cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Sunday 24 January 2016

Banana Cake by Erna

Banana cake ini bikinan Erna, adik kelas saya sewaktu SMP yang kegigihannya untuk mewujudkan visinya sungguh sering membuat saya geleng-geleng kepala.

Sebenarnya saya ga ngefans-ngefans amat sih dengan kue berbahan dasar pisang dan tepung ini. Tapi dulu saya termasuk rajin bikin kue ini, saking banyaknya pisang yang kematengan di rumah.

Pertama kue ini mendarat di rumah, sebenarnya saya langsung kaget juga sih. Packaging-nya dengan kotak snack yang kecil itu, waaduhh.  Oke, ini mungkin demi menghemat biaya operasional. Tapi menurut saya, ini justru terlihat kurang profesional dan biaya yang dihemat juga tidak signifikan. Terlebih kotak snack-nya eksklusif, ditambah dengan kantong plastik yang juga eksklusif. Malah sayang kan? Atau mungkin ini strategi penjualan juga biar terlihat unik dan berbeda? Bisa jadi. Tapi dengan dikemas kotak snack, begitu dibuka akan terlihat kue-kue ini berantakan, seperti disusun setelah dipotong. Tidak seperti jika dikemas di kotak cake yang terlihat ditaruh dan dipotong di situ jadi terlihat rapi dan rapat. Aih...bahasa saya belepotan. Ya pokoknya begitu lah. Semoga bisa dimengerti. 

Kotak untuk cake sebenarnya ga mahal-mahal amat lho. Ada yang sederhana sehingga bisa menghemat budget, namun tetap terkesan 'ini cake bukan snack box'.

Yang pertama mencicipi banana cake ini adalah Edsel, dan dia hampir menghabiskan dua kotak dalam sekali makan! Wah prestasi nih. Si Ed biasanya tidak suka banana cake, berarti ada yang spesial. Memang benar, terlepas dari packaging yang membuat saya kecewa, tapi rasanya memang enak benerrr. Legit, rasa pisangnya tidak pelit. Dan untuk saya yang tidak suka manis, rasa manis kue ini tidak berlebihan. Perpaduan manis pisang dan manis gula terasa balance. Taburan keju parut dan coklat meises di atas kue ini juga makin membuat rasanya sempurna.



Sayang seribu sayang, lezatnya kue ini harus terganggu dengan tampilannya. Untuk sebuah cake, potongan kue ini terlalu kecil, dan terlalu tipis. Ah sayang sekali. Bisa jadi ini juga untuk mengakali biaya. Kue tetap enak, tanpa mengurangi takaran bahan, tapi potongan dibuat kecil dan banyak. Padahal menurut saya. Jangan deh mengorbankan persentasi. Tampilan itu hal pertama yang terlihat yang akan membuat makanan itu terlihat enak bahkan sebelum rasanya sampai di mulut kita.

Kalau potongan cake seukuran ini, tampilannya jadi cantik
Tapi tetap saja ya, untuk sebuah harga yang cuma dua puluh ribu perak untuk loyang kecil, kue ini juara deh. Saya sih berharap, demi untuk kepuasan pelanggan, namun tetap mengakomodir konsumen dengan low budget, Erna akan bikin dua versi kue-kuenya. Ya kalo boleh pinjam istilah : 'mau yang kelas premium atau yang ekonomis?'. Saya yakin kok, dua-duanya akan tetap enak. Namun beda persentasi saja mungkin. Sayang kan kalo kita udah cocok dengan rasanya trus mau pesen buat oleh-oleh atau hantaran tapi tampilannya kurang cantik.

But, tapi makanan itu kan soal selera yah? So, penilaian saya dengan orang lain bisa saja berbeda atau mungkin berkebalikan. Hubungi Erna aja deh untuk yang penasaran. Bisa chat langsung sama dia via BBM di PIN 54509816. Dia anaknya asik dan komunikatif banget. Jadi kalo kamu pingin dibikinin apa yang kamu ga mau bikin sendiri, hubungi dia aja, niscaya gadis manis ini akan berusaha memenuhi kenginan kamu. Dia ga hanya bikin banana cake lho, ada pizza, stromboli, brownies, kue bandung, dan entah dia punya ide gila apa lagi.

Ini saya ga promosi berbayar ya. Sungguh. Saya seneng aja bantu dia ngenalin dagangannya ke temen-temen yang belum tau. Kecuali setelah saya posting ini, tiba-tiba besok pagi saya dapat kiriman pizza gratis. Hehe...*ngarep.


Read More

Saturday 23 January 2016

Misteri Demam Si Bungsu (III-habis)

Senin, 18 Januari 2016
Bangun pagi hal pertama yang saya lakukan adalah mengukur suhu si 2nd baby dengan telapak tangan (!!) karena setiap ditempelin termometer berontak melulu. Anget sih, tapi jelas suhu sudah turun dibanding kemarin. 

Eh tapi dia kok lemes sekali ya? Sama sekali tidak mau tersenyum dan merayap seperti biasa. Panik pun melanda. Jangan jangan... Saya selalu ingat pola demam pelana kuda yang dimiliki oleh penyakit demam berdarah. Suhu tinggi selama kurang lebih 3 hari, kemudian turun. Dalam masa suhu turun ini klinis anak terlihat lemah sekali. Ini lah masa kritis. 

Saya periksa lagi ruamnya. Jangan-jangan ini ruam tanda-tanda DBD. Banyak literatur menyebutkan ruam DBD dan ruam campak mirip. Ya Allah jangan!

Saya segera menyiapkan segala sesuatu untuk membawa Akis tes darah. Saya tidak mau kecolongan ya Allah... Apalagi maraknya kasus DBD di musim penghujan sekarang. Sambil menunggu kakung yang akan mengantar ke rumah sakit, saya tetap memberinya makan dan camilan seperti biasa sambil pantau keadaannya.

Hei...tapi dia makannya banyak lho. Dan mulai merayap kemana-mana meski wajahnya belum terlihat sumringah. Coba baca-baca lagi artikel DBD dari Milis Sehat, juga print out jawaban-jawaban tentang DBD dari dokter di milis. Kayaknya behavior Akis tidak memenuhi syarat untuk disebut lemah. Lhah meski wajahnya tidak ceria tapi makan minum banyaakkk. Merangkaknya juga ga males-malesan.

Oke, kami tidak jadi tes darah. Meski saya harap-harap cemas juga sih, takut salah ambil keputusan. Tapi ayahnya menguatkan saya : tidak usah tes darah, he is very well! Ayahnya yakin demamnya Akis karena ruamnya itu. Entah campak, rubella atau apa pun. Itu hanya virus. Dan virus memang hanya bisa dilawan dengan daya tahan tubuh bukan? Tenang saja, si Akis anak ASI yang kuat. 

Semoga ya Allah, semoga. Semoga demamnya memang hanya karena ruam itu. Kalaupun memang benar demam berdarah pun, selama daya tahan tubuh kuat, tidak mesti horor kan. Tidak melulu harus pasang infus, minum obat, transfusi darah, dan sederet kehororan lainnya tentang pasien DBD. Bismillah semoga apa pun itu daya tahan tubuh Akis yang akan menang. Amiinn.

Selasa, 19 Januari 2016
Ruam di wajahnya makin banyak. Bentuknya tidak lagi merah melebar seperti bentol digigit nyamuk, tapi kecil-kecil.


Ruamnya makin banyak.

Demam sudah tidak ada lagi. Meski masih banyak tidur siang (karena biasanya tidak pernah tidur siang), tapi wajahnya sudah terlihat cerah. Suka senyum seperti biasa. Babbling juga sudah kembali...he he he.

Rabu, 20 Januari 2016
Ruam mulai menyebar. Behavior? Wis, kembali ke asal. Pendekar Rajawali sudah kembali. He he he...

Ruam mulai merata, tapi anaknya sudah kembali aktif seperti biasa

Jadi, demamnya dia karena apa? Teething? Campak? Rubella? Roseola? Atau demam berdarah? Saya juga tidak tahu *mengedikkan bahu. Kalau kata ayahnya, ini demam campuran antara teething dan campak. Karena Allah sayang Akis, biar dia ga bolak-balik demam, jadi demamnya dirapel. Pusingnya orang tua juga biar hanya sekali aja.

Entahlah *mengedikkan bahu lagi.

The end.

Read More

Thursday 21 January 2016

Misteri Demam Si Bungsu (II)

melanjutkan Sabtu 16 Januari 2016
Sampe rumah obatnya langsung saya minumkan karena Akis luar biasa rewel. Kecuali sirup antibiotik karena saya yakin Akis tidak butuh antibiotik. Sebenarnya obat yang lain selain parasetamol pun saya yakin dalam kondisi saat ini belum dibutuhkan. Tapi karena sudah dijadikan puyer saya kan tidak bisa milih-milih.  

Oh iya, Akis juga ditempeli gel penurun panas oleh bidan. Waktu itu sebenarnya saya sudah tanya bukankah prinsip penanganan demam adalah dikompres dengan air hangat, kenapa dikasih gel yang dingin. Tapi kata beliau kalo air iya harus hangat, tapi gel beda dengan air. Gel justru kebalikannya : harus dingin.

Iya tentang gel penurun panas itu sebenarnya saya masih ragu-ragu, sama seperti puyer yang akhirnya saya minumkan. Tapi memang saya panik. Mungkin lain kali kalo saya merasa tidak enak untuk menolak obat, saya minta obatnya tidak dicampur jadi satu. Sendiri-sendiri aja, jadi kalo cuma yakin butuh salah satu, yang lain tidak perlu diminumkan.

NB : jangan meniru saya ya. Lebih baik jadi pasien yang kritis. Bukan manut tapi palsu seperti saya. Ah, ini karena rasa pakewuh saya yang tinggi. Ini juga karena saya yakin bu bidan sungguh berniat baik dan ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya.

Setelah minum obat dan saya susui, Akis masih rewel, tapi cuma sebentar. Setelah digendong dan diayun-ayun Ayahnya dia pun tidur pulas. Hanya terbangun 2 kali untuk minta ASI.

Karena saya capek sekali, akhirnya niat mau browsing tentang kegunaan dan efek samping obat-obatan dalam puyer tadi pun ikut terlelap bersama saya.

Minggu, 17 Januari 2016
Paginya si bungsu bangun dengan ceria meski males-malesan dikit. Suhunya 38,1. Oke lah masih belum normal. Tapi obat sudah saya stop.

Semakin siang suhu semakin naik. Pukul 13.00 sudah mencapai 38,3 dercel. Semakin sore semakin tinggi. Lagi-lagi setelah maghrib suhu sudah nangkring di 39,6 dercel lagi. Hmm... Rewel pun semakin menjadi.

Obat saya jublakin lagi karena tak tega melihat kerewelannya.

Setelah minum obat, masalah baru muncul : tidak mau disusui! Alamak. Kalo biasanya menyusui adalah penenang di saat rewel, sekarang tambah rewel karena dia pingin nyusu tapi ogah karena seperti trauma dengan obat.

Saking capeknya nangis dan badan yang ditegang-tegangkan, dia tidur karena kecapekan.

Ahh saya sedih luar biasa.

Sampe di sini saya jadi ragu-ragu, benarkah demamnya karena teething? Selama ini kah demam karena mau tumbuh gigi?

Saya perhatikan ruamnya. Mungkinkah dia kena roseola? Tapi karakteristik roseola adalah ruam muncul ketika demam sudah turun. Berarti bukan roseola. 

Rubella? Bisa jadi. Karena ruam timbul saat masih demam. Tapi salah satu ciri rubella adalah ruamnya merata, dan umumnya demam tidak terlalu tinggi. Si Akis ruam hanya di wajah dan sebagian kecil tangan saja.

Atau campak?? Campak ditandai dengan demam tinggi, batuk pilek, sensitif terhadap cahaya atau fotofobia, konjungtivitas. Akis punya ciri kedua : selama demam dia sering mengedip-kedipkan mata tanpa kita tahu alasan jelasnya. Bisa jadi ini yang dimaksud fotofobia, mudah silau terhadap cahaya. Selain itu ruam muncul di saat demam masih tinggi. Ruam muncul di dahi dan wajah. Persis Akis ini mah!

Tapi masak iya umur 8 bulan campak? Lagian dia ga batuk pilek. Dia juga demam tinggi hanya ketika malam hari. Jadi apa donggg?? Hadeehh sungguh misteri.

to be continued ...
Read More

Tuesday 19 January 2016

Misteri Demam Si Bungsu ( I )

Kamis, 14 Januari 2016
Sore, sepulang saya dari kantor, dahi dan tengkuknya anget. Tidak terlalu saya pikirkan, toh anaknya masih ceria. Malam juga masih anget, saya belum mengeluarkan termometer karna yakin he was okay.

Jumat, 15 Januari 2016
Bangun pagi hari sudah mulai agak panas. Termometer menunjukkan angka 38,5 dercel. Ini sudah kategori demam. Saya minta izin untuk tidak masuk kantor (karena saya juga sedang demam karena common cold)

Sampe siang si bungsu tetap tidak menunjukkan tanda-tanda batpil. Saya priksa giginya, oh muncul dua gigi di bawah, satu udah terlihat jelas, yang satunya lagi baru mbedhusul sedikit. Merasa lega karena demamnya kemungkinan besar karena teething.

Pukul 18.00 demam naik ke 38,6 dercel.

Sabtu, 16 Januari 2016
Seharian suhu badannya di angka 38,8 dercel. Anak masih main dan aktif merangkak ke sana kemari. Makan terlihat berselera, tetapi setiap saya suapin mau muntah hoek, dan hoek lagi. Coba saya ganti tekstur yang lebih lembut, bubur saring seperti usia 6 bulan. Eh dia lahap sekali. Sepertinya dia tidak bisa mengunyah (atau menelan?) yang bertekstur kasar seperti biasanya.

Setelah shalat maghrib suhunya 39,6 dercel. Akis mulai ga nyaman, bentar-bentar rewel dan gelisah. Oh dia butuh pain killer. Saya lihat di kotak obat persediaan parasetamol habis. Kami bawa dia ke bidan untuk minta parasetamol.

Dilihat bidan ada ruam ruam merah di wajah. Bentuknya seperti bentol digigit nyamuk tapi lebih lebar dan tidak menonjol, dan tengahnya ada bintil kecil berisi cairan (kecil banget sampe ga keliatan kalo ga diraba). Sebenarnya ruam itu muncul di hari Jumat, tapi saya pikir itu cuma digigit nyamuk aja.

Ruam-ruam merah di wajah, melebar dan merah jelas sekali. Belum terlalu banyak
Dikasihlah puyer berisi paracetamol, prednisone, dan chlorpheniramine, dan sirup amoxsan. Waduh saya surprise juga. Banyak nian obatnya. Itu tadinya saya juga tidak tahu isi puyernya apa saja, tapi saya minta untuk ditulis resepnya. Ketika saya tanya apa benar semua obat-obat itu dibutuhkan dalam kasus anak saya (padahal saya cuma minta parasetamol), dan dijelaskan dengan penuh optimis, saya iyain aja deh. Aduuh saya ga enak berdebat sama bu bidan ini. Beliau udah baiiikkk banget menolong saya sejak hamil anak pertama sampai di waktu-waktu darurat kapanpun dan kenapa pun.


to be continued...
Read More

Thursday 14 January 2016

FTO Roro Mendut

Disclaimer : saya bukan agen Roro Mendut yaaa... Jadi review ini independen.

Awalnya saya tertarik membeli FTO (Face Treatment Oil) Roro Mendut karena tak tahan bujuk rayu seller/agennya. Terlebih ketika bawa-bawa nama argan oil (bisa di-search tentang keunggulan argan oil ya). 

Pas saya udah jadi beli, saya cek di kemasannya kok ga ada komposisi argan oil. Hanya : "tea tree oli, rosel tip oil, jeruk, oryza sativa/rice (bran) oil, sun flower (canola)" begitu yang tertulis. Et dah, ini trik marketing dengan memanfaatkan nama argan oil_yang sempat hits banget_biar produknya laku ato gimana sih? Yo wis lah, udah dibeli ini. Ga ada salahnya juga nyobain. Menuntaskan rasa penasaran. Seperti apa sih produk yang kayaknya heboohh banget dijual temen-temen secara MLM. 

Harganya Rp 130.000,-. Kemasannya mungil dengan netto 15 ml dalam botol kaca. Kata seller-nya sih, FTO ini ada tiga macam : lifting dengan khasiat agar kulit awet muda, brightening untuk mencerahkan, dan acne untuk kulit yang berjerawat. Saya pilih yang brightening yang bungkusnya warna kuning.



Begitu produk sampai di tangan saya, belum saya buka kemasan kardusnya pun wanginya udah kemana-mana. Wangi jeruk purut. Hmmm...saya sukaaa sekali karena seperti punya efek menenangkan. Dibuka kemasannya kardusnya, tambah seluruh ruangan wangi jeruk purut.

Cara pakainya cukup tetesin 2-3 tetes di telapak tangan (tutupnya berbentuk pipet, macam sirup parasetamol untuk bayi aja, he he he ). Usapkan merata ke wajah, dan tepuk-tepuk ringan dengan tangan. 

Klaimnya sih untuk yang brightening bisa mencerahkan wajah dan menghilangkan noda hitam di wajah termasuk bekas jerawat dan flek-flek hitam. Tapi efek itu ternyata ga saya dapatkan sampai saya habis satu botol. Menurut perasaan saya, wajah saya ga tambah cerah, noda-noda hitam di wajah pun ga hilang, mata panda ga ada kurangnya. Mungkin ini harus diikuti dengan penggunaan lulur dan maskernya juga biar manfaatnya optimal. 

Tapi yang saya suka dari produk ini, kemampuan melembabkannya! Wajah jadi enak dan berasa kenyal banget kalo habis pake ini. Kulit di sekitar ujung bibir yang biasanya kering banget sampe terlihat pecah-pecah dan susah hilang meski udah dikasih pelembab, langsung terlihat lembut dan lembab begitu pemakaian pertama serum Roro Mendut ini. Nah karena kulit lembab maka dipakein BB cream dan bedak juga jadi bagus.

Kekurangannya : karena ini serum,jangan harap ada SPF-nya. Jadi kalo mau dipake sebelum make-up, tetep pake produk lain yang ada SPF-nya. Kalo saya, karena memang ga suka ribet dandan, ini saya jadikan pengganti pelembab yang biasanya. Saya pake sebelum mengaplikasikan BB cream.

Mau beli lagi? Iya, saat ini saya udah pesen lagi. Meskipun kemampuan mencerahkannya tidak seperti yang digembar-gemborkan, tapi memang bener wajah jadi lembab dan kenyal. Selain itu saya sedang dalam 'masa bulan madu' dengan produk wajah selain lotion dan krim. Lagi menikmati sensasi nemu barang baru. He he he ...  
Read More

Wednesday 13 January 2016

November Rain

Ini bukan cerita tentang November yang basah. Karena toh bulan November kemarin di tempat tinggal saya memang belum turun hujan. Bukan pula saya akan bercerita tentang puisi, atau syair lagu nan romantis.

November kemarin adalah November hujan untuk hati saya. November yang basah. Bisa dikatakan bulan itu adalah masa terberat selama 5 tahun pernikahan saya.

Suami dirawat di RS dengan diagnosa TB paru. Menyebut penyakit ini membuat kepala saya mendadak terasa berat dan perut mual. TB memang bukan penyakit kutukan yang tidak bisa disembuhkan, tapi pengobatan yang lama, disiplin, dan kemungkinan penularan yang besar sudah sungguh menguras pikiran saya. Saya berada dalam masa ter-stress selama hidup saya sepertinya. Menjaga suami yang sakit di rumah sakit, sambil mengasuh balita berumur 4,5 tahun, dan merawat bayi 6 bulan memerlukan tidak cuma tenaga dan waktu. Tapi juga pikiran dan perasaan. Terlebih di masa-masa kritis itu ternyata pikiran dan perasaan negatif yang justru dominan. Alhasil saya capek luar dalam.

Pikiran dan emosi negatif itu diperkuat dengan Edsel yang 3 bulan terakhir berat badannya terus turun, batuk sudah hampir 3 minggu. Duh Gusti,...belum selesai shock saya, selama 3 hari dirawat ternyata suami tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, malah sepertinya tambah parah. Badannya semakin lemah, intensitas batuk dahak dengan darah (!!) semakin tinggi.

Selama usia anak-anak saya, saya tidak pernah mengasuh anak sendiri. Selalu ada suami yang ikut membantu dan menguatkan saya dalam kondisi apa pun. Sehingga saya bisa menjalani peran sebagai ibu bekerja dengan manis. Bahkan ketika masa-masa anak-anak sering terbangun malam, suami saya lah yang menidurkan kembali agar saya tidak kecapekan karena harus bolak-balik bangun. Sehingga saya sering bersyukur, "Ah apa jadinya jika saya harus mengasuh anak sendiri tanpa dukungan suami". Belum lagi jika dilihat persentase ketergantungan saya pada suami, waduh. Saya ini benar-benar istri yang manja. Pilek sedikit, ah ada suami yang bantu jaga anak-anak. Pusing dikit, ah ga usah masak, suami dengan suka rela akan membelikan makanan untuk semuanya. Urusan motor? Saya nol besar. Saya ini tahunya hanya pakai. Urusan bensin, servis, cuci motor, dll saya mah ga pernah tau. Kalo mau berangkat kerja, ga ada cerita saya manasin motor atau minimal lap-lap, ga ada.

Sehingga ketika tiba-tiba saya dihadapkan pada kenyataan suami dirawat, saya benar-benar limbung. Terlebih selama perjalanan rumah tangga kami, belum pernah kami diberi cobaan yang 'berat'. Palingan hanya yang ringan-ringan dan mudah. Jadi peristiwa itu seperti memaksa saya untuk bangun dan kuat, bukan melulu berleha-leha. Bukan melulu menggantungkan diri pada suami.

Alhamdulillah ketika suami dipindah rawat di RS Paru Surakarta, kondisi berangsur membaik. Dan setelah 4 hari di sana, suami dibolehkan pulang. Maka, ujian selanjutnya menunggu saya. Karena ayahnya positif TB paru, maka saya dan anak-anak juga harus diskrinning. Bayangkan betapa melelahkannya membawa dua balita hampir setiap hari bolak-balik ke rumah sakit. Karena tes untuk mendeteksi TB pada anak-anak bukan tes yang langsung bisa dilihat hasilnya hari itu juga. Tes yang namanya kerennya Mantoux ini, harus dilihat indurasinya minimal 3 hari sesudah penyuntikan. (Mudah-mudahan tentang tes Mantoux bisa saya tulis di postingan tersendiri). Padahal jarak dari rumah ke rumah sakit paru itu tidak kurang dari 80 km.

Thanks God, saya dan anak-anak negatif TB setelah melalui rangkaian tes. Karena saya dan anak-anak tidak ada keluhan batuk lama, penurunan berat badan, nafsu makan, atau keluhan lainnya maka saya hanya perlu pemeriksaan rontgen dada. Sedangkan si Ed rontgen dada dan tes Mantoux. Akis cukup tes Mantoux saja.

Saking seringnya kesini dan saking seringnya antri jadi udah ga canggung aja gleseran kayak gini di koridor

Yang bikin saya tetap termehek-mehek adalah meskipun anak-anak negatif, tapi mereka tetap harus minum profilaksis (pencegahan), yaitu tablet INH. INH itu sebenarnya juga salah satu obat TB tapi dikombinasikan dengan beberapa obat lain. Kalo untuk pencegahan cukup minum INH saja. Si INH ini harus diminum setiap hari selama ayahnya dalam masa pengobatan. Berarti minimal 6 bulan. 

Ahhh...termehek-meheklah daku.


Read More

Monday 11 January 2016

8 bulan KRP

Ini Januari pertamanya Akis. Tau-tau udah 8 bulan aja si Winnie d' Pooh ini.

Akis 8 months old

Aihh... akhirnya si bayi bisa merangkak beneran

Anak siapa inihh??? Sukanya kaleng roti.


  • Bisa merangkak dengan lancar.
  • Jika didudukkan bisa tegak tanpa dipegangin. meski kadang kalo posisi ga pas, lama-lama bisa ambruk juga.
  • Bobo malam masih tetep bentar-bentar terbangun untuk minta ASI.
  • Stok ASIP semakin menipis, meski masih aman.
Harta karun ibu bekerja. Masih cukup, tapi sudah tidak sebanyak dulu.

  • Kurang suka beras merah yang bertekstur kasar. Beda kalo beras putih atau kentang yang teksturnya kasar, masih doyan.
  • Tiga kali makan besar dan dua kali snack buah.
  • Pernah coba dikasih finger food kentang, wortel, dan brokoli kukus. Dia tolak mentah-mentah euy. Dibuang-buang trus. Begitu dikasih jeruk, mau diemut-emut. Biskuit bayi juga oke kalo belum merasa bosen.
  • Belum numbuh gigi!
  • Mulai cerewet.
  • Dalam keadaan lapar, meski gerakannya aktif, mulutnya manyun, ogah senyum, males diajak becanda, ga mau bersuara. Lain kalo kenyang, habis nyusu atau makan, langsung tancap gas berceloteh, tertawa, dan senyum tak henti-henti.
  • Suka main kaleng roti untuk dipukul-pukul dan digelindingkan, suka mangkuk plastik untuk diemut-emut, dan 'barang-barang berguna' lainnya. Ketertarikan akan mainan mulai berkurang, tergantikan dengan benda fungsional. He he he 
  • Akhirnya doyan alpukat. Apa karena ini alpukat yang saya beli di Hypermart, lebih gede lebih bagus kualitasnya (dan lebih mahal juga, hiks). Alpukat yang biasa saya kasih dan akhirnya ga mau adalah alpukat yang saya beli di pasar.
  • Pernah nyalain kipas angin pas tidur malam karena panasnya ampun-ampunan, eehh lha kok paginya langsung batuk pilek. Tapi cuma sehari. Malamnya ga kita pakein lagi kipas anginnya, besoknya udah langsung ilang si batpil. Jadi ga kuat kipas-an angin to le? Tapi Ibuk belum kuat beli AC, jadi kalo panas dikipasin pake kipas tangan aja ya.
  • Mulai berontak kalo dikasih INH. Liat saya yang pegang sendok obat aja dia udah meronta-ronta. Tapi begitu disuapin ke mulut ya udah, ga ada drama lagi. Wajah pemberontaknya hilang seketika. Eh apa ga pahit sih nak?

"Pooh-nya Ibuk, si pipi gembilnya Ibuk. Ibuk, Ay, dan mas Ed sayang kamu seluas langit dan bumi".

I love you Akis.

Read More

Sunday 10 January 2016

7 Bulan KRP

#latepost 5 Desember 2015


Kesit Raka Panjalu...Kesit Raka Panjalu-ku sudah 7 bulan di bulan Desember 2015 ini. Apa yang terjadi selama rentang waktu 6 bulan sampe ketujuh dalam hidupnya ?


7 bulan dia !!


  • Berat badan 8,2 kg.
  • Bisa dibilang Akis ini sepertinya lebih punya perasaan dibanding Edsel. He he he... bukan  berarti Edsel tidak punya perasaan, tapi Edsel itu cenderung 'keras'. Contoh aja nih, Akis jika lihat saya lewat dan sepertinya nyuekin dia, maka dia akan mimblik-mimblik dan pecah deh tangisnya kalo ga buru-buru saya samperin. Dia juga gampaaangg banget dibikin hepi, kita ajak main cilukba aja dia ketawa terkikik-kikik. Lah kalo si Ed? Umur-umur segitu, jangankan ketawa. Sampai yang becandain jungkir balik pun senyum aja dikit kagak (kecuali sama ayah atau ibunya). Jadi si adik ini lebih lembut hati kayaknya. Dan sebagai anak yang lembut hati dia pasti punya orang kesayangan. Siapa dia? Taraa....sayaaaa, emaknyaaa. Seneng rasanya setelah selama 4 tahun cuma dijadikan si Ed cadangan ayahnya. Akhirnya jadi tokoh utama jugak!
  • Karena saya sudah dinisbahkan sebagai orang kesayangan dia, maka begitu dia digendong orang lain dan melihat saya, meronta-ronta lah si Akis ini sembari tangan disodor-sodorkan ke arah saya. Hihi... akhirnya, begini to rasanya punya bayi yang nempel sama ibunya.
  • Mulai tanggal 1 Desember  minum INH untuk profilaksis TB. Hufftt... Anaknya sih gampang aja. Tinggal dipangku, jublakin tu obat, udah. Ga nangis ga berontak. Tapi sakitnya tu di sini... di hati Ibuk, naaakk. Hiks.
  • Rambutnya? Gitu-gitu aja. Kayak ga numbuh deh.
  • Gaya mobilitasnya dia : merangkak 2-3 langkah, lalu klisuuttt ... nglasut. Merangkak lagi nglasut lagi. Entah ini sudah bisa dinamakan merangkak belum. Tapi yang jelas nglasut-nya dia cepet bener. Dengan tumpuan tangan/siku, tau-tau udah kemana-mana aja dia. 
  • Kalo didudukin bisa duduk tegak tanpa terjatuh untuk sementara waktu yang agak lama.
  • Masih tetap mengidolakan kakaknya. Ya macam anak-anak ABG yang ngefans sama seseorang. Diliatiiinn aja. Senyum-senyum jika lihat kakaknya, trus merayap ngejar. Padahal diajak becanda juga enggak.
  • Jangan tanya tidur siangnya ya. Haduh...#tepokjidat. Frekuensinya sih banyak, bisa 3-4 kali, tapi durasinya cuma 15 menitan paling pol. Tidur malamnya juga parah. Kalo dulu bisa dipastikan cuma bangun 2 kali dalam semalam. Semenjak Ayahnya dirawat di rumah sakit mendadak melonjak menjadi 5 kali bangun untuk nenen #gelenggelengkepala. Entah karena kebetulan aja atau karena cuaca sedang panas.
  • Makan? Ga ada masalah sih. Doyan makan dia. 3 kali makan besar dengan 1 kali buah sebagai selingan. Sampai hari ini dia udah makan beras pelangi, beras putih, kentang, jagung manis, daging sapi, ikan nila, hati ayam, tomat, labu kuning, wortel, segala macam sayur, tahu, tempe. Dan ga ada yang bikin dia alergi. Kalo dilihat jenis makanan si Akis di usia 7 bulan udah meriah amat ya? Beda bener dengan si Ed yang sepi, cuma 1-2 jenis. Bahkan ga berani ngasih wortel, bayem dan protein sampai usia 8 bulan. Iyah, menurut panduan MPASI WHO, dalam satu piring harus lengkap komposisi karbo, lauk, sayur. Dan kalo ga ada tanda-tanda alergi, udah hajar aja. Kasih aja semua ke anak, ga usah takut-takut. 
  • Dia ga suka buah apel dan pir. Yup. Jelas ga suka. Bahkan dari usia 6 bulan pun dia sudah menunjukkan gejala-gejala tidak suka dengan dua jenis buah ini. Apa gegara emaknya ya? Sedari hamil sampe menyusui sekarang pun, saya emoh buah apel. Tapi kalo pir boleh lah. Sama ubi ungu dia juga tolak mentah-mentah. Seret kayaknya.
Dah ah. Itu aja.

Lihat dah gayanya kalo mau merangkak

Cup cup mmuaahh. Tambah gemeesss sama Akis. Makasih ya sayang atas senyum-senyummu yang tak henti bertebar. Makasih atas 'ke-tidak pernah rewelan'mu. Makasih atas pipi gembilmu yang bikin capek Ibuk terbang. Makasih atas bau asem kringatmu yang bikin Ibuk selalu rindu. Rindu. Rindu... anak shalih kesayangan Ibuk, adik mas Ed tercinta.
Read More

Friday 1 January 2016

1 Januari 2016

Seingat saya, sejak blog ini berdiri (kayak perusahaan aja ya...), saya belum pernah nulis dengan tema  'selamat tinggal tahun bla bla...' atau selamat datang tahun bla bla bla'. Padahal rata-rata blogger pada nulis ginian, udah kayak menu wajib aja. Tulisan-tulisan di majalah juga udah pasti ga pernah melewatkan tema ini. Nah saya?? 

Bukan saya anti mainstream, tapi biasanya di penghujung tahun dan di awal tahun baru memang saya lagi ga sempat ngeblog. Lhah mau nulis setelahnya rasanya udah basi sekali, walaupun sebenarnya ga pa pa. Tapi biasanya udah terlalu banyak postingan lain yang harus segera saya tuliskan saat itu juga. Yaahh... tema tahun baru kelewat lagi deh. Lagipula saya juga ga terlalu hebring dengan pergantian tahun. Biasa-biasa aja. Ga pernah ngerayain. Ga tertarik untuk bikin apa gitu yang spesial untuk menyambut pergantian tahun. Ga pernah berdoa khusus juga di momen itu (serius..!)

Nah ini karena dua krucil saya lagi tidur, saya bisa nulis tepat di tanggal 1 Januari 2016 !!! Fresh banget deh, untuk pertama kalinya.

Tapi ga ada salahnya juga saya ikutan mereview tahun 2015 ya. 

Tahun 2015 menurut saya adalah tahun terberat yang harus kami jalani selama berkeluarga. Meskipun begitu, banyak juga hal-hal kecil maupun hal besar yang membahagiakan yang membuat kami sangat-sangat bersyukur.

Saya tulis pake bullet aja ya biar gampang bacanya :
  • Di awal tahun, bulan Mei tepatnya, hadiah besar itu datang : 2nd preggie berubah status menjadi 2nd baby ! Maka jumlah anggota keluarga kami di Kartu Keluarga bukan lagi tiga, tapi empat dengan dominasi jenis kelamin adalah laki-laki. Posisi saya sebagai yang tercantik tetap tak tergantikan.
  • Kelahiran adiknya membuat Edsel berubah dan begitu cepat beradaptasi. Semakin mandiri, semakin manis, tidak harus melulu nempel dengan saya atau ayahnya, dan jarang rewel. Meskipun kedengarannya sepele bagi anak lain, tapi bagi saya dan ayahnya, ini adalah sebuah pencapaian.
  • Masa 6 bulan full ASI Akis sudah tamat dan saya bisa memenuhi janji kepada semua anak-anak saya untuk memberikan mereka ASI eksklusif. Maka salah satu utang saya kepada mereka tunai sudah!
  • Saya beli kulkas dua pintu, mesin cuci baru, dan 2 HP baru untuk saya dan suami. Ha ha ha.... Remeh ya bagi orang lain? Tapi ini tetep sejarah buat saya karena kami beli hampir bersamaan dengan membongkar sisa rekening tabungan. Sebenarnya yang masuk skala prioritas cuma kulkas karena kulkas yang lama cuma 1 pintu padahal saya berniat nabung ASI sejak 2 bulan sebelum masa cuti habis. Eeh ternyata 2 barang terakhir, mesin cuci dan HP, mendesak untuk segera dibeli. Maka berakhirlah sisa-sisa uang gaji berbulan-bulan di toko elektronik.
  • Dari semua catatan di tahun 2015 mungkin ini yang paling bisa dicatat dengan tinta merah : Ayah didiagnosa menderita TB Paru! Diagnosa itu diikuti dengan dirawatnya dia di RS selama 1 minggu!! Sungguh rekor untuk suami saya yang seumur-umur tidak pernah (mengeluh) sakit.
  • Konsekuensi dari TB Paru sang ayah adalah bolak-baliknya saya ke RS untuk skrinning saya dan anak-anak. Alhamdulillah kami bertiga negatif. Meskipun begitu, anak-anak tetap diharuskan untuk minum INH untuk profilaksis (pencegahan) setiap hari selama minimal 6 bulan juga, tergantung lama pengobatan ayahnya. Berat. Berat sekali untuk saya mengingat kedua anak saya belum pernah terpapar obat-obatan sebelumnya. Trenyuh sekali melihat mereka minum obat kimia yang sarat efek samping itu dengan tabah dan tanpa paksaan.
  • Akhir tahun ini ditutup dengan manis dengan kedatangan keluarga Jakarta_sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan saya_ke rumah. Kalo ga salah sudah 5 tahun mereka ga mudik. Maka jalan-jalan ke Gunungkidul rame-rame, rasanya berkali-kali lipat lebih membahagiakan daripada sebelumnya. Semoga diberi kesempatan untuk berkumpul lagi ya.
Makan siang rame-rame di Tahura (Taman Hutan Rakyat) Playen, Gunungkidul.

Maka saya ucapkan selamat tinggal tahun 2015, selamat datang tahun 2016. Semoga lebih baik di tahun ini. Amiiinnn.

Read More
Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena