cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Saturday 27 December 2014

Bulan Terbelah di Langit Amerika

"Siapa yang menyangka, Christoporus Columbus sebenarnya bukan penemu pertama benua ini, Hanum." 

Kata-kata Julia itu membuat langkahku terhenti.

.........................



Bulan Terbelah di Langit Amerika bercerita tentang kisah perjalanan Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra di Amerika. Novel kedua mereka ini, setelah 99 Cahaya di Langit Eropa yang best seller itu, semakin meneguhkan bahwa duet suami istri ini bukan penulis abal-abal. Jujur saya lebih suka gaya bahasa yang semakin lugas dan indah mengalir di novel ini dibanding novel sebelumnya. Meskipun dari inti cerita, both are beautiful.

Menguak tentang penderitaan muslim Amerika dengan stigma negatif setelah tragedi 11 September 2001. Begitu berat sanksi sosial terhadap mereka hanya karena agama mereka dan agama orang yang menabrakkan pesawat ke menara kembar WTC adalah sama. Tidak hanya cap teroris yang otomatis melekat pada muslim-muslim itu, tapi juga perlakuan diskriminatif dan menyakitkan dari warga non-muslim.  "Apa kau tidak membenci orang-orang muslim itu ? Agama macam apa yang menyuruh umatnya menabrakkan diri ke gedung penuh manusia hidup ?"

Juga tentang kehancuran hati atas kehilangan orang-orang tercinta dari ambruknya gedung lambang ke-super-an negara super power itu. Kehilangan yang menyayat hati karena mereka harus pergi dengan cara yang tak berperikemanusiaan. 

Novel ini juga mencoba mengintip tentang kemungkinan konspirasi terselubung dari kejadian Black Tuesday itu. Begitu banyak kejanggalan bagaimana gedung setangguh WTC bisa runtuh-seruntuhnya 'hanya' dengan ditabrak sebuah pesawat? Bertahun sebelumnya Empire State Building juga pernah tertabrak pesawat karena kecelakaan, tapi tak sampai hancur berkeping-keping. Lantas di mana salahnya si WTC ini ?

Tak ketinggalan, Hanum menemukan jejak Islam yang ada di Amerika yang membuatnya terbelalak : wajah Nabi Muhammad yang terpahat di Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat, pahatan surat An-Nisaa' ayat 135 di gerbang Fakultas Hukum Universitas Harvard, Al Quran yang dimiliki Thomas Jefferson presiden ketiga Amerika, dan fakta ilmiah tentang rekahan di bulan yang merupakan bukti keajaiban bahwa mukjizat Nabi Muhammad membelah bulan adalah benar adanya.

Saya suka novel ini, suka sekali. Sebagaimana novel terdahulunya yang membuka cakrawala berpikir kita bahwa selalu ada sesuatu yang lain di setiap perjalanan kita. Bukan melulu tentang bersenang-senang dan mengunjungi ikon-ikon wajib, namun senantiasa ada pelajaran dan something yang bisa diraih yang menjadikan kita lebih 'berisi'

Oh ya, satu hal lagi yang saya sukai dari novel ini : ternyata bukan saya saja di dunia ini yang tidak piawai dengan orientasi jalanan. Hanum, sang penulis juga punya 'penyakit' yang sama dengan saya. Thanks God, senangnya punya teman senasib. He he he ... 




Read More

Friday 19 December 2014

Dapat Apa ?



Mungkin bisa dikatakan saya bukan orang yang berbakat kaya. 

Saya sering berdebat dengan seorang teman, bukan berdebat sih sebenarnya, hanya ngobrol tapi banyak beda pendapatnya, jadi kayak debat secara terselubung gitu, he he he... Kenapa saya terbilang bukan orang berbakat kaya? Karena jika dibandingkan teman saya itu, saya ini orang yang terlalu cepat merasa puas dengan materi yang saya punya selama ini. Saya juga orang yang tidak pintar melihat 'celah uang' di pekerjaan saya. 

Apa iya sih saya tidak bisa melihat celah itu ? Kalo boleh jujur sebenarnya saya bisa melihat peluang-peluang yang bisa saya manfaatkan untuk keuntungan pribadi. Baik celah itu melanggar hukum, atau yang sebenarnya aman-aman saja. Tapi memang benar kata teman saya itu, saya ini orang yang cepat puas. Dengan HANYA gaji saja, saya ini sudah rela bekerja mati-matian mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk pekerjaan saya. Kenapa ? Karena saya sudah mendapatkan gaji, dan memang untuk bekerja sebaik mungkin saya digaji. Ih terdengar sok idealis ya ? Mungkin iya, terdengar seperti sok ya? Tapi bener deh, saya ini sudah merasa bahagia sekali jika tugas saya selesai dengan baik. Hanya itu. Perkara saya dirugikan karena terkadang harus bekerja lewat jam kantor, atau terpaksa membawa pulang kerjaan dan income yang saya terima hanya itu-itu saja, itu ga mengganggu pikiran saya. Saya merasa terganggu jika pekerjaan yang menjadi tugas saya selesai lebih dari waktu target, atau selesai namun dengan hasil yang buruk.

Itulah mangkanya saya ga berbakat kaya karena saya memang tidak pintar memperhitungkan untung rugi. Saya hanya memperhitungkan puas ga puas, nyaman ga nyaman. Tapi saya toh bahagia dengan keadaan yang seperti sekarang. 

Apa saya ga pingin punya income lain-lain dengan memanfaatkan bidang tugas saya, dengan kemampuan dan kesempatan yang saya miliki? Jawaban untuk apa ga pingin duit sih saya jawab pasti pingin. Tapi untuk memanfaatkan peluang itu yang saya males. 

Menurut saya, tolak ukur kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang bahagia dengan materi. Dia bahagia ketika mendapat keuntungan materi dari setiap hal yang dia kerjakan. Setiap pikiran dan tenaganya dicurahkan untuk mendapatkan materi yang lebih baik dan lebih banyak dari yang dia punya sekarang. Dan itu sah-sah saja. 

Namun ada juga orang yang, bukannya tidak menyukai materi, tapi dia tidak tergantung dengan itu untuk merasa bahagia. Mungkin bisa dikatakan golongan kedua ini adalah orang yang malas dan tidak mau ambil risiko kayak saya. Tapi lagi-lagi saya tidak melulu tergantung dengan uang untuk bahagia. Ketika berproses untuk menyelesaikan pekerjaan, saya bahagia. Proses itu yang membuat saya puas, kebutuhan untuk aktualisasi diri sudah terpenuhi, dan itu salah satu yang membuat saya bahagia meski saya tidak mendapatkan uang dari proses itu.  

Ahh...hari Jumat bicaranya berat ya? Tapi sungguh, ini sebenarnya ganjalan yang sudah lamaaaa pingin saya curhatkan di blog, tapi ragu-ragu karena takut menyinggung salah satu pihak. Tapi ya sudahlah, daripada saya bisulan gara-gara menyimpan beban pikiran (ceile...beban pikiran), saya tulis saja. Toh saya wanita hamil, kan pasti pada dimaklumi jika bicara apa adanya. Ha ha ha ...apa hubungannya coba !!
Read More

Thursday 18 December 2014

Mendefinisikan Edsel



Edsel adalah tentang  semua hal yang kusebut cinta
Edsel adalah separuh ruh yang lebih berat kadarnya dibanding separuh ruh yang lain
Edsel adalah isak tangisku yang tertahan di setiap ketakutan, rasa khawatir, penyesalan, dan kerinduan
Edsel adalah senyumku tanpa beban, tawa tanpa risau
Edsel adalah penyunting kebahagiaan tanpa permisi
Edsel adalah tambahan menit-menit doa di setiap simpuh sujud

Edsel lebih nikmat dari secangkir kopi, sepotong  coklat, dan novel Sherlock Holmes



3 Tahun 9 Bulan

Dia masih tetap berpipi gembil dengan rambut yang hitam dan sedikit kaku

Dia suka bertanya membanding-bandingkan banyak hal : antara kekuatan Tyrex dan Krisna, kekuatan Ayah dengan dirinya, lebih besar mana sandalnya dengan sandal Najwa (teman mainnya), kuat mana antara Casper dengan Bima, dan semua hal lain yang ingin dia bandingkan. Suka-suka dia.

Dia masih suka dengan dinosaurus, dengan favoritnya tetap Tyrex.

Dia penyuka tokoh antagonis di setiap dongeng, cerita, dan film.

Dia tidak lagi menolak ketika di foto atau direkam

Dia masih tetap berkeringat asem

Jika mandi masih sulit untuk diguyur wajahnya.

Coklat masih menjadi makanan kesukaannya 

Tidak makan permen lagi meskipun pingiiiiinnnya sampe ke ubun-ubun

Rutin gosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur, meski mata sudah berat mengantuk

Mood-nya sering berubah tiba-tiba. Sekarang lagi ketawa-ketiwi, 5 detik kemudian jadi monyong kesel

Tantrum ? Never !




Read More

Thursday 13 November 2014

Edsel Ingin ke Alaska

Alaska

Wakakak...kalo orang lain yang denger mungkin ngakak kalo Edsel bilang pingin ke Alaska. Mustahil banget kan kedengarannya ? Emak bapaknya cuma pegawai rendahan, trus ga juga bakalan dapat warisan yang geday dari moyang. Tapi kalo Edsel bilangnya ke saya? Saya cuma tersenyum sambil bilang, "Amiinn, kalo Edsel pintar insya Allah kita bisa ke sana".

Edsel emang sering gitu, suka punya keinginan yang aneh-aneh. Yang kadang bilang pingin ke Alaska, kadang bilang pingin ke Afrika biar liat ular Mamba Hitam, ato kadang pingin nyobain makan daging Tyrex, dan macem-macem lainnya. Dan keinginan anehnya ini konsisten, bukannya hari ini bilang terus besok lupa. Dia akan terus ngulang lagi besoknya kalo ingat. 

Ga terhitung lagi orang yang nyengir, ketawa, ato malah histeris dengan keinginan ga umumnya itu. Tapi menurut saya bukankah anak seumuran Edsel memang suka berimajinasi? Dia sering nonton film atau membaca buku (membaca di sini maksudnya membuka-buka buku ya, atau kami yang bacakan karena Ed memang belum bisa membaca) tentang hal-hal yang nun jauh dari logika seperti itu. 

Sejauh ini saya menganggapnya masih normal dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya ambil sisi positifnya saja bahwa Edsel pintar berimajinasi, bukankah ini hal yang bagus untuk anak-anak? Dan itu bisa sebagai pelecut dia dan kami orang tuanya (yaa siapa tahu saja kelak Edsel bisa ke Alaska beneran, hehehe....)
Read More

Tuesday 4 November 2014

Cinta Dalam Seorang Robin Lim

Kecantikannya seperti khas wanita Indian. Memang ada darah Indian dari ayahnya yang keturunan Jerman. Sedang ibunya seorang campuran Filiphina dan China. Robin Lim. Ia tak sepopuler tokoh politik, pejabat, atau artis yang saban hari wara-wiri di layar televisi Indonesia. Ya, ia tak seterkenal mereka bagi kita. Tapi jangan tanya jiwanya, jangan tanya hatinya, jangan tanya kemampuannya, jangan tanya pengabdiannya. 


Kalo saja televisi kita lebih sering menampilkan orang-orang insipratif, orang-orang yang membawa banyak kebaikan untuk lingkungannya, orang-orang dengan jiwa pejuang tanpa pamrih, orang-orang dengan banyak ilmu yang bermanfaat, maka mungkin banyak virus kebaikan yang lebih cepat menular dibanding virus tensi tinggi atau virus hedonis yang sudah kadung parah.

Robin Lim mendirikan klinik di Ubud, Bali dengan nama Yayasan Bumi Sehat. Klinik yang sama juga kemudian ia dirikan di Meulaboh Aceh pasca tsunami 2005 silam. Klinik ini adalah klinik ibu dan anak untuk segala jenis kelas dan strata tanpa meminta bayaran sepeserpun alias gratis, kalo hendak member donasi seikhlasnya dipersilakan. Meskipun cuma-cuma, tapi pelayanan di klinik ini tak main-main, sungguh-sungguh bagus dan professional. Kursus prenatal macam yoga dan senam hamil juga diadakan di klinik ini, sekali lagi : GRATIS.

Selain melayani ibu hamil dan melahirkan, klinik Bumi Sehat juga membantu ibu dan bayi pasca persalinan. Robin sepertinya tak ingin menuntaskan kasih sayangnya begitu saja, bahkan ketika ibu dan bayi membutuhkan kehadiran dan pertolongannya setelah melahirkan.

Robin menekankan proses kelahiran gentle birth untuk wanita melahirkan. Gentle birth adalah melahirkan dengan alami, natural, tanpa banyak intervensi medis yang tak perlu (kecuali untuk indikasi medis yang memang mengharuskan untuk melahirkan dengan operasi caesar). Tak banyak teknologi modern di klinik ini selain mesin USG, ia juga tak banyak memberi obat-obatan kepada wanita hamil selain vitamin yang itu pun juga gratis. Ia percaya dengan cara-cara alami akan banyak memberi manfaat bagi bayi dan ibu. Wanita hebat ini juga mengedukasi pasiennya untuk hanya memberikan ASI pada bayinya dan menyajikan MPASI buatan sendiri.

Sebenarnya yang istimewa dari Robin Lim adalah cintanya yang begitu besar pada pasien-pasiennya. Ia selalu memeluk dan mencium hangat ibu-ibu yang datang padanya, juga bayi-bayi mungil yang mereka lahirkan. Selalu. Ia sangat pecaya bahwa cinta akan membuat rileks dan mengurangi setiap penderitaan dan rasa sakit. Bahkan ia tak segan-segan datang langsung sendiri ke rumah pasien jika mereka tidak bisa dibawa ke klinik. Tak ada perbedaan dalam melayani semua kalangan, miskin kaya semua diperlakukan penuh cinta. “Melahirkan adalah peristiwa yang sangat beresiko bagi seorang perempuan. Sakit. Mereka bertaruh nyawa. Saya selalu menganggap pasien yang melahirkan di sini sebagai anak saya. Sentuhan kecil saja sangat berarti bagi mereka. Dengan begitu kesakitan mereka berkurang,” kata Robin.

Robin juga membagikan ilmunya lewat buku-buku yang ia tulis di antaranya Anak Alami dan ASI Eksklusif Dong ! Buku ini ga dijual lho, tapi diberikan scara gratis jika kita mengirimkan email ke website Bumi Sehat. Atau didownload di website itu juga bisa. Bener-bener ga komersiil.

Jika ditanya dari mana dana untuk biaya operasional klinik ? " Sampai sekarang saya tidak berhenti mengirim permohonan dana, ke luar negeri", jawab ibu dengan 5 anak ini. Sebagai klinik yang ‘bersih’, Bumi Sehat tidak pernah menerima bantuan atau sponsor dari perusahaan susu formula meski mereka rajin memberi pendekatan kepada Robin. Bahkan Robin juga pilih-pilih untuk menerima donasi dari perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan yang bidang usahanya merusak lingkungan dan hutan, akan ditolaknya mentah-mentah meski uang yang mereka berikan bisa menyambung hidup klinik, meski diakuinya ia kembang kempis dengan dana yang ada. Robin tak butuh uang dari mereka yang hanya egois memikirkan keuntungan tanpa mencintai masa depan anak dan lingkungan.

Robin Lim, wanita yang lahir di Arizona Amerika, besar di Filiphina, memberikan cintanya untuk Indonesia. Bukan karena uang yang lebih menggiurkan, bukan karena kepopuleran yang lebih menjanjikan, tapi karena cinta. Cinta seorang Robin Lim.


Yang berupa kutipan perkataan Robin diambil dari : akarumput.com
Read More

Thursday 30 October 2014

Sedapnya Oktober


Apa yang istimewa di bulan Oktober? Selain hari Kesaktian Pancasila, hari Batik, hari TNI, hari Dokter Nasional, hari PBB, hari Sumpah Pemuda, dan hari penting lain yang saya ga ingat karna saking banyaknya, tahun 2014 ini Oktober juga punya gawe yang besar, yaitu pelantikan Presiden-Wakil Presiden dan pembentukan kabinet yang membantu kerja beliau. Itulah yang membuat Oktober kali ini terasa berbeda. Itu yang juga saya rasakan sebagai warga negara dan sebagai PNS tentu saja. 

Tapi sebagai pribadi, Oktober tahun ini adalah Oktober tersedap yang Allah kasih untuk saya hingga umur 29 tahun ini. Bagaimana tidak, di bulan ada banyak nikmat 'non-rutin' yang diberikan kepada saya. Yang pertama yaitu ulang tahun. Meski tidak pernah ada perayaan, tapi di setiap hari ulang tahun banyak orang yang mengucapkan selamat dan mendoakan yang baik-baik. Selain di hari ulang tahun, doa yang diberikan orang lain mungkin tidak sebanyak di hari ulang tahun itu.

Kedua : renovasi rumah selesai. Setelah 2 bulan dibikin ribet dengan urusan renovasi akhirnya tanggal 24 Oktober kemarin proyek menguras energi ini selesai. Alhamdulillah. Meski cuma sederhana tapi ini hasil pontang-panting dari pemikiran dan kantong sendiri (ngutang sih, tapi kan nyicilnya pake duit sendiri, he he he)

Ketiga : saya menjalani kehamilan di trimester pertama ini dengan sangat sangat nyaman dan mudah. Tidak seperti hamil pertama yang tiap pagi dan malam pasti mual muntah hingga derajat muntah tertinggi : kuning dan sangat pahit. Meskipun ga parah-parah amat tapi hal itu berlangsung hingga trimester kedua. Trimester ketiga pun saya masih sering muntah meski ga separah 2 trimester sebelumnya. Badan juga rasanya capek dan males melulu. Berkaca dari hamilnya Edsel itu, saya jadi sangat sangaaat bersyukur sekali hingga bulan Oktober ini saya diberi kesempatan untuk menikmati kehamilan dengan tanpa semua hal tersebut di atas. Saya juga tetep semangat kerja seperti biasa. Berasa ga hamil lah pokoknya. Padahal kegiatan saya kali ini lebih berat karena selain ngantor, tiap Sabtu Minggu saya KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan jarak pulang pergi 100 km dengan naik motor. Mudah-mudahan selepas Oktober saya masih diberi nikmat 'hamil sehat dan mudah' sampe nanti lahiran. Amiin.

Keempat : Edsel jadi tambah sayaaang dan mesra sekali dengan saya. Susu hamil dibikinin dia dibantu Ayahnya, vitamin pun dia yang minumin. Perut saya juga selalu dicium-cium dan dipeluk kayak dia sayang banget sama adiknya. Kalo periksa ke dokter dia ga pernah absen ikut nemenin dan nanya ini itu. Waaahh...indah deh lihat Edsel yang kayak begitu.

Jika dihitung memang nikmat dari Allah itu tak terhitung, tetap tak terhitung. Tapi bolehlah saya sebut ini adalah Oktober tersedap dari Oktober-Oktober sebelumnya.

Read More

Thursday 23 October 2014

Ngidam Sere

Hamil kedua ini membuat saya sensi sekali dengan wewangian. Dimulai dengan tidak pernah lagi pake pelembut dan pewangi pakaian, kemudian menyingkir setiap suami menyemprotkan parfum, terus jadi ga suka dengan aroma handbody lotion dan deodorant yang saya pake, dilanjut dengan benci pada aroma sabun mandi tertentu. Yang terakhir ini memang rada aneh, jadi setiap saya mandi dengan sabun Dettol dan Lux (padahal ini sabun yang saya pake sehari-hari sejak jaman belum hamil), tetiba saya jadi badmood. Pusing atau mual sih ga, tapi saya neg, benci aromanya dan buru-buru pingin keluar dari kamar mandi. Apalagi jika keingat aroma sabun itu, waahh bikin males deh. 

Ga tahu gimana awalnya, saya jadi pingiiin banget aroma sere. Ga tahu kenapa, saya tiba-tiba aja ingat dulu pernah nyium sabun sere ga tahu di mana. Penasaran saya nyari sabun sere di toko, ternyata ada, mereknya Herborist. Ya amppuunn, baru nyium aja rasanya udah enaaakkk banget. Pingin nyium terus. Padahal dulu saya ga pernah tuh pake sabun rempah-rempahan gini. Ga suka banget. Bukannya apa-apa, tapi rasanya aneh aja jika badan saya bau kayak jamu atau bumbu dapur. Eehh...lha kok sekarang malah ketagihan.


Nah, kalo biasanya saya males setiap mau sabunan karena sabun yang biasa, sekarang jadi semangat tiap sabunan. Bahkan saking senengnya dengan sabun sere ini, saya sering ngulang sabunan berkali-kali hanya demi bisa nyium aroma sere lebih lama. Ato waktu lagi beraktifitas di kantor atau di rumah kadang keingatan sabun sere dan pingin nyium. He he he ..... Rasanya tu rileks dan nyamaaann banget. Ini kali ya yang namanya ngidam. Dulu waktu hamil si Ed ga pernah deh pingin yang aneh-aneh sampe kepingiiiin banget kayak gini. 

Ato kalo dijelasin secara ilmiah, sere ini mungkin mengandung aromatherapy yang bikin kita rileks. Dan ini yang bikin saya jadi ketagihan. Soalnya wanita hamil kan bawaannya cepet capek dan lemes, begitu di-charge dengan aromatherapy jadi fresh lagi. Mungkin aja sih, wong saya juga belum sempet searching tentang manfaat minyak sere.

Trus tadi pagi waktu lagi dandan malah kepikiran : ada ga ya handbody lotion yang aromanya sere ? Ha ha ha....
Read More

Tuesday 21 October 2014

Minder

"Tapi, hidup itu terlalu singkat kalau penuh keminderan. Saya pikir begini, kalau minder kita sama saja dengan membangun tembok di sekeliling kita, makanya tembok itu harus dipecahkan. Kalau pun kita jatuh, kita akan tahu rasa sakit itu seperti apa, begitu juga kalau kita sampai berdarah, jadi, ya, maju saja. Tapi minder itu juga sama seperti perjuangan, sampai sekarang ada kalanya saya tetap minder."

Kutipan kalimat di atas saya copy paste dari petikan wawancara dengan Iwan Setyawan di Mommies Daily. Tau Iwan Setyawan dong, itu lho penulis novel 9 Summers 10 Autumns. Novel tentang kisah hidup mas Iwan dari masa kecil yang melarat hingga menjadi salah satu director di Nielsen Consumer Research New York. 

Iwan Setyawan. Gambar diambil dari sini

Ternyata Mas Iwan bukan seorang yang sempurna secara fisik. Ia bukan seperti digambarkan di novel-novel teenlit atau di sinetron-sinetron : pemuda yang ganteng, gagah, macho, pintar, punya kedudukan di perusahaan yang bonafid. Bukannya saya hendak bilang Mas Iwan ga ganteng ya, bukan. Jika ganteng itu relatif maka boleh saya katakan kalo Mas Iwan enak untuk diliat karena senyumnya adalah senyum semangat. Tetapi ia tidak masuk dalam kategori digandrungi seperti pujaan cewek-cewek sekarang. Ia sangat-sangat normal seperti kita kebanyakan. Dan lihat, ia juga berasal dari keluarga yang tidak punya banyak uang. Ia jamak ditemukan di sekitar kita. Bahkan ia juga punya rasa minder, persis seperti kita kebanyakan setiap menyadari bahwa kita 'kurang' dari yang lain. 

Tapi jika akhirnya dia bisa merubah hidupnya menjadi berkali-kali lipat lebih baik dari beberapa kekurangan yang telah ia sandang dari kecil, mungkin ini yang tidak biasa ada di antara kita, lebih tepatnya saya. 

Yang benar-benar saya ingin garis bawahi adalah bahwa manusia yang sangat-sangat biasa seperti dia, yang seumur masa kecilnya selalu hidup susah, yang bahkan punya minder dalam hatinya, bisa mengatakan bahwa, "Aku capek hidup melarat". Dan kemelaratan itu membawa dia menjadi direktur di New York. Insipratif sekaligus menampar muka saya sangat keras.


Read More

Friday 10 October 2014

Lawan Susu dengan Mangga



Salah satu hal menyenangkan ketika hamil adalah karena masa kehamilan adalah masa tersehat dalam hidup saya.  Selama ga hamil bukannya pola hidup saya buruk sih, tapi sering ada cuek-cueknya kan. Sering begadang, ngopi tiap hari, menu makan juga suka-suka.

Begitu tahu ada Peanut meringkuk dalam rahim, suka rela deh, otomatis  berusaha hidup sehat sesehat-sehatnya. Tidur cukup karena udah ga berani begadang lagi. Menu makanan juga jadi terkontrol, sayur-sayuran udah pasti, buah jadi camilan wajib tiap hari, susu iya, makanan gurih-gurih yang banyak garam dan MSG-nya no ! Trus yang kadang ogah-ogahan diajak Edsel jalan-jalan pagi, sekarang jadi saya yang agresif ngajakin. Gimana ga jadi masa tersehat coba?

Tapi ... satu hal yang saya benciiiii saat hamil, baik hamil dulu maupun sekarang, adalah minum susu. Memang ga wajib sih minum susu, apalagi susu hamil yang kondang lebih neg dibanding susu lain. Toh kebutuhan kalsium bisa dipenuhi dari sayuran hijau dan makanan lain. Tapi saya agak merasa bersalah jika ga minum susu. Takut aja jika makanan yang saya makan tidak memenuhi kebutuhan kalsium janin. Makanya saya paksain minum walaupun dengan hati menangis, meratap, dan berdoa biar ga muntah. Dulu waktu hamil Edsel, baru liat susu aja udah mual lho. Trus begitu susu udah ndeketin mulut jadi muntah. Makanya jadi trauma sama susu karena hamil dulu itu.

Sekarang hati ditabah-tabahin. Demi si jabang bayi yang bergantung betul-betul sama saya, rasa trauma itu dibuang jauh-jauh meski sambil meringis. Tapi sekarang saya punya trik : minum susunya sambil makan mangga muda. Lumayan, ngilangin rasa neg. Caranya : minum satu teguk, makan mangga satu potong. Begitu seterusnya sampe susu habis satu gelas. Pintar atau aneh? Hi hi hi

Demi deh, demi.....
Read More

Thursday 9 October 2014

Sebutir Kacang Dalam Rahim


Pernah punya cita-cita pingin melahirkan anak kedua sebelum usia 30 tahun. Karena apa? Selain karena alasan kesehatan, juga biar ketika anak-anak saya udah berusia remaja, saya masih muda atau minimal ga tua-tua amat lah. Biar anak-anak saya berasa asik punya ortu yang masih kece. He he he... Ga ilmiah banget kan?

Kemudian cita-cita itu membelot jadi setelah nyelesain kuliah yang kalo diitung kira-kira usia saya 30 tahun lebih dikit. Tapi tetep selalu pingiiin banget punya anak lagi sebelum usia 30. Nah lho ga nyambung kan antara keinginan yang satu dengan yang lain. Trus masih ada pembelotan lain, yaitu sebelum melahirkan pingin renovasi rumah dulu biar lebih nyaman ditempati dengan 2 anak. Nah rencana renovasi ini akan dieksekusi setelah saya selesai membiayai kuliah adik saya. Alamaaak... Kalo diitung-itung maka saya baru akan punya anak setelah usia 33 tahun.

Karena demi menaati semua keinginan, maka sembari saya kuliah, kuliah adik juga maju jalan, kita mulai renovasi rumah. Tapi tentunya dengan pola hidup hemat yang beneeer-bener hemat. Trus rencananya punya anaknya nanti-nanti aja. 

Ternyata, Allah menggabungkan semua harapan konyol saya di atas dengan cara yang menarik. Ketika kuliah saya tinggal 2 semester, dan renovasi kita tinggal finishing dikit, dan usia saya hampir 29 tahun, testpack yang saya pake di tanggal 27 September pagi menunjukkan 2 strip. Subhanallah...

Tanggal 6 Oktober priksa ke Obgyn, diintip pake USG dan yeee...bener ada sesuatu di rahim. Belum ada apa-apanya sih, belum ada janin, belum ada detak jantung tapi sudah ada kantong kehamilan. Mirip sesuatu ummm... mirip sebutir kacang ! Yipiii... ada sebutir kacang di rahim saya. Alhamdulillah.

Ternyata menyadari kalo diri kita hamil itu menyenangkan lho. Dan sensasinya berbeda dengan ketika hamil anak pertama dulu. Saya sih ngrasainnya lebih hepi aja. Bahkan semua kekhawatiran tentang betapa repotnya jika saya berkerja sambil kuliah sambil merawat anak balita dan dalam keadaan hamil, itu ilang lho. Ilang ! Yang ada malah harapan bahwa pasti ada jalan lah untuk menjalani ini semua. Dan sampai sejauh ini sih, saya bisa menjalani semua peran ini  ini dengan baik. Edsel ga terlantar, saya masih bekerja di kantor dengan baik, kuliah juga jalan. Meski jadi lebih gampang capek, gampang ngantuk, tapi wajar namanya juga wanita hamil. Sungguh semua baik-baik saja.

Trima kasih kacang sayang, trima kasih udah jadi sesuatu yang baik untuk Ibuk. Luv u Peanut.
Read More

Thursday 18 September 2014

Drama Pagi Hari

Sudah tiga minggu belakangan, Edsel selalu rewel tiap saya tinggal bekerja. Rewelnya ga kira-kira, dimulai dari merengek membujuk-bujuk saya untuk ga berangkat kerja, kemudian berlanjut dengan memohon-mohon minta ikut ke kantor, setelah itu memeluk kaki saya sambil nangis-nangis kecil, dilanjutkan dengan menangis beneran, trus banjir air mata dengan teriakan kenceng, dan ending-nya berlari mengikuti motor saya. Haduuhh....hati saya pilu piluuuuuu demi melihat anak semata wayang seperti itu setiap pagi.

Jika dirunut ke belakang, Edsel bukanlah anak yang sulit ditinggal pergi oleh Ayah Ibunya. Asalkan kami pergi dengan ritual pamit ( jabat tangan, cium pipi kanan kiri, cium kening, cium bibir, peluk) maka sampai seberapa lama pun kami pergi akan dia ikhlaskan dengan senyum paling manis. Tapi entah kenapa sekarang jadi berubah dengan tiba-tiba seperti itu.

Kadang saya introspeksi diri, apakah ada yang berubah dari kasih sayang saya kepadanya. Rasanya tidak. Saya masih tetap menemaninya bermain, baca buku, makan, mandiin, tidur, jalan-jalan pagi, bahkan masak pun bareng Edsel. Masih sama seperti dulu, bahkan lebih. Lantas apa gerangan penyebabnya?

Jika itu karena usia dia yang semakin bertambah sehingga membuatnya sudah bisa keukeuh mempertahankan keinginan untuk terus bersama ibunya, itu masuk akal. Dia merasa nyaman dengan saya, jika kenyamanan itu diputus oleh 'waktu bekerja' dia tidak rela. Dan dia memilih untuk mempertahankan zona nyamannya itu alih-alih menerima kondisi lain. Itu hanya dugaan saja.

Atau bisa juga dia rewel karena 'tertular' dari pikiran saya yang juga lagi rusuh. FYI, sebulan terakhir ini saya lagi ada PR yang lumayan menguras pikiran, energi, dan uang tentu saja. Hal ini juga masuk akal karena dari artikel yang pernah saya baca kalo anak di bawah 7 tahun itu masih terkoneksi dengan perasaan ibunya. Jadi kalo ibunya bete, anaknya juga ikut uring-uringan.

Cara yang pernah saya coba tak ada yang membuahkan hasil. Dimulai dari iming-iming hadiah jika dia tidak menangis, mengajaknya jalan-jalan tiap akhir pekan untuk 'merapel' kebersamaan kami, atau menyisipi nasihat dengan cara menyenangkan ketika kami bermain. Si Ed tidak tergoda, dia tidak mempan hadiah, dia tidak ingat janjinya untuk tidak menangis. Nihil. 

Dan setiap pagi pun selalu saya awali dengan drama yang mengiris hati ibu mana pun.
Read More

Monday 8 September 2014

Bakso Ikan

Ibu-ibu. Apa ya seninya jadi ibu-ibu? Meski tidak semua mengamini, tapi bagi saya salah satu kewajiban jadi ibu ya turun ke dapur. Sesibuk-sibuknya saya, dan sehancur-hancurnya masakan saya, tapi bikin sesuatu untuk dimakan Edsel tetap panggilan yang masih saya turuti. Lebih-lebih jika Edsel tidak suka sesuatu, maka itu adalah PR buat saya biar sesuatu itu bisa diterima mulutnya.

Kayak ikan nih. Edsel sih bukannya ga doyan ikan, tapi jika ikan diolah begitu-begitu saja (digoreng, dipepes, dibakar) bisa ilfil karena jenuh dia. Maka saya putuskan untuk bikin bakso ikan aja. Apalagi beberapa hari belakangan dia pingin banget jajan cilok dan bakso kayak temen-temennya. Nah ini juga salah satu trik untuk mengalihkan keinginan jajannya dia. Daaann....berhasil!! Si Ed ga ngrengek-ngrengek lagi tiap ada tukang cilok atau bakso. Bakso ini juga bisa dibikin sate bakso bakar, jadi dia juga aman-aman aja tiap tukang sate lewat. Hehehe...Pokoknya fleksibel aja deh dibikin apa aja. Bisa untuk tambahan nasi goreng, cap cay, orak-arik, mi rebus, mi goreng, apaaa ajaa. Jadi saya bikin agak banyak sekalian, taruh di freezer. Kalo sewaktu-waktu dibutuhkan tinggal ambil.

Tampilannya ga menarik ya. Saya ga bisa bikin bulet let.

Resep Bakso Ikan
Bahan :

  • 300 gram fillet daging ikan tenggiri, kakap, ataupun tuna
  • 100 mililiter air es
  • 30 gram tepung kanji
  • 1 butir telur, ambil putihnya
Bumbu halus :
  • 3 siung bawang putih
  • 1/2 sendok teh kaldu instan
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh merica bubuk (atau sesuai selera)
Cara bikin :
  • Campurkan sampai rata ikan, putih telur, dan bumbu halus.
  • Tambahkan air es sedikit demi sedikit sambil dikocok menggunakan mikser.
  • Tambahkan tepung kanji. Aduk sampai rata.
  • Bentuk adonan menjadi bulatan dengan bantuan sendok makan. 
  • Masukkan ke air mendidih. Rebus hingga semua bulatan mengambang.
  • Tiriskan.
Air bekas rebusan bisa dipake buat bikin mi rebus atau untuk kuah baksonya. Tinggal tambahin garam, merica bubuk, dan daun sledri. Udah gitu aja. 
Read More

Wednesday 3 September 2014

Es Krim Pondan

Hayo siapa yang anaknya ga suka es krim? Kalo Edsel sih bukan suka lagi, tapi sukaaaa bangettt. Dan karena si Ed memang seneng nungguin ibunya di dapur, makanya saya pingin ngajakin dia bikin es krim. Bagian tuang-menuang itu yang bikin dia girang.

Berhubung saya belum nemu cara bikin es krim home made yang gampang dan ga ribet, saya beli bahan bubuk es krim aja : Pondan Magic Ice Cream. Ya maaf Nak, bukan Ibuk ga tlaten, tapi beneran deh bikin es krim yang 100 % home made itu memang bener-bener susyee. Ini aja udah lumayan kan, kamu seneng bisa bikin es krim sendiri, dan toh susunya juga asli kan. Udah bagus itu #lagi-lagi pembenaran.

Kalo menurut petunjuk di bungkusnya, bubuk es krimnya itu tinggal dicampur dengan air es trus dikocok, lalu bekukan. Jadi deh. Cuma kalo untuk Edsel sengaja saya ganti air esnya itu dengan susu UHT dingin, trus saya tambahin dengan coklat pasta beku. Choki-choki saya bekukan di freezer trus dipotong-potong. Bisa juga pake coklat batangan atau apa aja yang lain. Kebetulan saya punyanya choki-choki, jadi pake itu. Kalo ditambahin potongan buah lebih sehat dan syedep lagi. Dan ini nih hasilnya :



Pe-er saya selanjutnya bikin es krim yang bener-bener home made. Tapi ga tahu kapan,  hehehe.... Googling dulu deh.
Read More

Tuesday 2 September 2014

Pepes Ikan

Ikan lagi nih... Sekarang gantian dipepes.

Sebenarnya saya sukaaaa banget pepes, selain karena menurut saya lebih nikmat, juga lebih sehat sehingga ga merasa bersalah waktu menyantapnya. Tapi ya itu, Ayah ga suka dibikin aneh-aneh. Kalo ikan maunya digoreng aja. Tapi boleh dong sekali-kali kita kaum wanita egosi dikit, masak sesuai dengan selera kita sendiri. Hehehe...

Pepes Ikan
Bahan :
  • 1 ekor ikan (1/2), dibersihkan utuh. (Bisa pakai ikan apa aja baik tawar maupun laut. Saya juga  cuma seadanya. Kebetulan ini yang saya punya ikan bandeng laut)
  • 100 gr tomat diiris-iris kecil
  • 50 gr cabe hijau atau cabe rawit dipotong kecil
Bumbu yang dihaluskan : 
  • 1 ruas jari kunyit
  • 1 ruas jari laos
  • 1 btg sereh
  • 5 butir bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • 5 butir kemiri
  • 1 sdm garam
Cara membuat :

  • Campur bumbu yang telah dihaluskan dengan ikan, tomat, irisan cabe. Biarkan selama kurleb 10 menit supaya bumbu meresap.
  • Bungkus ikan dan bumbu dengan daun pisang, kukus hingga matang selama kurleb 1 jam, angkat.
  • Panggang di atas bara api ketika akan menghidangkan supaya wangi.
  • Hidangkan.

Saya ga tahu apa karena masakan saya yang enak, atau karena ikan jenis ini emang enak, atau karena sebab musabab lain, tapi Edsel doyaaann banget dengan pepes ini. Padahal sebagaimana layaknya sang Ayah, he doesn't like pepes, tidak sama sekali. 

Bodo ah, yang penting masakan saya dimakan. Habis perkara.
Read More

Pelajaran Dari Usamah

Hari Kamis ketika mengantar si Ed TPA di masjid, saya dimintai tolong untuk membuat sebuah cerita karena hari Minggunya mau ada lomba FASI (Festival Anak Islami) tingkat kecamatan yang salah satu kategori lombanya adalah cerita anak Islami. Dan cerita itu harus selesai hari Jumat karena mau dipake latihan anak yang ikut lomba, berarti waktu saya cuma 1 malam untuk membuat cerita itu. Saya yang ketika itu dimintai tolong oleh Ustadnya cuma iya-iya aja, padahal saya udah lamaaaa banget ga nulis cerita. Yo wis saya anggap tantangan aja deh. Saya juga pingin tahu sedangkal apa semangat menulis saya, dan sejelek apa tanggapan orang lain membaca tulisan saya.

Waduh belum sampai dapat setengah cerita, si Ed udah kumat kolokannya minta ditemenin main. Ya maklum deh, saya biasanya pegang kerjaan setelah dia tidur. Jadilah sisa cerita saya selesain di kantor. Ha ha ha.. Dan karena bikinnya di kantor jadi ga bisa maksimal deh nelurin ide-ide. Ceileh ayam kali nelurin...

So, dengan segala keterbatasan ini lah cerita itu. Tapi lumayan juga sih, tadi dapat berita kalo lomba kategori ini dapat juara satu. Alhamdulillah... Mungkin anaknya yang hebat, bukan ceritanya.
(Ini saya copy paste aja dari Word karena males ngetik ulang dan karna belum nemu cara selain itu)


PELAJARAN DARI USAMAH
By : Rahmawati
“Arang! Arang! Arang!”
Uh Usamah sebal sekali dengan julukan itu. Apalagi jika di sekolah ada pelajaran yang kebetulan memuat kata ‘arang’, semua teman pasti langsung tertawa dan menoleh padanya.  Seolah-olah kulit hitamnya ini adalah hiburan gratis yang menyenangkan untuk teman-temannya. Menjadi bahan ejekan sehari-hari, lelucon rutin di setiap berkumpul.

Kalau boleh memilih tentu dia tidak mau lahir dengan kulit hitam legam seperti ini. Dia ingin kulitnya langsat seperti Wibi, atau setidaknya coklat sawo matang seperti Haidar. Tapi dia? Hitam, benar-benar hitam. Memang tidak sehitam kulit orang Afrika yang seperti dia lihat di TV, tapi tetap saja di antara teman-temannya dialah yang berkulit paling gelap.

“Ah, Allah memang tidak adil” gerutu Usamah. “Kalau Allah sayang aku, harusnya aku tidak diberi kulit seperti ini sehingga teman-teman tidak terus-menerus mengejekku”.

“Usamah, kamu harus bersyukur. Kamu terlahir dengan anggota badan yang lengkap dan sehat. Lihat deh, banyak orang lain di luar sana yang tidak punya tangan, tidak punya kaki, tidak bisa mendengar, tidak bisa bicara. Warna kulit kamu tidak ada apa-apanya dibanding penderitaan mereka.” Itu yang selalu dinasihatkan Ibu kepadanya. Ahhhh…tidak ada apa-apa bagaimana?? Mudah saja Ibu bilang begitu karena bukan Ibu yang sering diolok-olok. Apalagi jika diperhatikan warna kulit arangnya ini mungkin warisan dari Ibu. Lihat saja, Ayahnya berkulit sawo matang bersih. Nah Ibunya lah yang punya kulit sama seperti dirinya. Uh, Usamah makin sebal. “Semua ini gara-gara Ibu…,” gerutu Usamah lagi.

Usamah sebenarnya anak yang cerdas. Ia juga pandai bergaul. Tapi karena terlalu sering jadi bahan ejekan teman-temannya ia jadi mudah tersinggung dan malas untuk lama-lama bermain dengan mereka. Sebenarnya bukan ia saja yang punya kekurangan, ada juga anak lain yang gendut atau berhidung pesek yang sebenarnya bisa saja ganti dia balas mengolok mereka. Tapi Usamah tidak tega, rasanya tidak manusiawi sekali kekurangan fisik dijadikan bahan lelucon, maka ia diam saja dan hanya menggerutu dalam hati. Jika jam istirahat tiba, ia lebih senang ke perpustakaan. Di perpustakaan tidak ada yang berani mengejeknya karena di tempat itu dilarang ada kegaduhan. Anak-anak yang ke situ pun hanya datang untuk membaca atau meminjam buku. Tidak ada yang mau tahu urusan anak lain atau datang untuk bercanda-canda.

Hari ini ketika jam istirahat tiba, Usamah datang ke perpustakaan seperti biasa. Dia menemukan sebuah buku lusuh di tumpukan buku-buku lama yang jarang dibaca. Buku itu terlihat sangat tua sekali, bahkan sampul depannya sudah lepas entah kemana. USAMAH MENCARI SYAHID itu judul yang tertera di sampul lembar keduanya. Fisik bukunya tentu saja tidak menarik untuk dibuka, tapi ia penasaran dengan judul buku itu. Usamah? Selama ini ia hanya pernah mendengar cerita dari Ayahnya bahwa Usamah adalah sahabat Nabi dan panglima perang yang pemberani, maka Ayahnya menamai ia seperti itu agar ia juga mempunyai sifat tidak kenal takut dalam hal yang benar. Ia tidak pernah tertarik mendengar cerita Ayahnya itu. Boleh saja nama sama, tapi seorang panglima perang tentu sosok yang gagah, keren, dan tentu saja tidak hitam legam seperti dirinya. Harapan Ayahnya agar ia seperti Usamah sang panglima seperti olok-olok versi lain untuk dirinya.

Usamah dilahirkan di kota Mekah. Ibunya mengandung dirinya karena perbuatan jahat sekelompok laki-laki hitam yang sedang mabuk.  Ia meninggal ketika berjuang melahirkan Usamah ke dunia ini. Hanya diasuh oleh kakeknya yang tua renta, Usamah dititipkan dari satu teman ke teman lain kakeknya hingga sang kakek meninggal.
Ketika masih kanak-kanak Usamah sering mendapat cemoohan dan dijauhi teman-temannya karena dianggap anak pembawa malapetaka. Dalam pengasuhan Babur, sahabat baik kakeknyalah Usamah pertama kali mendapat keahlian berperang. Babur pula yang mengajarinya tentang akhlak. Babur mengajarkan apa yang diterimanya dari Rasulullah sehingga Usamah tumbuh menjadi pemuda yang mahir berperang, berani, dan juga sopan santun.

Di kota Mekah orang-orang yang sudah masuk Islam sering mendapatkan penyiksaan dari orang-orang musyrik. Lebih-lebih Rasulullah sendiri, beliau diancam akan dibunuh. Untuk menyelamatkan diri para pengikutnya, Rasulullah memerintahkan agar mereka hijrah ke Madinah. Setelah mendengar perintah itu, maka berbondong-bondonglah para pengikut Rasul pindah ke Madinah, termasuk juga Usamah dan Ummu Salma. Sepeninggal Babur, Usamah hanya tinggal berdua dengan Ummu Salma, istri kakek Babur yang sudah tua renta. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah itu pun, Ummu Salma juga menghembuskan nafas terakhir.

Perang pertama yang diikuti Usamah adalah perang Badar. Meski  dalam usia yang masih sangat muda, Usamah tidak gentar menghadapi lawan. Bahkan dalam perang itu dia yang memojokkan Abu Jahal sehingga bisa dibunuh oleh Hamzah. Saat itu Usamah dengan buas membantai musuh-musuhnya, tidak ada seorang pun yang mampu menahan ayunan pedangnya.

Ketika usia Usamah sudah dewasa dan sudah waktunya bagi dia untuk berkeluarga Rasulullah yang mencarikan jodoh untuknya, yaitu putri Abdurahman bin Auf salah seorang sahabat nabi yang kaya.  Rasul pula yang mencarikan biaya untuk keperluan perkawinan Usamah dari sedekah para sahabat yang kaya. Usamah yang miskin, berwajah hitam dan jelek akan menikah dengan seorang putri saudagar kaya yang cantik dan saleh.

Menjelang hari pernikahannya, Usamah ke pasar hendak membeli baju baru dan berbelanja keperluan pernikahan. Memasuki pintu pasar, orang-orang ribut dengan adanya berita perang yang disampaikan dari mulut ke mulut. Mendengar berita itu jiwa kepahlawanan Usamah berkobar kembali. Usamah bertekad untuk ikut membela nabi dan rela membatalkan perkawinannya yang sudah di ambang pintu. Karena itu, uang yang semula akan dibelanjakan untuk membeli keperluan perkawinannya, sekarang malah dia belanjakan untuk alat-alat perang.

Rasulullah tersenyum mendengar berita dari Ali bin Abi Thalib bahwa Usamah membatalkan perkawinannya. Beliau sangat memuji kekuatan iman Usamah serta kesetiaannya kepada perjuangan. Bahkan Rasul menunjuk dia sebagai pimpinan pasukan berkuda pada peperangan di Kota Khaibar itu.

Setelah agama Islam berkembang pesat di Madinah, maka Rasulullah melakukan penaklukan terhadap kota Mekah. Dengan dikuasainya kota itu, maka tentara Islam menjadi semakin kuat karena banyak Quraisy yang masuk Islam dan menjadi tentara Islam.

Tetapi ancaman terhadap kaum muslimin sebenarnya masih sangat banyak, di antaranya ancaman dari bangsa Romawi yang pada saat itu sedang menguasai kota Syam. Untuk mempertahankan keamanan kaum muslimin dari gangguan tentara Romawi, maka Rasulullah membentuk pasukan untuk mengusir tentara Romawi dari kota Syam. Pasukan itu dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap di bawah pimpinan Usamah.

Ketika pasukan Usamah tiba di tapal batas, mereka dipergoki mata-mata musuh. Orang itu ditawan dan dihadapkan kepada Usamah untuk diperiksa.
“Bagus, laksanakan tugasmu sebaik-baiknya. Sekarang silakan kamu kembali. Katakan kepada pemimpinmu tentang kami!” kata Usamah. “Maafkanlah tentara kami yang telah berbuat kasar kepadamu.”

Mata-mata itu itu tidak segera pergi. Tampaknya ia kebingungan. Ia merasa kagum dengan perlakuan panglima Islam yang begitu baik terhadap musuh. Maka akhirnya Elichis, si mata-mata Romawi itu, bergabung dengan pasukan muslim karena luluh dengan kebaikan hati Usamah dan pasukannya.

Kesempatan beberapa saat beristirahat di tempat itu dipergunakan oleh Usamah dan pasukannya untuk mengatur taktik penyerangan. Usamah adalah panglima yang telah memiliki banyak pengalaman sehingga ia dapat mengatur taktik yang baik.

Terjadilah pertempuran hebat antara kedua belah pihak. Tentara Romawi terkejut karena tidak mengira bahwa tentara Islam begitu berani dan kuat walaupun jumlahnya sedikit. Panglima Usamah terus mendorong semangat pasukannya untuk menang. Dia sendiri bukan hanya memberikan komando, tetapi terjun langsung di tengah-tengah medan pertempuran. Dia mengamuk membabi-buta bagaikan harimau lapar menerkam setiap musuh yang menghampirinya.

Kegigihan tentara Islam ternyata tidak sia-sia. Gempuran-gempuran mereka yang terus menerus membuat tentara Romawi kehabisan tenaga. Bahkan tentara Romawi menjadi panik ketika komandan mereka tewas terkena tombak yang dilemparkan Usamah. Setelah itu tiba-tiba Usamah mengeluh sakit kepala dan pingsan. Sampai malam harinya Usamah belum juga sadar. Ketika pertempuran berkecamuk semangat juangnya sangat tinggi sehingga konsentrasinya selalu tertuju kepada kemenangan, ia tidak merasakan dirinya sakit atau lelah, tetapi setelah perjuangan usai dengan berhasil memperoleh kemenangan barulah ia merasa tubuhnya lemas.

Ketika dibawa pulang ke Madinah, dalam perjalanan ia menghembuskan nafas terakhir. Setelah diumumkan, maka berkumpullah kaum muslimin menyambut kedatangannya. Mereka semua menaruh hormat yang sangat tinggi terhadap kepahlawanan Usamah.

“Kalau ada pahlawan yang menghabiskan umurnya untuk berjuang, maka Usamahlah orangnya. Dia telah berbuat banyak untuk agama bahkan untuk kita semua. Sampai-sampai di akhir hayatnya ini pun dia telah meninggalkan jasa yang sangat besar untuk kita sekalian,” kata Khalifah Abu Bakar.

Usamah telah wafat setelah mengukir jasa besar dalam sejarah, yaitu membebaskan perbatasan Syam dari tentara Romawi. Kepergiannya diiringi rasa haru dan cucuran air mata yang membasahi ribuan telapak tangan yang menengadah sambil mengamini doa.

Usamah tertegun membaca buku itu. Ayahnya ternyata punya doa yang luar biasa telah memberinya nama Usamah. Usamah sang sahabat nabi mengalami derita kanak-kanak yang lebih berat dari dirinya. Dicemooh, dihina, dijauhi teman-temannya, bahkan hidup tanpa orang tua di sampingnya. Dia menjadi malu telah mempertanyakan keadilan Allah karena memberinya kulit yang hitam. Usamah sang panglima perang pasukan muslim yang hebat juga berkulit hitam legam, bahkan punya wajah yang tidak tampan. Tapi itu semua tidak menjadikan ia surut dari prestasi. Ia tidak minder dan punya semangat untuk terus berjuang. Bahkan Rasul Allah sendiri memuji kehebatan Usamah. Seluruh umat muslim juga menaruh hormat dan kagum padanya. Semua itu bukan karena fisiknya yang rupawan, tapi karena akhlak dan keberanian Usamah.
****
Read More
Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena