cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Monday 19 December 2016

Pembicaraan Mengenai Menikah (Bersama Edsel)

Suatu sore di warung bakso (tanpa Ayah dan Akis)

Edsel : "Kenapa Ibuk menikah dengan Ayah?"
Saya  : (Geragapan bentar, and then ....) "Karena Ayah laki-laki yang baik. Rajin sholat, pinter ngaji, jujur, dan suka baca buku kayak Ibuk".
.....

Suatu pagi ketika sedang ganti baju

Edsel : "Kenapa manusia menikah, Buk?"
Saya : (Mikir bentar) "Karena Allah menyuruh manusia menikah jadi menikah itu ibadah."
Edsel : "Berarti Edsel besok juga harus menikah?"
Saya : "Nggih, Sayang."

......

Suatu malam ketika sedang mewarnai (kami pun hanya berdua)



Edsel : "Jatuh cinta itu apa sih, Buk? Cintanya jatuh? Trus pecah? He he he." (Ketawa tawa sambil mewarnai gambar)
Saya  : (Mikir agak lama) "Jatuh cinta itu ...umm....senang dan suka untuk yang pertama kali. Misal nih, Ibuk jatuh cinta dengan pensil warna itu. Ibuk liat pensil warna itu tiba-tiba langsung suka dan sayang."
Edsel : "Kalo Ibuk jatuh cinta sama Ayah?"
Saya  : (Ee buset ni anak). "Kalo Ibuk jatuh cinta sama Ayah, Ibuk liat Ayah dan Ibuk cari tahu soal Ayah. Ooh Ayah itu rajin shalat, pinter ngaji, dan baik jadinya Ibuk jatuh cinta deh sama Ayah."
Edsel : "Kalo Edsel besok jatuh cinta sama yang orang yang beragama ******?" (Edsel menyebutkan salah satu agama yang berbeda dengan agama kami).
Saya  : (Garuk-garuk kepala dan mikir agak lama)
Edsel : "Edsel boleh menikah dengan orang itu?"
Saya  : "Menikah itu harus dengan yang satu agama, Sayang. Biar bisa sholat bareng, ngaji bareng, doanya juga bareng, masuk surga juga bareng."
Edsel : "Trus Edsel menikah sama siapa, dong?"
Saya  : "Sama wanita yang baik, yang rajin shalat, rajin ngaji, baik, jujur, berpakaian yang sopan."
Edsel : "Kayak Ibuk dong?"
Saya  : "Lebih baik dari Ibu dong. Makanya Edsel jadi anak yang baik, anak yang sholeh, biar menikah dengan wanita yang sholehah juga."
Edsel :"Kalo Edsel ga bisa milih yang kayak gitu?"
Saya  :"Kan ada Ayah ada Ibuk yang bantu Edsel milihin. Tar nih kalo Edsel jatuh cinta sama wanita, kasih lihat ke Ibuk dan Ayah, biar Ayah dan Ibuk bisa bantu Edsel buat menilai. Kalo menurut Ayah dan Ibuk tidak baik untuk Edsel, ya Edsel harus dengerin kata Ayah dan Ibuk. Kan Ayah dan Ibuk orang tua Edsel. Kalo menurut Ayah dan Ibuk baik, Edsel bisa menikah dengan wanita itu".

(Saya garuk garuk kepala) Duuuh kayak ngobrol sama anak ABG aja niii.


Edsel :" Kalo Edsel menikah dengan Ibuk boleh?"
Saya  : "Gak boleh, Sayang. Kita tidak boleh menikah dengan keluarga, kakak adik ga boleh. Apalagi sama orang tua. Ga boleh banget."
Edsel : "Lha kenapa?"
Saya  :"Allah melarangnya. Lagian kalo menikah dengan keluarga, anak-anak yang dilahirkan nanti bisa tidak sehat. Bisa sakit"
Edsel :"Lha sakit apa, Buk?"
Saya  :"Ya bisa tidak normal, kena penyakit, anak-anak yang dilahirkan dari pernikahan yang sedarah." (Pemilihan kata saya mulai kacau. Mulai mikir-mikir pemilihan kata dan kalimat yang tepat, sambil mikir akankah berlanjut dengan pembahasan tentang kromosom).
Edsel :"Iya, tapi sakit apa? Pilek? Batuk?"
Saya  : (Masih mikir)
Edsel :"Buk, Ibuk...ini gunungnya Edsel warnai hitam ya?
Saya  :"Lha kenapa hitam? Kenapa tidak hijau seperti di contoh?"
Edsel :"Kata Ibuk kalo mewarnai suka-suka Edsel, ga harus sama dengan contohnya. Kan gunungnya cuma tanah, jadi warnanya hitam."
Saya : "Ooo....iya. Betul-betul" (manggut-manggut sambil merasa bersyukur terselamatkan dari pembicaraan mengenai kromoson perkawinan sedarah. He he he...). 


Note : obrolan di atas sudah saya translate ke Bahasa Indonesia biar lebih mudah dipahami karena saya ngobrolnya pake Bahasa Jawa.

Edsel akhir-akhir ini emang lagi suka ngobrolin tema itu : cinta, menikah, laki-laki dan perempuan. Ya topik-topik dewasa macam itu. Dan jujur saja, ketika ditodong pertanyaan-pertanyaan sejenis itu, saya kadang geragapan. Maka jawabannya pun mungkin tidak sempurna. Karena butuh jawaban yang tidak sekedar benar untuk setiap pertanyaan dari anak-anak. 

Begitulah, selalu ada alasan bagi ibu-ibu untuk khawatir. Khawatir jika kelak anak kita akan dipenuhi berbagai macam pertanyaan kritis_ tentang seks dan lawan jenis misalnya_ dan tidak lari ke kita . Khawatir jika kita tidak bisa mengawal bertumbuhnya titik rawan menjelang dan di awal balighnya. Khawatir ada kompas lain yang di luar Tuhan-nya. Ahh na'udzubillah.

Dan saya pun termenung, terbawa resonansi hujan.

Read More

Tuesday 13 December 2016

Menepi

Kau tahu, hatiku porak poranda diguyur hujan semalam
Menepi adalah jawaban terbaik
Tapi menepi tetap menyisakan luka berbalut ratusan kecewa

 

Kita gila
        Ah, aku yang gila

Buat apa berkeluh kesah, 
        membawa-bawa nama luka
        membawa-bawa namamu untuk semuanya
Kamu adalah kamu, dan aku telah lupa menamaimu sebagai apa

Tapi sungguh, 
aku berharap pada hujan semalam, agar mengembalikanmu padaku
Meski aku remuk, meski aku terkapar, tapi

aku rindu ...



RAHMAWATI
Pracimantoro, 13 Desember 2016


Read More

Saturday 3 December 2016

Algoritma yang Kasmaran


Aku adalah kesunyian yang mengendap-endap di antara kedua bola matamu yang senyap
Aku adalah kembang sepatu yang bermain-main dipermainkan angin
Aku adalah layang-layang belah ketupat di atas mega-mega yang pekat

Aku adalah lagu sendumu yang kau cipta pada senar gitar
Aku adalah mimpi tidur siang yang tak terselesaikan
Aku adalah deretan huruf vokal di antara konsonan yang merajalela

Aku adalah Drosophila melanogaster pada diktat-diktat Biologimu
Aku adalah konstanta g dalam rumus gravitasi Newton : 
        biasa, namun tak bisa tak ada
Aku adalah sinus yang mencemburui cosinus
Aku adalah algoritma yang kasmaran

Tapi aku adalah kita melulu
Menekuri hatiku hatimu
Menciptakan genangan-genangan baru
        pada cerita hujan bulan Desember
Menanggalkan rinduku satu satu

Sepi. Sepi. Sepi aku tanpamu


RAHMAWATI
Pracimantoro, 3 Desember 2016

Read More

Friday 25 November 2016

Sesesap Kenangan


Hanya sesesap kenangan
yang kau jatuhkan perlahan
Dan detik-detik yang berguguran

Aku bergumam pada Atlas lusuh di ujung mejamu
Merayap mencari beribu kenangan
yang berhamburan dari sebuah tempat

Aku tak lagi di sana, Sayangku
Hanya pintu-pintu penuh debu
dan pucuk-pucuk anyelir yang mengering
Menguapkan napas-napas penuh janji
Read More

Monday 21 November 2016

Panggilan Candu

"Ibu"  adalah mantra yang selalu bisa kau panggil saat lelah dan kalah

Hingga hari ini_setelah 5 setengah tahun menjadi orang tua_ ada satu panggilan yang tetap membuat saya bergetar meski tiap hari selama 5 setengah tahun itu saya mendengarnya setiap hari : panggilan “Ibu”.

Panggilan itu tetap menjadi ring tone favorit bagi telinga melankolis saya.  Entah si sulung Mas Ed atau si keci Akis meneriakkan panggilan itu dengan nada apapun_merengek, riang, manja, merajuk, merayu, atau bahkan dengan marah sekalipun! Saya tetap suka mendengar mereka memanggil saya “Ibuuuu” atau “ Buuukkkk”, atau Akis yang suka sekali mengayun-ayunkan nadanya naik turun “Iiibbbuuukkkk”. Ahhh gemash!

Ketika mereka memanggil saya dengan sebutan “Ibu”, saya seperti mengunyahnya pelan-pelan, mencecap berbagai rasa memenuhi rongga hati saya : syahdu; bangga; dan merasa dibutuhkan, selanjutnya mencernanya dengan perlahan, dan kemudian menimbulkan rasa ‘lapar’ untuk dipanggil “ibu” lagi.

Saya yang ketika dipanggil oleh mereka selalu buru-buru menjawab : “dalem, Sayang” (dalem adalah bahasa Jawa halus yang artinya adalah “saya” atau “iya”) selalu berusaha menjawab dengan nada yang hangat dan enak didengar, meski kadang tergoda juga untuk menambahkan falset tinggi di nada yang terakhir karena didera rasa capek dan stress karena tingginya tingkat beban rutinitas atau atas kondisi tak terkendali.

Dalem, Sayang” memang sudah menjadi 'merk dagang’ bagi saya sejak mereka masih orok hingga Edsel sebesar sekarang dan Akis seumur saat ini dengan harapan mereka juga akan terbiasa menjawab setiap panggilan dengan 'halus' dan enak. Rasanya ada pengikat tak terlihat dalam jawaban saya itu. Pengikat yang hendak selalu saya eratkan kepada mereka setiap waktu agar mereka tidak pernah lupa bahwa sampai kapan pun, mereka tetaplah anak kesayangan saya yang bisa selalu datang ke pelukan saya. Pelukan yang tetap kukuh, meski fisik dikejar rapuh.

“Ibu” adalah panggilan yang terhebat untuk saya. Membuat jiwa saya bergelenyar.
Se-under dog apapun saya di mata orang lain, tapi panggilan “Ibu” telah dengan serta merta menobatkan saya menjadi ratu nomor satu untuk kedua nyawa yang di dalam mata mereka saya berutang bahagia.

“Ibu” adalah panggilan candu untuk saya.
Read More

Thursday 17 November 2016

Purbasari Lipstick Color Matte 92 Rose

Ini saya beli barengan yang 90 Crystal  dengan harapan 'rasa'nya akan sama. Tapi o ow ... saya salah.

'Rasa'nya tidak seenak nomor 90. Satu hal yang paling bikin jatuh cinta dari Purbasari Lipstik Color Matte 90 Crystal adalah enak banget di bibir ketika diaplikasikan. Berkali-kali oles pun rasanya malah makin enak, creamy, dan di bibir juga bagus banget. Nah, si 92 tidak begitu. Begitu dioles rasanya kering. Makin dipulas makin berasa nggedibel (berat), dan kalo bibir kita tidak dalam keadaan fit akan kliatan pecah-pecah dan kering. 

Selain itu jika saya mulasnya terlalu semangat, warnanya akan terlihat ngejreng banget. Doh! Saya sebenarnya ga pede pake warna-warna menyala seperti itu. Makanya saya ati-ati banget kalo mulas lipstik ini. Salah-salah saya malah terlihat norak. Eh tapi kadang kalo udah terlanjur neon, saya biarin aja. Biarin lah sekali-kali keluar dari zona nyaman. 

Saya pakenya tipis-tipis biar ga terlalu 'menyala'.

Warna lipstiknya memang cantiiiiiiik banget. Beneran. Warnanya merah muda lembut. Namun jika dioles di bibir saya yang agak kehitaman ini, dia jatuhnya jadi merah muda cerah. Warna neon. Dan seperti yang saya bilang tadi, perasaan warna kulit wajah saya kurang match deh dengan warna neon. Tapi makin ke sini saya makin berani aja ganti-ganti warna lipstik, even yang bukan warna aman. Lhah sayang kan udah dibeli kaga kepake. Jadi ya sekalian aja bereksperimen mix and match dengan warna jilbabnya.

Warna pink-nya cantik ya?

Staying power? Selama ini karna saya pakenya tipis-tipis, jadi gampang pudar. Kurang lebih 5 jam dengan dipakai makan, minum, dan wudhu, warnanya pelan-pelan ilang dengan meninggalkan garis-garis tipis bibir yang pecah. Tapi kalo mau touch up bersihin dulu bibir dari sisa lipstik ya, baru di re-apply. Karena kalo ga gitu, makin jelek kliatan bibirnya. Pecah-pecah makin kliatan, dan bibir kliatan 'kotor', ga halus.

Ni kemarin Susul teman saya udah nanyain Purbasari punya saya karena dia udah punya yang nomor 83 sama 81. Ahh semoga saya tidak tergoda untuk beli yang dia punya. Sudah, cukup sudah godaan untuk membeli lipstik...#kekepdompet


Read More

Saturday 12 November 2016

Dan Hingga Kau Bosan Mencintaiku



Aku tahu kau lelah
Memahami sekerat hati yang kupunya
Menimang berkelopak-kelopak mawar
Namun perih, tertusuk duri-durinya

Aku tahu kau ingin berhenti
di stasiun yang belum sempat kita singgahi

memejamkan mata untuk sejenak saja
melepaskan tanganku

Mungkin juga kau jengah
Karna memilikiku adalah memiliki hujan :
kadang syahdu, rintik yang lembut,
namun kerap jua lebat dan dingin

Tapi
aku tak akan beranjak
tetap di belakangmu
mengikuti kamu dengan sudut mataku
merapalkan puisiku diam-diam
bahkan hingga ke lorong-lorong sepi

hingga kau bosan mencintaiku
Read More

Thursday 3 November 2016

Purbasari Lipstick Color Matte 90 Crystal

Biar post ini jadi bukti bahwa saya pernah punya lipstik paling hits sejagad tanah air. He he he.

Purbasari Lipstick Color Matte emang lagi hits setahun belakangan. Kalo lipstik bagus dan mahal itu udah biasa. Tapi kalo lipstik lokal, murah, tapi cakepnya menyamai lipstik yang harganya 8 kali lipatnya, itu yang bikin kaum wanita pada edan. Heran juga saya.

Sebenarnya saya sih ga terlalu terobsesi pada lipstik edan ini. Lebih dari setengah tahun yang lalu_ di mana lagi pada heboh-hebohnya semua orang ngomongin Purbasari sebagai lipstik lokal yang nyolong start dari yang tadinya bukan apa-apa kemudian menjadi lipstik kekinian yang belum bisa disaingi lipstik lokal lainnya_ saya sudah hunting lipstik ini. Dan?? Selalu kosong! Dan?? Ya udah, ga usaha nyari tempat lain.

Semenjak punya lipstik Wardah Longlasting 01 Fabulous Peach  saya memang agak jaga jarak dengan lipstik matte, takut susah mengaplikasikan dan pecah-pecah lagi. Makanya, meski masih pada heboh berburu Purbasari matte, saya mah anteng-anteng aja. Bahkan dipamerin lipstik ini oleh sepupu pun saya cuma ketawa sambil bilang dalam hati, "ketinggalan jaman, saya udah dari kapan tau jadi saksi munculnya kehehohan lipstik ini".

Etapi, karena suatu hal saya terpaksa beberapa kali pinjem lipstiknya, Purbasari matte 90. Aww,,,, saya udah suudzon aja sama semua lipstik bertitel matte. Ternyataaa, lipstik matte yang ini buedaaa sama punya Wardah. Seumpama makanan, ini meleleh di mulut. Hmmmm ..., yummy. Beneran, uenak banget. Seburuk-buruknya kondisi bibir saya, lipstik Purbasari ini tetep terlihat bagus di bibir. Nyaman banget dan gampang mengaplikasikannya. Teksturnya creamy ketika diaplikasikan, tapi hasil akhirnya totally matte.

Tapi akibatnya apa?? Saya jadi hunting lagi dengan target : harus dapet!

Harganya Rp 32.000,-. Waduh, padahal dulu-dulu biasanya lipstik Purbasari yang ini cuman 28 ribuan di counter-counter kecantikan. Udah gitu sekarang tambah susah nyarinya. Ini mungkin disebabkan karena demand yang selalu naik, makanya jadi langka dan harganya melambung. Bahkan sempet denger kalo ada salah satu olshop yang pasang harga 45 ribu, tapi tetap laku! Eh emang pada gila kan?



Packaging-nya memang elegan meski harganya murah. Dengan netto 4 gram dan body tinggi ramping memang gampang banget sih diselip-selipin di pouch atau di kantong baju (lah? siapa yang punya kebiasaan ini?). Tapi hati-hati, kalo muternya terlalu kenceng atau terlalu full, ulirnya akan coplok dan ga bisa diputer lagi. Batang lipstiknya juga mudah patah. Rapuh memang, tapi asal hati-hati awet kok.

Purbasari yang nomor 90 Crystal ini, warnanya memang 'aman' banget. Jatuhnya di bibir saya coklat muda ke oranye. Kalem. Bener-bener mengesankan kita wanita baik-baik. He he he .... Dan soal tampilannya di bibir ga usah diragukan deh. Bibir terlihat sehat dan baik-baik meski dia matte.



Staying power-nya lumayan lah. Asal dipoles tebal bisa bertahan 8 jam tanpa touch up. Itu pun udah dipake makan minum dan wudhu. Emang rada ilang sih, tapi masih kliatan samar-samar warna coklatnya. Tapi jujur emang wajah saya jadi kliatan kusem kalo udah begitu. Mungkin ini karena karakter warna kulit saya yang putih cenderung coklat. Jadi mendingan touch up deh kalo punya warna kulit yang setipe dengan saya.

Sebagai lipstik dengan harga di bawah 50 ribu, Purbasari Lipstick Color Matte 90 emang melebihi ekspetasi sih. Makanya wajar jika lipstik ini diuber-uber sampe ke kolong-kolong. Bahkan merk Purbasari juga jadi naik kelas gegara lipstik matte-nya ini. Dari yang sebelumnya cuma dijual di pasar-pasar tradisional, sekarang di mall bahkan di olshop pun pada majang lipstiknya.

Semoga item-item yang lain seperti bedak, eyeshadow, dan lain-lain juga ikutan bagus deh, sehingga makin banyak merk lokal dengan kualitas yang bisa diandalkan. Why not?




Read More

Thursday 27 October 2016

The Naked Traveler - Trinity

Siapa sih yang tidak kenal Trinity? Penggemar buku traveling pasti pernah baca bukunya. Atau penggemar jalan-jalan dan backpacker juga pasti pernah menyambangi blognya naked-traveler.com.

Saya kenal Trinity dari halaman harian Kompas (saya lupa nama halaman dan edisinya) di mana di situ menampilkan pendapat tentang makna jalan-jalan dari sudut pandang para traveler. Dan surprise juga ketika saya googling nama Trinity ternyata dia seorang travel writer yang telah menelurkan 13 judul buku yang mana semuanya best seller! Sekuel The Naked Traveler 1, The Naked Traveler 2, The Naked Traveler 3, dan The Naked Traveler 4 merupakan buku yang paling laris di pasaran. Bikin penasaran kan? Saya yang tidak pernah beranjak dari novel misteri dan sastra sebagai hiburan, terus terang jadi tergoda juga. Jika ke-empat-empatnya laris manis tentu ada sesuatu yang mudah dicerna untuk sebuah tulisan jalan-jalan. Sesuatu yang mudah diterima oleh semua kalangan, bukan hanya penggemar travelling. Sesuatu yang menghibur!

Yang seri 1 dan 2 tidak sempat kefoto. Cuman pinjem dan udah dibalikin soalnya. Huahaha.

Inih lengkapnya! Saya ambil dari naked-traveler.com

And yeah, buku The Naked Traveler mulai dari seri 1 sampai 4 memang tak pernah gagal bikin saya terhibur. Buku ini terdiri dari beberapa bab, setiap bab ada beberapa judul yang berdiri sendiri. Dan siap-siap aja, di tiap judulnya ada cerita-cerita tak terduga. Daaan ending-nyaaa : "aaahhh pingin kayak Trinity iihh".

The Naked Traveler memang bukan tipe buku perjalanan yang menggambarkan secara ‘indah’ dan ‘serius’ tentang suatu tempat. Buku ini menceritakan pengalaman traveling dengan gaya yang ringan seperti kita bercerita ke temen kita_ga ada yang ditutup-tutupin dan sambil ngocol. dan itu yang membuat buku ini ga membosankan. Tapi meskipun begitu, buku ini sungguh bisa jadi bekal kita sebelum mulai jalan-jalan. Apa yang do and don't saat traveling 

Mungkin yang membuat buku ini berbeda dari buku perjalanan lainnya adalah karena Trinity menceritakan pengalamannya dengan apa adanya, kocak, terkadang menyentuh, terkadang menggedor cara pandang kita, dan melihat dengan sudut pandang yang sering terlewat tapi sebenarnya menarik. Dan menurut saya begitulah seni suatu perjalanan. Bukan selalu tentang indahnya suatu tempat wisata, tapi tentang sesuatu yang tidak bisa kita lihat sehari-hari, yang akan menambah wawasan kita, memperlebar cakrawala berpikir kita, menambah rasa syukur dan rasa penghargaan kita. Dan sesuatu itu bisa tempat yang indah, bisa tempat yang kumuh tak terduga, bisa juga penduduk lokal yang asing dari keseharian kita.

Yang pasti, buku ini bikin kita ngiler untuk jalan-jalan. Bikin kita ga takut untuk jadi traveler kere
Read More

Wednesday 26 October 2016

Curhatan Lagi



Hari ini saya bingung, dapat pertanyaan via email, "Mba, gimana ya caranya agar calon suami saya melupakan mantannya? Soalnya mantannya itu pintar memasak sedangkan saya tidak".

Sebenarnya saya heran sekaligus geli. Pertama, dia bertanya sesuatu kepada saya yang notabene bukan expert di bidang itu.Yakali saya psikolog atau saya pernah punya 'saingan' yang pintar memasak. 

Kedua, ini pertanyaan yang paling aneh yang pernah saya 'tampung'. Biasanya orang curhat sama saya tentang ASI, MPASI, GTM, ya sejenisnya lah. Atau karna kemarin saya posting tentang Onkologi maka banyak juga yang nanya-nanya soal kanker payudara. Lah ini? Konsultasi soal cinta yang akar masalahnya juga ga umum. Err..sebenarnya bukan ga umum sih, ini kalo saya tarik, akarnya cuma satu : ga percaya diri.

Bukan saya menertawakan atau meremehkan pertanyaan ini, bukan! Saya hanya takut salah jawab. Makanya hal pertama yang saya lakukan sebelum menjawab pertanyaan itu adalah menempatkan diri saya menjadi dia. Bagaimana seandainya saya punya calon suami dan kami sebentar lagi menikah. Sedangkan kemampuan memasak saya biasa-biasa saja, bahkan cenderung payah. Dan di pihak lain, mantan istri calon suami saya itu seorang wanita yang pintar memasak. Sehingga calon suami saya itu terbiasa punya istri yang pintar memasak. (Eh ribet ga sih kalimat saya? Hehehe).

Tetapi semakin saya berandai-andai, semakin saya punya jawaban yang simpel : so what?.
So what jika mantannya itu pintar memasak sedang saya tidak?
So what jika calon suami saya terbiasa makan yang enak-enak dari hasil tangan istrinya (kala itu)?
So what jika saya tidak bisa memasak sepintar mantan istrinya?
So what????

Saya punya kecerdasan lain yang tidak dipunyai mantan istrinya. Saya punya kelebihan lain dibanding mantan istrinya. Dan di atas semua itu, saya adalah saya, bukan mantan istrinya atau siapapun. Saya mencintai calon suami saya dan selalu belajar menjadi lebih baik. That's all.

Udah saya cuma mau bilang gitu aja. Tak perlu lah mengusahakan si calon melupakan eks-nya? Buat apa? Masa lalu tidak harus dan tidak bisa dipaksa dilupakan kan?

Terkadang kita punya penyakit tidak percaya diri hanya karena kita secara kasat mata kurang dari yang lain. Padahal belum tentu juga kita tidak lebih baik dari orang lain. Saya juga kadang minder, tapi ujung-ujungnya saya pede aja. Toh orang lain belum tentu sehebat yang kita kira kan? Kalopun mereka emang bener hebat justru kita jadi tertantang untuk lebih baik lagi kan?

Note : percaya atau tidak, sejak punya blog, saya sering dapat pertanyaan-pertanyaan yang meminta nasihat. Meski kita ga expert dan ga merasa lebih tau, tapi paling tidak kita bisa share pengalaman, atau bahkan cuma jadi temen sharing doang. Dan kamu tau gimana rasanya? Waarbyasahh!
Read More

Monday 24 October 2016

Teringat Omran Daqnees

Foto ini pernah menjadi viral di pertengahan Agustus. Dan membaca berita di balik foto ini membuat saya tergugu, bahkan hingga hari ini.




Dia adalah Omran Daqnees, 5 tahun, korban perang di Aleppo Suriah yang tidak menunjukkan reaksi apa pun ketika terluka karena bom. Tidak menangis. Tidak meratap. Tidak berteriak. Tidak kesakitan. Bahkan dia tidak mengucapkan sepatah katapun! Dia hanya diam, mengelap darah di wajahnya tanpa ekspresi. 

Ya Tuhan, dia bahkan baru seumuran Edsel! Mungkin dia tidak menangis karena syok. Mungkin juga karena saking biasanya melihat darah dan kematian sehingga apa yang terjadi pada dirinya merupakan hal-yang-harus-terjadi, hanya tinggal menunggu waktu saja.

Sulit bagi saya untuk bisa membayangkan bahwa seorang anak berumur 5 tahun berada di lingkungan yang serba tidak pasti, tidak aman, dan pasti mengerikan. Membayangkan bahwa saat Edsel masih bingung antara mau makan telur atau udang, di saat yang sama Omran dan teman-temannya sedang kelaparan karena makanan sulit didapat. Atau bahkan lebih gila lagi : sedang berlarian menyelamatkan diri dari bom dan tembakan. Saat Edsel merengek lebih memilih nonton tivi sambil tiduran daripada belajar IQRA', di sana di Suriah, Omran dan keluarganya mendengar desingan peluru setiap hari di atas atap rumah mereka.

Maka saya sering menjadi senewen ketika bapak ibu saya dan mertua terlalu memanjakan anak-anak. Saya sentimentil ketika Edsel punya suport system yang baik tapi itu menjadikan mereka punya standar kenyamanan yang tinggi. Dunia tidak selalu manis seperti di rumah kita, boy!

Saya sedih setiap kali membayangkan banyak anak-anak seumuran anak Edsel (atau bahkan Akis!) setiap saat terintimidasi, terluka dan bahkan terbunuh oleh perang yang tak kunjung selesai. Merenggut apa pun dari mereka. Merenggut rasa aman otomatis merenggut waktu belajar, bermain, kebebasan, dan sedihnya juga bisa merenggut nyawa siapa pun.

Jika perang itu atas nama kebenaran, maka kebenaran yang mana yang mengabaikan nyawa anak-anak? Jika perang itu 'hanya' perang saudara, kenapa tidak ada kekuatan yang mau menghentikan pembantaian terhadap anak-anak itu?

Atas nama apa pun, perang tetap saja tidak punya hati.


Read More

Sunday 16 October 2016

Seperti Es Krim


Es krim hari ini dingin sekali
Barangkali dinginnya meleleh sampai ke hatiku
atau bahkan hatimu?
Sampai kamu enggan menghitung lagi untukku
pada detik ke berapa kita akan bertemu

Es krim hari ini manis sekali
Tapi hanya kecupanmu
yang sanggup membawa gula-gula rindu
hingga menusuk hari-hariku

Es krim kali ini
ternyata tak mampu lagi menggodamu
Hanya menyisakan manis nan membuatku kelu,
dingin yang merayap ke buku-buku jemariku

Dan senja pun tak lagi seperti dulu


Read More

Wednesday 12 October 2016

Tidak Sampaikah


Dan aku pun menjadi gila
mendekap bayangmu yang terus berlari
serupa mimpi yang datang terlalu pagi


Kutitipkan nelangsa
pada embun pagi
pada debu jalanan
pada lampu taman
pada rintik hujan
pada angin yang mendesah

Tidak sampaikah?





Read More

Friday 7 October 2016

Hari yang Terlampau Manis


Mari sayang,
kita bangunkan hujan
agar aroma tanah basah
berpelukan dengan wangi tubuhmu
menggoda secangkir lemon tea untuk kau cecap
di bibirmu yang manis

tak bosankah engkau berlari
kesini, duduk di sini, bersamaku
ceritakan tentang matahari mula-mula
yang kau temukan di atas kertas bersampul lusuh

atau bisikkan padaku
tentang wangi sedap kamboja
yang membuat kita ingat akan ujung usia

atau, tentang lagu "Stuck In My Heart"
yang hambar di telinga
namun tak henti kau putar

atau ...
atau ...
atau apa saja asal kita bercakap

karena hari ini terlampau manis
untuk aku reguk sendiri


Read More

Wednesday 5 October 2016

Parfum Senswell

Saya bukan tipe orang yang selalu pakai parfum. Pake parfum cuma kalo pingin aja. Makanya parfum saya tu aweeet banget karna jarang dipakenya. Malah kadang belum habis udah bosen pingin ganti, saking lama ga abis-abis. 

Berhubung saya orang yang pelit dalam urusan kosmetik dan penampilan, maka cari parfum pun cari yang barisan 'terjangkau' tapi aromanya ga pasaran. Belagu kan? Maunya murah tapi mewah, He he he ... Eh tapi wewangian yang termasuk Eau de Toilette (EDT) pun ada lho yang tahan lama. Mayan kan secara EDT kan lebih murah dari pada Eau de Parfum (EDP). Saya pernah pake EDT Oriflame yang Rock Angel, lumayan tahan lama, sekitar 5 jam-an. Wanginya tu feminim dan lembuuuut banget. Harganya sekitar 150 ribuan lebih deh kalo ga salah. Maap saya lupa. Botolnya cantik deh, sayang ga saya simpan.

Rock Angel Eau de Toilette. Gambar diambil dari kaskus


Nah kemarin main-main di Blibli liat ada EDP Senswell lagi diskon. Saya belum pernah nyobain brand Senswell ini, tapi di Blibli dan Lazada rame banget ni merk bersliweran. Lagian harganya terjangkau juga, dan ada varian yang ukuran botolnya imut banget jadi kalo misal saya bosan ga kelamaan nunggu abis.

Sebenarnya saya tertarik dengan Senswell yang Relaxing White Cotton Eau de Parfum, review-reviewnya juga bikin ngiler. Tapi ga tahu kenapa malah ambil yang Senswell I Scent Orange Eau de Parfum. Mungkin karena saya lagi pingin aroma yang fruity makanya nyoba yang I Scent Orange ini. Harga aslinya 70 ribu-an trus ada diskon 48% jadi cuma bayar 39 ribu. Ya ampuun masa iya EDP cuma segitu? Serius ga nih? Tapi review-review di femaledaily rata-rata emang merk Senswell ga mengecewakan meski harga terjangkau.

Cuma segenggaman tangan saya yang kecil ini. Dimasukin pouch bisa banget

Botolnya biasa banget, ga kaya parfum-parfum pada umumnya. Ya dimaklumilah, harganya juga udah irit banget kan. Kebangetan kalo sampe berharap muluk-muluk.

Coba semprot di pergelangan tangan, belakang telinga, dan leher. Pada awalnya saya tidak suka. Duuh nyegrak banget. Aroma jeruk yang saya gadang-gadang akan saya dapat dari parfum ini ga sampe di hidung saya. Tajem banget ni aromanya, ga ada lembut-lembutnya. Lama kelamaan, no too bad. Hidung saya mulai dapat berdamai. Agak lama dikit, aromanya bikin mood saya bersemangat. Nah ini yang saya mau.

Eits... tapi masalah ketahanan tetap jangan berharap banyak. Cuman 2 jam-an! Untuk jenis EDP, ini payah banget. Tapi jangan lupa, liat harganya dong. Dan reaksi di tiap jenis orang bisa berbeda kan. Untuk di saya memang cuma segitu daya tahannya. Berhubung saya bukan parfum junkies, jadi daya tahannya sependek apa pun ga terlalu ngaruh sih di saya. Saya juga jarang banget reapply kecuali saat-saat tertentu di mana saya harus wangih! He he he ....
Read More

Tuesday 4 October 2016

Kutunggu Engkau Lewat Kopi

Sering aku berpikir, mengapa aku begitu mencintaimu.

Mencintaimu membuatku serupa bunga-bunga musim semi : merekah dengan merah jambu yang indah. Namun, terkadang aku seperti daun-daun kering yang meluruh ke tanah. Karena mencemburuimu membuat jiwaku gersang dan jatuh.

Matamu adalah hal paling tak bisa kutipu. Memberiku perasaan ganjil tanpa permisi. Menangisi ruang-ruang penuh sesak dengan namamu dalam dasar hati. 

Aku meratapi malam-malam panjang dengan melukis parasmu, Merindukan mata itu kembali menatapku. Ah Cinta, kenapa engkau harus datang dan pergi? Katakan pada dia yang memilikimu, aku menunggumu di ujung waktu untuk bercerita tentang lagu-lagu. 

Kutunggu engkau lewat kopi panas yang kuhirup pelan-pelan. Syahdu.


Read More

Tuesday 16 August 2016

Mirabella Designer Lipstick 116 Classy

Saya belum bisa move on dari lipstik Sariayu Borneo 01. Warna merah mudanya saya banget. Ketika lipstik ini hampir habis, saya males coba-coba lipstik lain. Lipstik ini memang keluaran udah lama banget, tren warna Sariayu tahun 2014. Tapi tren warna-warna selanjutnya belum ada yang nyantol di hati seperti Borneo 01 ini. Tren warna Sariayu 2016 yang terbaru sih cantik-cantik, tapi mehong abis. Kalo ga cocok, sayang banget kan udah mahal-mahal ga dipake.

Kemarin ke counter Martha Tilaar, ternyata yang seri Borneo lagi kosong semua. Ditawarin SPG-nya Mirabella, tadinya udah ilfill aja karena kurang hits gitu. Lagian juga jarang direview para beauty blogger. Tapi waktu saya tanya harganya cuma 19 ribu perak, dan saya lihat yang nomor 116 mirip dengan Borneo 01, tanpa pikir panjang, tanpa berkali-kali swap di tangan, langsung BUNGKUS!!

Ya ampuun tolong ya para produsen, jangan goda kami perempuan-perempuan lemah iman ini dengan harga murah. Karena itu kelemahan kami.

Kemasan lipstik ini, aduh, saya ga suka banget. Bentuknya lugu dan polos dengan warna ungunya yang ga saya suka. 

Warna lisptik ini terlihat merah cerah dengan nuansa oranye, tapi jika diswap di tangan warnanya pink. Begitu saya coba di bibir, aduh, itu warna lebih pantes buat ibu saya untuk kondangan. Warna merahnya terlalu menor. Kurang fun untuk saya yang lebih suka warna merah mudah segar. Hmm..saya memang wanita awal 30-an yang tidak tahu diri bahwa usia sudah mulai menua dan sudah seharusnya pakai warna-warna gonjreng dan lebih berani. Tidak pantas lagi pake warna-warna centil. Saya memang tidak berani kakak! 



Tadinya lipstik ini mau saya hibahkan saja untuk ibu, tapi kata beliau saya cocok kok pake lipstik ini. Tidak terlihat menor. Jadi saya berani-beraniin pake lipstik merah ini ke kantor. Saya makenya cuma ditotol-totol di bibir biar ga terlalu 'terlihat'. 

Ee lha kok surprise juga dengan lipstik ini. Daya tahannya oke punya untuk ukuran lipstik seharga 19 ribu perak. Saya pake minum ga transfer di gelas. Transfer sih tapi cuma dikiiit aja. Bahkan Sariayu yang biasa saya pake aja kalah. Saya pake ke kantor selama 8 jam, udah dipake makan minum dan wudhu, masih terlihat aja warna merahnya meski udah agak pudar. Jika baru 3 jam-an, wiih masih cakep banget. 



Kayaknya saya ga buruk-buruk amat pake lipstik merah begini. Cuma karena kulit wajah saya sekarang kan agak item (tanpa tahu kenapa), rasanya lipstik merah ga terlalu cocok untuk tone kulit wajah saya. Berasa makin item saja.

Tapi apakah saya akan repurchase? Rasa-rasanya sih iya kalo ada yang mirip dengan warna pink-nya Borneo 01. Suka banget sama daya tahannya, suka banget juga sama harganya yang murah. Hehe...

------------ Bagaimanapun, apapun yang terjadi, saya suka warna peach dan pink. Meski warna peach selalu bikin saya patah hati karena selalu pecah di bibir dan tidak awet. Bahkan lipstik Wardah Long Lasting warna peach yang saya gadang-gadang akan menjadi pelabuhan terakhir saya untuk pencarian lipstik warna peach yang belum pernah ketemu, toh akhirnya kandas juga, sukses parkir di meja rias tanpa sedikitpun tersentuh lagi. Namun lipstik warna ini akan selalu ada di hati.
Read More

Sunday 14 August 2016

TB Paru Milier dengan Pleura Dextra

Ketika langit benderang
Ketika udara sejuk membelai
Ketika kaki lincah melangkah
Ketika itu kita sering lupa bersyukur,
lupa mendekat, lupa tersungkur bersujud,
lupa menghiba-hiba,
lupa memanggil-manggil keagungan nama-Nya


***

#latepost Juni 2016


Ternyata meski November Rain telah berakhir di mana Ayah telah sembuh Tuberkulosis (TB) Paru, dhuaaaarrrr ... badai selanjutnya datang ! Persis pas Ayah dinyatakan bebas TB, saat pula saya dinyatakan positif TB. Lutut saya langsung lemes, meski sebelumnya sempat kepikiran juga karena 3-4 bulan terakhir nafsu makan saya berkurang, semakin hari semakin parah, ditambah badan yang makin kurus. Tapi tetep saja saya ga siap didiagnosis TB. Anak-anaklah yang membuat pikiran saya terbebani luar biasa. Terbayang anak-anak sudah minum profilkasis TB selama 6 bulan full, sekarang harus minum lagi selama masa pengobatan saya. Sukses mewek deh setiap memikirkan hal itu.

Kesedihan saya tersebut ditambah dengan diagnosis dokter yang menyatakan saya menderita TB paru milier dengan pleura dextra. TB paru milier itu bahasa bodo saya adalah TB paru di mana kuman Mycobacterium tuberculosis - nya menyebar lewat pembuluh darah. Sedangkan pleura dextra adalah terdapat cairan di selaput pleura kanan (selaput yang menyelubungi paru). Ya kurang lebih bahasa sederhana yang bisa saya tangkap seperti itu lah.


Pleura Dextra

Perasaan saya semakin tertekan ketika hasil tes darah menunjukkan SGOT dan SGPT saya tinggi sekali : 3 kali lipat dari nilai normal!! SGPT dan SGOT merupakan enzim-enzim pada hati yang akan meningkat jumlahnya di dalam tubuh jika hati mengalami kerusakan baik kerusakan fungsi hati secara akut maupun kronis. Tingginya nilai SGOT/SGPT membuat saya tidak bisa menjalani pengobatan dengan dosis normal karena dikhawatirkan obat-obatan TB akan membuat fungsi hati saya semakin terganggu. Ya Tuhan apalagi ini??

Maka treatment untuk saya adalah minum obat oral hanya Ethambutol dan Isanizoid dengan dosis rendah dan dikompilasi dengan injeksi Streptomycin. Alamak rempong banget kan disuntik di bokong tiap hari?? Karena dosisnya rendah ditambah pula pengobatan TB milier memang lebih lama dari TB paru biasa, maka dimungkinkan pula masa pengobatan saya juga lebih dari 6 bulan. Bisa 9 bulan, atau bahkan 1 tahun.

Ya Allah langit di atas saya berasa runtuh mendengarnya.

Tidak ketinggalan pula, lambung saya sempat bermasalah ketika itu. Lambung yang tadinya baik-baik saja rupanya ikut-ikutan asamnya naik. Setiap makan bawaannya mau muntah, dipaksain makan malah jadi muntah beneran. Saya jadi lemes karena asupan makanan kurang. Pusing dan berkunang-kunang sudah pasti. 

Kuman TB membuat suhu badan saya selalu naik setiap siang, semakin sore semakin tinggi, malamnya demam tinggi sampe menggigil ga karu-karuan. Setiap hari hanya bisa berbaring di tempat tidur karena lemes, pusing, dan kedinginan. Sedangkan pleura dextra membuat dada sebelah kanan saya terasa nyeri setiap menarik nafas dalam, batuk, ataupun bersin. 


Sepertinya entah kapan saya bisa sembuh dengan kondisi badan dan psikologis seburuk itu.
Itulah November Rain jilid dua bagi saya. Bahkan lebih buruk dari yang pertama. 



Rupanya masa sulit itu selalu ada. Saya stress. Tapi satu sentilan menampar saya ketika suami mengingatkan untuk mendekat selalu pada Allah. Iya, saya lupa. Saya terlalu terfokus pada penyakit ini, pada penderitaan saya. Lupa yang kasih penyakit siapa, lupa mencari maksud Allah memberi sakit ini apa : mungkin saya kurang lama berdoa, ibadah hanya sekadar ritual tanpa menyertakan hati, mungkin saya kurang sedekah, mungkin saya terlalu sibuk dengan anak-anak jarang lagi mengaji jarang buka Qur'an.

Hidup yang selalu terasa mudah, selalu senang, membuat 'hati saya keras'.

Saat sakit itu saya juga merasa bersyukur cuma dikasih sakit seperti itu. Coba di luar sana, ada yang menderita kanker, ada yang dari lahir tidak bisa melihat, ada yang kehilangan tangan atau kaki. Ada yang anaknya kena down syndrom, ada yang anaknya menderita leukimia. Ahh penderitaan saya tidak ada apa-apanya. TB mah keciiilll .... Minum profilaksis mah enteeeng ...


Ah ya.... Rupanya saya perlu dikasih musibah dulu, kesedihan dulu, baru saya mendekat pada Allah.







Read More

Tuesday 31 May 2016

12 Bulan KRP

Aku selalu menunggu senja 
Menunggumu....

Mendekap senyum dan tawamu 
yang kusimpan erat-erat
di hati
di kepala
di setiap ruang yang bisa kutitipi bayangmu

Senyummu adalah sihir
yang bisa menukar segala letih dan penat se-beban apa pun


I'm 1 year old!

Inginnya sih setiap bulan bisa update milestone-nya si krucil. On time. Tapi apa daya, dengan alasan pekerjaan dan kuliah yang gunung-menggunung, keinginan hanya sebatas keinginan. Beberapa hari terakhir udah agak punya waktu senggang, tapi mau nulis beratnya ampun-ampunan. Lebih milih nonton Sherlock Holmes dengan aktor Benedict Cumberbatch di laptop sambil ngeteh sama si Ayah. Blogger.com pun sementara dilempar ke atas lemari demi agar tidak menganggu mood nonton.

Kembali ke Kesit Raka Panjalu yang tanggal 5 Mei kemarin ulang bulan ke 12 alias sudah setahuuunn!!! Ya ampuun apakah saya melewatkan sesuatu? Kenapa tau-tau si bayi sudah 1 tahun??

  • Masih tetap rambatan. Belum bisa jalan juga. Sabar-sabar. Beda anak beda perkembangan.#elusdada
  • Gampang dibikin hepiiiii. Akis itu selalu sumringah. Ketemu siapa saja, termasuk orang asing, dia akan mudah beradaptasi dan senyum-senyum gembira. 
  • Hobinya buka-buka kulkas. Grrrrrhhhh..... Dan kalau dilarang akan huwaaaa,,, termehek-mehek dengan air mata pilunya.
  • Demen manjat. Banget. Apa aja dipanjat : meja, rak buku, kursi, kaki emaknya, kaki babenya, dan apa pun yang memungkinkan untuk dipanjat.
  • Makan angot-angotan. Kadang lahap, kadang ga habis. Tapi ya pasti makan dalam sehari. 
  • Umur 11 bulan kita kasih beras hitam, dan dia sukaaa sampe sekarang. Lebih suka daripada beras merah. 
  • Giginya 6 biji! Aih...saya pernah jadi korban keganasan si gigi ini. Puting sebelah kanan luka, daleemm banget. Sembuhnya lamaaaa, bahkan sampai kepikiran apa disapih aja yang sebelah kanan karena saking ga kuatnya nahan sakittt. Ah jadi ibu itu ya, sakitnya ga cuma pas melahirkan aja, menyusui pun bisa jejeritan karena tragedi puting luka. Tapi untungnya 2 minggu-an udah sembuh perlahan-lahan.
  • Bulan Mei di ulang tahun pertamanya, kirain itu bulan terakhir minum profilaksis TB, eh ternyata masih ambil obat untuk 1 bulan lagi. Uffttt...sabar ya cintaku. Ibu tidak jadi menghadiahkan free minum obat. Semoga 1 bulan ke depan segera berlalu dan cinta-cintaku tidak perlu minum profilaksis lagi. Ayah juga semoga bener-bener negatif sehingga ikatan solidaritas TB di keluarga kita bisa segera dibubarkan. He he he...
'Coklat kacang almond' ku berulang tahun. Selamat ulang tahun yang pertama Kesit Raka Panjalu. Tetap jadi coklat penyemangatnya Ibu, coklat pembahagia Ibu, coklat cintanya Ibu. Mmuahh mmuuah mmuaaahhhhh.
Read More

Monday 14 March 2016

5 Tahun EIR

Berapa bulan engkau mengayun dia di rahimmu yang hangat?
Berapa bulan kini engkau merengkuhnya di bahumu yang kukuh?

Dengan segala letih yang engkau berikan
Dengan segala menit yang engkau persembahkan
Dengan segala daya yang engkau pertaruhkan

Dia tetap bukan milikmu ....
Dia milik Sang Maha Memiliki

Sungguh engkau hanya diberi waktu untuk meminjamnya
Untuk dijadikan sarana di antara dua : surga atau neraka

Pintu mana hendak kau tuju?


Jika melihat postingan tentang Edsel di umur 4 tahun di tahun 2015 kemarin, maka akan keliatan perbedaannya dengan sekarang. Edsel sekarang berbeda, sudah berbeda. 



Di tanggal 8 Maret kemarin, sulung saya ini berusia 5 tahun. Melihatnya sekarang seperti melihat ratusan frame yang diputar ulang melewati waktu yang tidak mudah, namun membahagiakan. Edsel adalah pertaruhan kami dengan segala teori yang kami yakini, yang seringnya bertentangan dengan orang-orang lain. Jangan lupa, kami tinggal di kampung yang mana sesuatu yang berbeda sering dianggap keliru. 

1. Edsel sudah lebih bisa mengelola emosi. Maka jarang lagi ada suara teriakan dan tangisan yang dulu hampir setiap hari terdengar dari rumah kami. Bukannya sekarang sudah tidak pernah, tapi jarang sekali.

2. Sudah tidak nonton film lagi sebagai syarat untuk tidur malam. Aktivitas nonton ini hanya kami jadikan ritual malam minggu. Di luar waktu itu, tidak ada nonton. Bahkan kalo dia ketiduran karena siangnya tidak tidur, maka dia harus menunggu malam minggu depannya lagi untuk bisa nonton. Ini memang sengaja diatur oleh suami saya karena kegemaran nontonnya Edsel sudah tidak positif lagi. Dia jadi melewatkan permainan lain karena sibuk nonton setiap malam. Kami juga mengkhawatirkan kesehatan matanya juga sih.

3. Jika dulu melihat TV sempat juga jadi hobinya setiap pagi bangun tidur, sekarang tidak ada lagi nonton TV. Alhamdulillah. Ini gara-gara TV kami rusak, dan saya sengaja tidak memperbaikinya. Biar saja. Terus terang saya mengkhawatirkan pengaruh buruk film, meski film anak-anak tapi banyak sekali adegan kekerasan yang ada di dalamnya. Belum iklan-iklan maupun cuplikan film dewasa yang ada di sela-sela tayangan itu. Saya sih berdoa semoga tidak ada orang lain di keluarga saya yang nekat memperbaiki TV rusak ini.

4. Edsel masuk TPA. Lompatan, bener-bener lompatan. Memang jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya Edsel termasuk terlambat. Anak lain udah kapan tauk masuk TPA, tapi Edsel baru akhir-akhir ini. Dan itu atas inisiatif sendiri. Ya sudah lah, kami memang ga pernah memaksa karena pasti dia berontak dan hasilnya pun ga maksimal.



5. Edsel sekolah. Bukan sekolah beneran sih, karena dia cuma ‘kami titipkan’ Uti yang ngajar di TK. Dia cuma mendengarkan, belum  mau ikut mewarnai, menggambar, dan lain-lain. Belum pake sragam karena belum daftar resmi, tapi pake sepatu. Lumayan sih, sudah ada perubahan dari sebelum ikut sekolah.  Ada tambahan knowledge juga.

6. Masih tetap tidak suka menyanyi. Tapi suka berdendang sendiri.

7. Masih tetap suka bermain peran, dengan dia sebagai pembuat cerita. Jalan ceritanya semakin kompleks dari waktu ke waktu.

8. Masih tetap hobi ‘menciptakan’ sesuatu. Entah itu dari balok-balok lego maupun dari plastisin. Dengan bentuk yang semakin bervariasi dan rumit. ‘barang-barang’ ciptaannya ini kemudian akan dibuat cerita. Sampe hari ini sepertinya menciptakan sesuatu dan membuat cerita itu adalah hobinya yang tak lekang oleh waktu.


9. Kalo makan spagheti dia mau makan sendiri sampe titik penghabisan. Bahkan kalo lagi buru-buru, dia tetep ga mau disuapin. Eh kalo nasi dia masih kesusahan kalo makan sendiri.


10. Edsel sekarang lebih sabar, lebih bisa dikasih tahu dan dikasih nasihat. Dia juga sudah lebih ramah pada orang baru.

Pingin banyak update tentang anak-anak di blog ini, tapi waktunya itu lho! Padahal selain banyak hal di atas, banyak cerita tentang Edsel yang bikin kita bangga, terharu, atau malah pingin jambak rambut sendiri. Ahay... .kopi manisku, selamat ulang tahun ya. Jadi anak shalih ya.


Read More

Friday 11 March 2016

Sunscreen Wardah



Jadi, kenapa tetiba saya  memakai sunscreen setelah selama ini hanya menjalani ritual make up yang itu-itu saja? 'Itu-itu saja' di sini maksudnya adalah : pelembab - BB cream - bedak tabur.

Ini karena saya baru tahu kalo sunscreen itu produk perawatan maha penting untuk kita yang tinggal di daerah tropis. Salah satunya adalah membuat pori-pori kita tidak terlihat membesar, juga mencegah munculnya bintik-bintik hitam karena efek negatif sinar matahari. Bahkan saat di dalam ruangan kita tetap terpapar dengan sinar matahari UVA yang dapat menembus awan dan kaca. Dan ternyata juga, produk-produk make up yang mengandung SPF sekalipun tidak se-efektif sunscreen itu sendiri. Owalah, pantesan muka saya jadi berbintik-bintik meski tiap hari udah pake pelembab yang ada SPF-nya.

Ah, sudahlah tidak usah saya jelaskan panjang lebar tentang manfaat si sunscreen ini. Wong saya bukan ahli di bidangnya.

Setelah hunting si tabir surya alias sunscreen ini di minimarket, ternyata yang ada hanya merk Wardah. Wew... kayaknya Wardah emang jagonya nyempilin produknya di setiap tempat. Ini terbukti deh, kalo nyari produk Wardah gampang banget, baik di minimarket, toko-toko di pasar, maupun di mall-mall besar. Padahal dari segi kualitas, dia bukan barang abal-abal. Harganya ramah di kantong pulak!  Cuma Rp 27.500,- saja. 

Mengandung SPF 30, Aloe Vera dan Vitamin E. Bentuknya gel dan mudah diaplikasikan. Ga bikin wajah oily sih di saya. Oh iya semenjak pakai sunscreen, saya udah ga pake lagi serum Roro Mendut. Karena setelah saya perhatikan, pemakaian serum itu sebelum berdandan bikin wajah saya cepet berminyaakkk banget. Tapi karena udah kadung beli, cuma saya pake malam sebelum tidur aja. 

Dan bener, setelah ga pake serum itu, cuma sunscreen dan BB cream aja, lumayan wajah saya udah ga terlalu oily.

Saya cocok sih pake Wardah Sunscreen Gel ini, tapi yang jelas karena gampang didapat dan harganya murah. He he....
Read More

Thursday 10 March 2016

Akhirnya ke Onkologi

#latepost Februari 2016


Masih pada ngeh kan kalo tanggal 4 Februari kemarin diperingat sebagai hari Kanker Sedunia. Tapi sungguh bukan karena itu akhirnya saya mempunyai kesadaran untuk mendatangi klinik Onkologi untuk deteksi dini kanker.

Beberapa minggu terakhir saya merasakan benjolan sebesar kelereng di payudara sebelah kiri atas. Tidak sakit sih, dan sudah saya konsultasikan juga ke bidan dan SPOG, dan kata beliau-beliau tidak apa-apa hanya kelenjar ASI saja. Tapi maraknya kasus kanker payudara yang baru ketauan pada stadium lanjut dikarenakan salah diagnosa, membuat saya memburu dokter spesialisnya untuk bener-bener membuat saya tenang.

Berdasarkan rekomendasi temen-temen meluncurlah saya ke Klinik Onkologi Kota Baru Jogja.

Bangunan klinik ini tidak seperti umumnya rumah sakit atau klinik-klinik lainnya yang berkesan modern dan ‘kaku’. Begitu masuk ke dalam lobi klinik saya agak surprise juga. Ini kayak rumah kuno, betul2 rumah kuno dengan lantai ubin merah, dinding sederhana, dan kusen-kusen kuno. Ada juga lukisan hitam putih kuno dengan yang kayaknya sih tentang dokter jaman dahulu sedang mengobati pasiennya. Ah sayang sekali ga saya foto, padahal pertama kali datang saya langsung tertarik dengan lukisan itu.

Suasana kuno itu justru membuat saya merasa rileks, ga terintimidasi dengan kesan rumah sakit yang biasa menyergap begitu datang. Suasananya cuma kayak berada di rumah biasa aja, bukan di rumah sakit,apalagi rumah sakit dengan nama belakang ‘kanker’, aih denger namanya aja bikin saya keder. Suasana homey itu dilengkap dengan resepsionis yang ramah banget, dan ga pake sragam (!). Yes, saya benci sragam perawat di resepsionis. Bukan benci orangnya, tapi sragam perawat bikin perasaan saya ga nyaman.

Cukup ya tentang deskripsi kliniknya. Oh iya biar ga ngantri kelamaan klinik ini menyarankan untuk daftar via telp atau sms untuk bikin janji dengan dokter spesialis onkologi yg kita pilih. Bisa telp ke 0274-540778 atau sms ke 085292099779.

Berdasarkan rekomendasi temen-temen juga, saya pilih Profesor Teguh. Dari gelar depannya udah pasti tua nih (idih ga sopan ya, bilang-bilang tua). Dan biasanya kalo dokter spesialias yang udah senior bawaannya bete, bicaranya sekedarnya, kalo ditanya panjang lebar jawabannya bukan luas tapi pendek. Udah siap-siap deh kalo dibetein sama dokter tua ini, yang penting dia pinter udah.

Weh ternyata saya underestimate, beliau ga nyebelin kakak! Komunikatif, santun, dan ga buru-buru ‘mengusir’ pasiennya dari kamar praktek. Beliau secara jelas dan bahasa yang mudah kita cerna menjelaskan tentang kondisi kita, bahkan sebelum kita tanya. Masih kita guyur dengan pertanyaan-pertanyaan lain pun beliau masih dengan sabar menjelaskan. Ya benerlah temen-temen rekomen beliau. Lhah top banget gini. Keren lah Prof Teguh ini. Love you deh mister doctor.

Satu lagi yang saya catat, ini dokter bukan  dokter yang main kasih resep aja. Hati-hati betul beliau. Kalo ga butuh obat ya ga perlu kasih resep.

Ternyata dari hasil pemeriksaan dokter Teguh, ga ada yang mengkhawatirkan dari payudara saya. Benjolan itu cuma kelenjar ASI aja. Produksi yang banyak, ga diimbangi dengan pengeluaran yang teratur. Alhamdulillah. Terima kasih ya Rabb. 

Namun untuk lebih memastikan, dokter menyarankan saya untuk USG. Itu pun masih ditawari mau USG di sini atau di tempat lain. Saya jawab, “Di sini dok”. Masih ditawari lagi mau hari ini atau besok-besok lagi. “Sekarang dok, harus saya ketahui hari ini juga dok saya negatif kanker bener tidak”. Eh mantep banget deh tekad saya. Bulat udah.

Nunggu antri USG-nya lamoooo. Untung ada majalah kesayangan saya : Femina!! Oh God... Nunggu sampe tengah malam pun, rasanya saya ga akan mengeluh.

Edsel pun sampe ketiduran saking lamanya nunggu

Pemeriksaan di ruang USG pun dilayani dengan memuaskan. Dokter ahli radiologinya perempuan (yeaayy!) jadi saya ga canggung. Hati-hati dan tlaten betul beliau. Seinci pun ga ada yang dia lewatkan. Ini yang membuat pemeriksaan USG-nya jadi lama karena memang teliti dan hati-hati. 

Akhirnya hasil pemeriksaan USG pun negatif. Alhamdulillah. Kehororan saya selama ini tentang bayang-bayang penyakit kanker payudara lumayan terkikis.

Tinggal satu nih pe-er saya : papsmear! Duh pe-er bener deh ni. Selain karena ga bisa sewaktu-waktu (kalo lagi mens kan ga boleh), juga katanya sakit buk! Aduh harus meringis lagikah daku?
Read More
Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena