cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Friday 27 February 2015

Seperti diabadikan dalam Luqman


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.



Numpang foto di 'sarang'-nya si Ed


"............. dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah..............." .  Persis seperti nukilan ayat tersebut, kondisi di 28 minggu semakin bertambah lemah. Perut kanan atas, persis di bawah dada, sering merasa nyeri seperti terdesak. Sempet kepikiran apa ini karena saya penderita scoliosis sehingga posisi tulang yang ga pas ditambah dengan janin yang makin besar mendesak organ yang ada di situ. Tapi dulu pas hamil si Ed ga begini. Hari Sabtu besok mau ditanyakan pas periksa ke obgyn. Mudah-mudahan ga ada masalah berarti. 

Kayaknya selain nyeri perut kanan atas itu ga ada keluhan lain yang berarti sih di bulan yang menginjak 7 ini. Walaupn ada kalanya merasa capek luar biasa setelah pulang dari kantor, tapi biasanya setelah mandi akan seger kembali. 

Di minggu ke-24 kemarin waktu di-USG, si dedek cowok. Hehehe...masih berharap mudah-mudahan dokternya salah, kali aja di dedek waktu itu lagi ngacungin jari.Hahaha... Tapi apa pun jenis kelaminnya yang penting sehat selamat bahagia aja dah. Udah bersyukur banget sampe trimester ketiga ini diberi kehamilan yang nyaman dan bahagia.

Oh ya, akhir-akhir ini saya jadi sering bacain surat Luqman untuk Edsel sebelum tidur. Ga semuanya sih, cuman ayat-ayat yang ada nasihat Luqman untuk anaknya, termasuk ayat di atas. Ga tau ya, semenjak hamil saya merasa menjadi istimewa jika membaca ayat di atas. Allah mengabadikan perjuangan ibu-ibu seperti saya di dalam kitab suci. Subhanallah.

Wis ya, itu aja curhatan 28 weeks. Saya sedang super super sibuk dengan banyak hal. Doain lahirannya lancar ya, kami diberi keselamatan tanpa kurang suatu apa pun.

Hepi weekend....
Read More

Tuesday 24 February 2015

Resep - resep Gila

Sejak habis sakit, si Ed punya selera makan yang bikin geleng-geleng kepala. Makan besar 3 kali sehari dengan kadang masih nambah piring. Di sela-sela waktu makan masih minta camilan 2 sampai 3 kali. Mau tidur malam juga nagih camilan.

Nah karena saya sudah kehabisan ide resep yang waras, dan karena si Ed juga gampang bosen dengan resep yang sering diulang-ulang makanya kami berdua sering bikin resep yang asal campur, tanpa takaran, tanpa mematut-matutkan antar bahan, dan hanya melihat ketersediaan bahan yang ada di kulkas. Idenya juga spontan nyelonong begitu aja ketika Edsel lagi pingin makan atau ngemil. Dan seringnya idenya malah dari Edsel sendiri. Dia yang kadang mencetuskan ide kalo buah naga potong ditaburi meises; atau roti tawar disobek-sobek dan dimasukkin ke susu UHT biar kayak sup; atau tempe yang ditusuk-tusuk dan dikasih topping kecap, saus, dan merica; atau ide-ide lain yang kadang ga kepikiran di saya. 

Ide-ide Edsel memang sederhana dan saya sebenarnya agak jijik melihatnya (haha...) tapi saya anggap ini sebagai bagian dari proses belajarnya menciptakan sesuatu di tengah keterbatasan, membuat sesuatu bisa enak dimakan dari bahan yang tersedia. Nilai plusnya, Edsel makan resep-resepnya itu dengan lahaaappp. 

Nah sekarang ga hanya saya dan Edsel aja yang sering bikin resep-resep spontan yang gila, Ayahnya juga ketularan sering masak. Mungkin karena kasian jika malam-malam saya harus klontengan di dapur dengan perut yang makin besar. Thanks Ay, you are super husband. 

Resep andalan Ayah adalah pizza roti. Ini gegara Edsel terobsesi dengan Ninja Turtles yang hobi makan pizza, makanya Ayah bikinin pizza ala dia. Biar pun namanya pizza tapi bahannya cuma roti tawar yang dipotong betuk bulat, dioles margarin, dipanggang di atas teflon, dan dikasih topping sosis dan keju. 

Atau tadi malam ketika Edsel udah gelisah pingin ngemil, Ayah bikinin pisang coklat keju. Bahannya cuma buah pisang matang, dioles margarin, dipanggang di atas teflon. Setelah mateng, dikasih selai coklat, keju parut, dan ditaburi meises. Jangan ditanya lahapnya Edsel yaaa.

Pisang coklat ala Ayah


Kali lain saya ajak Edsel untuk bikin sandwich yang bahannya cuma roti tawar yang diisi dengan telur mata sapi, keju cheddar, dan saus tomat. Atau buah pir dan buah naga potong yang dicampur dengan madu. Hmmm...Edsel sukaaaa sekali. 

Resep-resep kami memang sederhana dan terkadang gila. Tapi dari kegiatan menciptakan resep dan mengolahnya, saya ajarkan banyak hal untuk Edsel. Tentang menciptakan ide di tengah keterbatasan, tentang proses yang harus dilalui untuk mendapatkan sesuatu, tentang asal mula bahan-bahan yang kami gunakan, dan masih banyak lagi. 

Dan satu lagi kebahagiaan tak terkira saya, setiap saya memasak untuknya, Edsel selalu memanggil saya : "chef-nya Edsel"!


Read More

Wednesday 18 February 2015

Karena Kami Terlalu Sombong

Hanya ingin menulis marathon saja tanpa banyak mikir. Ini postingan yang terlambat di tanggal 8 Februari kemarin.

Si Ed demam dari Minggu siang dan baru turun di hari Selasa pagi dengan keadaan yang lemes dan batuk-batuk parah. Belum ada 72 jam sebenarnya, dan belum ada kondisi yang memenuhi syarat untuk dibawa ke RS. Aduuh...tapi saya udah panik karena si calon kakak ini tidak mau makan dan minum. 

Meski kondisinya mengerikan tapi belum ada tanda-tanda dehidrasi berat. Saya yang biasanya bisa berpikir rasional ketika Ed sakit, tetiba jadi irasional. Karena apa? Karena saya lagi hamil dan karena maraknya kasus DB saat ini sempurna membuat irasional saya menggandakan diri berkali-kali lipat. Dengan saran dari keluarga kiri kanan, tanpa berpikir panjang saya langsung telpon ke RS swasta di Solo Baru pesen nomor antrian untuk konsultasi dengan salah satu DSA.

Dan hari Selasa tanggal 10 Januari 2015 itu pun menjadi saat yang bersejarah untuk Edsel karena itulah pertama kali di seumur hidupnya dia dibawa ke RS untuk diperiksa DSA. Dan itu lah saat pertama kali dia berkenalan dengan jarum, dengan tes darah, dengan obat, dan serangkaian pemeriksaan lainnya yang melelahkan lainnya di rumah pesakitan. Juga itulah saat pertama kali dalam hidup saya manut apapun yang dikatakan dokter, tanpa bersikap kritis, tanpa protes, dan tanpa penentangan. 

Anak kesayanganku yang cuma diem anteng, ga nangis, ga meringis, ga teriak ketika diambil darahnya. Luv u boy....

Rabu dini hari Edsel mulai demam lagi. Oh maigat...demamnya berangsur naik tanpa basa-basi, tubuhnya juga lemes. Tidak mau makan sama sekali, minum juga hanya sedikit-sedikit. Kali ini saya balas dendam, tidak mau panik dengan mengabaikan akal sehat. Saya observasi terus keadaannya dengan lebih jeli. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi meski demamnya berada di kisaran 39,5 dercel ditandai dengan pipis yang masih normal meski tidak sesering biasanya, bibir juga ga kering, dan mata ga cekung, jika kulitnya dicubit juga segera kembali ke semula. Okay...ni anak tidak perlu dibawa ke RS lagi, cukup dijaga asupan cairannya untuk mencegah dehidrasi.

Rabu malam kebetulan udara sangat sangat dingin, ditambah dengan hujan deras ga henti henti dari siang membuat batuk Ed kian parah, suhu tubuhnya juga manteng di angka 39,8 dercel. Dengan batuk yang seperti itu dan demam yang tinggi membuat Edsel ga bisa tidur, padahal 2 malam sebelumnya dia juga sudah terjaga semalam suntuk karena demam. Alhasil, proses sembuhnya juga lambat.

Sampai Kamis malam Jumat si Ed masih lemes dan belum mau makan, tapi minum udah lebih mendingan dari sebelumnya. Dia juga udah nonton film Padlle Pop setelah hari-hari sebelumnya cuma maunya merem aja. Suhu tubuh masih di angka 39,1 dercel. 

Jam 9 malam suhu tubuhnya di angka 38,8 dercel, alhamdulillah udah turun meski masih tergolong demam. Tidurnya pun udah pules tanpa terbangun meski diselingi batuk-batuk kecil. Paginya.....taraaaa.....si anak bawang ini udah seger, udah bangun sendiri dari tempat tidur, suhu tubuh normal, udah banyak omong, dan udah request mau sarapan apa. Habis mandi juga udah ribet minta main, meski masih lemes dikit. 

Alhamdulillah....finally...

Hmm...dalam rentang waktu 3 minggu ini Edsel udah 2 kali sakit. Sepertinya ada yang salah. Mungkin saya terlalu sombong, terlalu pede menganggap Edsel jarang sakit sebagai keberhasilan saya dalam merawatnya. Padahal Allah yang membuat Edsel senantiasa sehat dan belum pernah 'tersentuh' obat serta RS. Bukan saya atau ayahnya. Kadang kami lupa bahwa usaha kami menjadi orang tua yang smart hanyalah perantara, perantara ilmu-Nya, perantara penjagaan-Nya terhadap Edsel. Kami lupa mengingat itu. Kami terlalu sombong.
Read More

Monday 2 February 2015

Merah Menyala Selai Kami

Edsel selalu cinta stroberi, selalu. Tapi hanya cinta sebatas fisik saja karena jika memakannya dia akan meringis. Tapi tetep saja dia cinta dengan stroberi. Maka setiap membeli stroberi, saya bikin selai agar dia tidak meringis karena rasanya yang manis-manis asem itu. Dan inilah selai stroberi ala kami yang sangat-sangat sederhana dan rendah hati tapi ga pernah gagal membuat si Ed nagih.

Resep selai stroberi

Bahan :
-          500 gr stroberi
-          300 gr gula pasir (atau sesuai selera ya)
-          100 ml air
-          1 sdm air jeruk nipis

Cara membuat :
  • Potong-potong atau blender stroberi, atau kadang saya parut untuk hasil yang halus tanpa perlu repot berurusan dengan printilan blender.
  • Masak bersama air dan gula pasir. Masak hingga kental.
  • Tambahkan air jeruk nipis, masak sebentar, angkat.
  • Masukkan ke wadah kaca (saya pakai toples bekas selai) yang sebelumnya telah dicuci bersih dan disterilkan dengan merebusnya sebentar di air mendidih.
  • Beres deh


Itu tangan si Ed yang ga pernah absen ambil bagian dalam setiap proyek yang akan masuk ke perutnya

Fungsi air jeruk nipis untuk mengentalkan tekstur selai. Saya kadang ga pakai air jeruk nipis jika lagi ga punya, tapi memang hasilnya lebih encer dibanding jika pake. Tergantung selera aja sih, karena ga kental pun rasanya tetap enak.

Nah sterilisasi wadah kaca berfungsi biar selainya awet, ga gampang rusak kena bakteri yang ada di dalam wadah, karena selai ini kan ga pake pengawet apa pun. Jadi jangan melewatkan proses yang satu ini ya.


Satu toples gini akan habis dalam tempo 24 jam


Satu botol toples selai itu paling lama habis dalam waktu 2 hari. Seringnya malah cuma 1 hari hanya oleh Edsel sendiri karena apa pun pasti dicelup ke selai : Sosis, roti, biskuit, donat, roti tawar, telur dll. Yeaahh, emak bapaknya memang cuma jadi penonton kalo urusan makan enak ginian.
Read More
Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena