cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Tuesday 3 January 2017

Assalamualaikum Beijing

Sekumpulan angin yang berbisik di antara kepak sepasang merpati
juga nyanyian mistis tetes hujan saat pertunangan bunga dan kupu-kupu.
Jika kau pernah mendengarnya, maka begitulah aku padamu.

Telah kutukar kopi dengan teh. Tapi tak akan kutukar coklat dengan menunggu.

Romantis, namun tetap teguh di jalur sastra Islami.
Begitulah Asma Nadia.

Kali ini Asma Nadia punya Dewa. Dewa yang separuh hatinya adalah Ra. Hidupnya hanya untuk Ra. Cintanya hanya untuk Ra. Seorang. 

Ra gadis sederhana dengan kemandirian dan kecerdasan serta kepedulian terhadap orang lain. Ra gadisnya yang mungil. Gadisnya yang tidak cantik, tapi ayu. Tidak jelita, tapi manis. Karena bagi seorang Dewa, butuh lebih dari sekedar tampang dan penampilan bak selebriti untuk memikat hatinya. Dan Ra punya semua itu!

Cinta selama 4 tahun dan di antara persiapan pernikahan yang tinggal sebulan lagi, Dewa berkhianat. Lebih tepatnya tidak sengaja berkhianat. 

Pengkhianatan Dewa meluluhlantakkan hubungan mereka berdua. Memisahkan Dewa dari Ra, sumber kebahagiaannya.

"Nafsu yang purba menyeretku ke lubang tanpa jiwa."


Tugas kantor membawa Asma ke Beijing. Beijing yang mempertemukan gadis mungil berkelopak mata indah itu dengan Zongwhen. Zongwhen pemuda Cina yang diam-diam memujanya, merindukannya, dan sampai akhirnya jatuh cinta dengan Islam lewat diskusi-diskusi cerdas mereka. Zhongwhen yang rela terbang ke Indonesia meninggalkan kelurga yang dikasihinya demi Asma dan demi Tuhannya.

"Tuhan, bidadari yang Kau kirimkan sungguh mengingatkanku pada satu hal. Surga-Mu memang ada."


Asma sakit. Sakit parah. Siapa menyangka? Gadis yang begitu dinamis, penuh semangat, yang bahkan patah hati berdarah-darahpun tak sampai membuat semangatnya meredup tiba-tiba dihantam palu godam vonis dokter : Antiphospholid Syndrome (APS)! Maka siapakah dia yang akan bersetia pada gadis itu dengan segala kelebihan maupun ketidakberdayaannya?

"Di antara rembulan yang tersembunyi dalam gelap dan gemerisik angin yang datang dari kejauhan ke mana akan kubisikkan cinta?"

***

Asma Nadia selalu punya kejutan-kejutan romantis di tiap kata-katanya. Dan kejutan itu yang selalu saya tunggu setiap saya membaca karya-karyanya. Pun di novel ini, seperti biasa dia menggunakan ide saktinya itu untuk membuat saya terlena. 

Kisah percintaan yang berakhir patah hati yang kemudian hadir orang ketiga 'sebagai penyelamat sang gadis' sebenarnya sudah sangat biasa. Akan tetapi jika kemudian sang superhero itu menjadi mualaf, tentu saja ini adalah bumbu lain yang membuatnya menjadi lain sekaligus mempertegas bahwa novel ini adalah sastra Islami. Begitu pula perubahan sikap sang gadis yang kemudian menjadi semakin religius karena semangatnya untuk belajar dan mengamalkan perintah Islam dalam kesehariannya.

Tapi sejujurnya menurut saya kisah ini terkesan terlalu dipaksakan. Too good to be true. Bukannya ini buruk, hanya menjadi tidak natural karena di akhir kisah tiba-tiba semua tampak menjadi mulus. Walaupun sebenarnya saya seneng-seneng aja sih dengan kisah yang berakhir hepi. He he he ....
Read More
Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena