cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Tuesday 18 February 2014

Bukan Taman Biasa


Sstt... ada Pipa Bercerita

Dari namanya udah ketauan kalo ni taman bukan sekedar taman bermain biasa. Yeah, that is Taman Pintar. Terletak di Jl. Panembahan Senopati 1-3, Taman Pintar tepat berada di jantung kota Jogja. Tempat ini memadukan tempat rekreasi dan edukasi.

Taman pintar memiliki arena bermain dan sekaligus sarana edukasi yang terbagi dalam beberapa zona. Ada Playground, Gedung Heritage, Gedung Oval, dan Gedung Kotak. Bagian pertama yaitu Playground merupakan area penyambutan, permainan, juga sebagai ruang publik bagi pengunjung. Di tempat ini terdapat sejumlah wahana bermain untuk anak seperti Forum Batu, Pipa Bercerita, Rumah Pohon, Parabola Berbisik, Air Menari, Desaku Permai, Jembatan Goyang, Spektrum Warna, Dinding Berdendang, Sistem Katrol, Istana Pasir, Engklek, dan Jungkat-jungkit.

Taman Air Menari. Jangan lupa bawa baju ganti kalo ke sini.


Tau kalo mau difoto, si Ed narik katrol dengan ekspresi datar



Lihat gambar atas dan bawah. Edsel tetep yah dengan gaya andalannya : telunjuk di pipi !

Bagian Kedua adalah Gedung Heritage. Gedung ini diperuntukkan bagi anak-anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Di dalamnya terdapat pendidikan dan permainan untuk anak-anak seusia itu. Kebanyakan sih yang masuk ke gedung ini dari rombongan sekolah. Makanya kita ga masuk kesini karena mengingat waktu yang terbatas dan belum sesuai aja untuk usia si Ed. Takutnya si Ed kurang bisa menikmati.

Bagian selanjutnya yaitu Gedung Oval. Gedung Oval terdiri dari zona pengenalan lingkungan dan ekshibisi ilmu pengetahuan, zona pemaparan, ilmu pengetahuan dan teknologi.


Di dalam Gedung Oval, cakep ya?


Tebak ini apa? Ini bocah eike yang guling-gulingan di lantai. Kesenengan liat gambar ikan yang bisa idup dan gerak. Ckckc...

Nah yang terakhir atau keempat adalah Gedung Kotak yang mempunyai tiga lantai. Lantai pertama ada radio anak Jogja, ruang pameran, food court, ruang audiovisual, dan souvenir counter. Lantai kedua sebagai zona materi dasar dan penerapan iptek yang terdiri dari jembatan sains, perpustakaan, Indonesiaku, teknologi canggih, dan teknologi populer. Sedangkan lantai ketiga terdiri dari laboratorium courses class, sains,animasi, dan tv


Nah beli tiketnya meskipun ada dalam 1 loket, tapi tiketnya sendiri-sendiri sesuai gedung mana yang ingin kita masuki. Harga masing-masing tiket juga beda-beda. Misalnya nih, kalo cuma masuk ke Gedung Kotak plus Gedung Oval (ni Gedung nyambung ya, jadi tiketnya juga cuma 1) bayarnya 15 ribu. Gedung PAUD udah beda lagi tiketnya. Trus kalo nanti mo main clay atau lukis gerabah juga beli tiket sendiri 5 ribu perak. Gitu juga kalo mo nonton film 3 Dimensi, dan yang lain-lain. Jadi beli tiketnya sesuai kebutuhan aja ya.

Ups, jangan lupa, di Taman Pintar ini juga ada Planetariumnya. Keren lho, ga kalah ama yang ada di Jakarta. Harga tiketnya @ 15 ribu untuk dewasa. Kalo ga salah dalam sehari ada 2 kali pertunjukan, dengan durasi 30 menit. Sayangnya Edsel ga suka di Planetarium ini. Jadi selama pertunjukan berlangsung, dia merem atau noleh ke samping, ga mau lihat ke atas. Ehh tau-tau ketiduran deh. Hehehe. Katanya sih dia ga suka nonton dengan ruangan gelap gitu. Alamaakk...ga bisa diajak nonton ke bioskop dong kalo gitu. Padahal emak babenya demen nonton film.

Gelap-gelapan di Planetarium. Edsel doesn't like !!

Oh iya, kalo ke sini kamu bisa sekalian mampir ke Shopping, karena memang ada akses langsung ke situ. Deretan toko-toko buku yang bikin ngiler pingin borong buku-buku bagus. Jangan lupa nawar ya. 

Kalo lapar juga ada food court di lantai dasar, tapi mahaall dan kurang enak. Kalo mau mantep, nyebrang aja ke pinggir jalan. Ada tenda yang jualan lotek, gado-gado, dan pecel yang bikin nagih. Harganya juga terjangkau. Mak nyuss deh dibandingin makan di food court, cuma tempatnya emang kurang nyaman. 

Saran saya yang terakhir ni, di dalem lokasi ada yang jual sosis bakar yang enaaakkk bangeeett. Tapi tanya dulu harganya ya, jangan sampe terbelalak kayak saya yang udah kadung borong banyak. Hihihi... 

Selamat menjelajahi Taman Pintar. Saya sukaaa liburan.


Read More

Saturday 8 February 2014

Sudut Pandang Lelaki

Beberapa hari yang lalu salah seorang sahabat saya_sebut saja namanya Rosa (bukan nama sebenarnya) mengirim email kepada saya. Bercerita tentang betapa ia sudah seminggu ini tidak berselera makan, tidak nyenyak tidur. Selain itu ia juga jadi sering melamun. Pekerjaan yang biasanya selesai dalam waktu 15 menit misalnya, bisa mengacau menjadi setengah jam gara-gara diselingi melamun.

Akibat kurang makan, ia terkena penyakit maag. Ia juga sekarang sedang flu berat karena daya tahan tubuhnya disabotase kualitas tidur yang buruk. Aduh kalo membaca tulisannya, saya membayangkan ia sedang menghadapi masalah yang berat. Tetapi email selanjutnya membuat saya tertawa sekaligus prihatin. Aiihh..ia ternyata sedang jatuh cinta!

Tadinya saya hendak tertawa dan bilang, "Jadi kamu CUMA jatuh cinta?? Sampe segitu rupa??"

Ups... kemudian saya sadar, bagi Rosa jatuh cintanya ini bukan sekedar 'CUMA'. Ia seorang wanita dewasa, cerdas, dengan karir yang bagus. Ia juga bukan baru pertama kali ini jatuh cinta. Ia bukan anak ingusan polos yang baru pertama kali tertarik dengan lawan jenis. Tentu akan sangat salah sekali jika saya meneriakinya 'cuma jatuh cinta'.

Pertanyaannya selanjutnya membuat saya mengerutkan dahi, "Apa laki-laki juga begini jika jatuh cinta? Tidak enak makan, tidak enak tidur, ritme hidup jadi kacau balau. Rasanya kok tidak adil jika wanita sampe begini, tapi lelaki yang kami 'jatuh-cintai' adem-ayem saja."


Hmmm..saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Karena toh jika saya tanyai suami apa ia pernah kalang kabut ketika jatuh cinta dengan saya, maka suami saya nan dingin itu pasti menjawab tidak. 

Mungkin saya pernah mengalami masa-masa seperti itu. Yaa tidak separah itu sih, tapi mirip. Di mana komunikasi masih terbatas, ketemu juga sangat sulit, maka kondisinya bisa seperti Rosa tadi, kepikiran terruuss. Saya juga pernah iseng menulis di buku diary, apa si dia juga memikirkan saya hingga seperti ini? Tapi kalo pun tidak, saya sudah cukup maklum. Saya tidak pernah merasa diperlakukan tidak adil. Jatuh cinta dari sudut pandang lelaki_menurut saya lho ya_ tidak perlu dimaknai sangat melankolis. Ia suka, ia cinta, dan itu ia tanam cukup di hatinya. Tidak perlu digembar-gemborkan, tidak mempengaruhi aktivitasnya. Kalo pun mempengaruhi, itu sangat sedikit. Tidak sampe lah membuat lelaki-lelaki ini terdampar sakit. Selembut apa pun hati lelaki, ia punya rasa gengsi dan kekuatan yang membuat ia tidak perlu menjadi cemen oleh perasaan. Berbeda sekali dengan kita yang mudah tersentuh perasaannya. Ketika sedang bahagia, bahagianya sampe semua anggota tubuh kita seolah-olah bisa tersenyum semua. Kalo sedang sedih juga kayaknya pingin nangis terus aja. ( idihh...analoginya ga bagus gitu ya? Hehe )

Nah kalo menuntut lelaki untuk sama seperti kita, ya ga bisa jeng. Meskipun mungkin rasa cinta si lelaki ga kurang banyaknya dengan wanita. Tapi ia ga sampe gegulingan berdarah-darah karena rasa kangen yang tak tersalurkan. Lelaki ingin juga segera nyamperin wanita ketika sedang kangen, sehingga tidak perlu menahan rasa yang mengharu biru (maaf ya tulisan kali ini sangat-sangat lebay). Tapi lelaki dewasa, yang sudah punya banyak urusan dan pekerjaan, tidak bisa langsung tancap gas semudah itu. Ia punya banyak pertimbangan, mana yang lebih penting, mana yang lebih baik untuk segera didahulukan dan mana yang bisa nanti-nanti. Dan nikmati saja, kelak kalo ia sudah jadi milikmu seutuhnya, ia juga akan seperti itu kok. Tidak langsung mendatangimu hanya karena kangen. Hahaha...

Maaf para lelaki yang membaca tulisan ini jika ternyata pendapat saya salah. Hehe...
Read More

Thursday 6 February 2014

Sok Investasi



Hidup di jaman sekarang, musti pinter-pinter ngakalin deh. Gimana ga? Yang tempoe dulu jadi kebutuhan sekunder sekarang jadi primer, dulu tersier sekarang sekunder, dulu cuma ngayal sekarang jadi tersier. Nah lho, daily need kita makin tambah sekarang, ga cuma urusan perut doang.

Itu baru ngomongin pergeseran kebutuhan. Belum soal hari depan, investasi. Eh, tapi investasi masuk kebutuhan juga kan yak? Beuhh...ujung-ujungnya kebutuhan kita makin banyak deh. Soal pendidikan anak nih yang sering jadi kepikiran saya. Someday, Edsel pasti sekolah. Kami sebagai orang tuanya mungkin ga akan bisa ngasih bekal harta benda yang cukup sampe ia dewasa. Tapi paling tidak kami harus memberi ia pendidikan yang layak, yang cukup bagi dia untuk bekal hidup. Nah liat biaya sekolah sekarang aja udah cukup bikin merinding, gimana belasan tahun mendatang?? Hiii... bikin pikir-pikir lagi mau punya anak banyak. Hehe... Karena 'kemerindingan' itulah makanya kami jadi berpikir untuk MEMBELI MASA DEPAN DENGAN HARGA SEKARANG (minjem istilahnya Pak Muhammad Nuh ya, sang menteri pendidikan). Ngumpulin duitnya sekarang, tapi diharapkan bisa membiayai ia sampe sekolah tinggi nanti. Muluk banget ya bok?? Hehe... biar!

Ngumpulin duitnya kalo dengan cara nabung konvensional, rugi cin! Bunga bank, atau bunga deposito sekali pun ga akan bisa mengimbangi laju inflasi yang per tahunnya bisa mencapai 12%. Beli cabai yang 10 tahun lalu ....(isi sendiri ya), sekarang ...(isi sendiri juga,hehe). Gilak kan? Bayangin kalo sekarang saya punya tabungan 10 juta, 15 tahun mendatang saat Edsel kuliah, duit  segitu mungkin cuma cukup buat uang makan 1 bulan, atau mungkin kurang?

Pinginnya sih beli tanah atawa rumah di tempat yang strategis, trus dikontrakkin. Duit mengalir tiap bulan sementara harga aset kita itu pun terus menanjak naik. Apalagi kalo tanah atau rumah kita itu barang sepuluh biji, hahaha .... Ongkang-ongkang di rumah aja kita. Yahud kan? Tapi ga setiap orang punya modal buat beli properti, termasuk saya. Harga tanah yang gila-gilaan, apalagi di lokasi yang bagus, membuat investasi ini ga bisa terjangkau oleh semua lapisan. Akhirnya investasi kami berhenti di logam mulia dan reksadana saja.

Logam mulia atau emas masih merupakan pilihan favorit untuk banyak kalangan. Harganya yang rata-rata terus naik dan kemudahannya untuk dijual kapan saja merupakan salah satu alasan emas masih diminati, selain juga bling-bling cantiknya yang digilai kaum wanita. Tapi saya nih, untuk keperluan investasi sengaja pilih yang emas batangan, bukan perhiasan. Harga emas perhiasan dibebani biaya pembuatannya, ketika menjualnya pun masih dipotong harga pembuatannya itu sehingga kurang maksimal untuk tujuan investasi. 

Logam mulia (khususnya yang keluaran Antam) yang asli ada sertifikatnya, jadi dijual di mana pun harganya sama mengikuti harga emas dunia. O iya, jangan terkecoh dengan mitos bahwa harga emas terus naik ya. Harga emas bisa naik, sering juga turun. Tapiii... untuk jangka panjang memang cenderung naik. So disaranin  untuk investasi si kuning ini paling ga 1 tahun, baru dijual gitu bok. Soalnya kalo kurang dari 1 tahun udah main jual aja, kemungkinan rugi. Apalagi dengan kondisi kayak sekarang yang harga emas terus jatuh. Kalo mau tlaten, beli pas harga rendah/turun, jual pas harga naik. Di situ margin keuntungannya. Tapi kalo saya mah ga suka ribet. Punya duit beli, simpen, anggap ga punya. Kan udah diniatin buat sekolah anak, jadi jualnya besooooookkkk kalo udah butuh duit buat sekolah.

Instrumen investasi kedua, reksadana. Ini nih yang saya sering tutup mata, bener-bener anggap ga punya. Soalnya kalo dicek melulu bisa ketar-ketir karena IHSG sekarang turun mulu, kagak pernah melaju naik kayak yang dulu-dulu. Bukannya untung, tapi bangkrut. Bayangin salah satu reksadana yang saya beli dengan NAB harga 3.000, sekarang anjlok jadi 2.300. Tega banget kan?? Tapi lagi-lagi karena emang udah diniatin untuk jangka panjang, untuk sekolah Edsel, asumsinya ke depan tetep bakalan untung daripada nabung konvensional. Iya lah, kalo ga mikir gitu, bisa langsung kalap saya, jual juaal juaaall !!!

Intinya, walaupun duit kami saat ini cuma seiprit, keadaan ekonomi kami juga belum bisa dikatakan mapan, tapi ga adil rasanya kalo kami hanya memikirkan kebutuhan masa sekarang. Semua habis untuk konsumsi sekarang.

Nanti memang lah tetap nanti, tapi jika 'nanti' itu bisa diusahakan sekarang, kenapa tidak? Paling ga itu lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa. Hasilnya? Serahkan saja pada Yang Maha Kaya. Kami mah si miskin yang cuma berusaha.

Siap untuk investasi? Investasi itu mudah, ga perlu nunggu kaya.


Read More
Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena