jadwal kerjaan keluar kantor. Belum ditambah dengan tugas-tugas kuliah. Bahkan saya sempat melanggar peraturan yang saya buat sendiri : "tidak membawa kerjaan kantor ke rumah". Iyahh, itu sukses saya langgar. 

Masa-masa semangat menderu-deru dan tertantang dengan banyaknya kerjaan telah tergantikan dengan capek dan jenuh. Bagi saya, seperti itu siklus mood. Ketika di awal-awal memulai semangatnya luar biasa, kerja kayak ga punya capek. Nanti di puncak-puncaknya kesibukan dan kesulitan, ditambah kesibukan-kesibukan yang lain, argghh..rasanya pingin berhenti dulu. Hahaha...

Nah kalo ada keinginan untuk berhenti itu biasanya saya langsung berusaha mengembalikan mood aja. Ke dapur nyeduh kopi, ato buka kulkas makan coklat. Itu udah cukup.

Ngomong-ngomong tentang kopi, beberapa waktu yang lalu ketika ke Bali saya sempat membeli beberapa merk kopi. Salah satunya Mangsi Coffe. Jujur waktu beli kopi ini bukan karena membaca ingredients di kemasannya, ato dapet rekomendasi dari orang lain. Bukan. Saya beli ini karena tertarik dengan kemasannya yang unik dan beda dari yang lain. Nah lho, jadi ternyata memang benar teori pemasaran bahwa kemasan sangat menentukan dalam penjualan sebuah produk. Yah paling tidak, saya lah konsumen yang terjerat dengan rayuan kemasan. Kemasan unik ambil, menarik bayar, perkara isinya gimana urusan belakangan. Yaa habis gimana dong, emang tadinya belum sempet survei dan cari referensi tentang si kopi Bali. Udah deh, umpama ga enak pun saya udah dapet benefit dari bungkus yang enak diliat. Jadi sodara, enak diliat itu ternyata kepuasan tersendiri lho buat saya. 

Berhubung saya dan suami emang penggemar kopi, jadi umpama tidak enak pun tetep harus kami coba se-tidak enak apa rasanya. Untuk memperkaya pengalaman rasa. #Diihh sok tahu tentang kuliner.

Ternyata Mangsi Coffe, yang tadinya dengan bego-nya saya baca Manggo Coffe karena buru-buru, itu rasanya enaakkk bannggeet. Mantep lah dengan harga yang cuma segitu. Ini kopi dengan perpaduan rempah-rempah di dalamnya. Jadi kamu bayangin aja kopi dicampur dengan jahe, secang, merica, pala, pokoknya rempah-rempah lah ya. Bayangin gimana rasanya. Ini lebih kaya rasa daripada kopi jahe. Rasa kopi tetap dominan, tapi rempah-rempahnya juga ga mau ketinggalan menyundul-nyundul di lidah. Jiaahh.

Mangsi Coffe ini bukan saya temukan di Krisna Bali pusat oleh-oleh yang paling besar dan terkenal itu. Di sana saya juga udah membeli beberapa bungkus kopi juga lho. Tapi harta terpendam justru ada di Cening Ayu, pusat oleh-oleh juga, tapi dengan jualan andalan Pie Susu dan Kaos Lukis. Wiihh..mantap nih, saya memang udah menjadikan Pie Susu dan kopi sebagai list wajib oleh-oleh. Ya iya lah, oleh-oleh tu yang beda gitu lho biar berkesan. Masak tiap orang pergi ke Bali oleh-olehnya kalo ga kain Bali ya gantungan kunci, ato Salak Bali. He he he.. #mintadigampar.

Di depan Cening Ayu



Ini lho Mangsi Coffe, tadinya sekilas saya bacanya Mango Coffe. Baru ngeh setelah sampe rumah

Tapi kembali ke soal selera sih ya. Temen saya yang saya bawain kopi ini bilangnya ini bukan kopi, tapi wedang secang. Ahh apa pulak itu bang?? Mungkin karena ada rasa rempah-rempah di dalamnya, jadi rasa kopi di lidahnya jadi terganggu. Sebodo teuing lah, buat saya si kopi wedang secang ini udah oke banget untuk mengembalikan mood saya yang sempat musnah ditelan kerjaan kantor dan kuliah yang menyiksa ubun-ubun. Kopi panas, makan coklat, duduk di teras sore-sore. Ambooiii...melihat tumpukan dokumen seperti melihat berlian. Hahaha...

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena