cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Monday 31 March 2014

Badai Telah Berlalu



Ini adalah kali kedua Edsel demam nyaris 72 jam. Demam lama pertamanya dulu di usia 9 bulan karena Rosella.  

Diawali dari tidur cepat di hari Kamis_habis shalat magrhrib dia tiduran di pangkuan saya dan tiba-tiba saja pulas. Setengah jam terlelap saya cium keningnya dan ya ampuunn panas sekali ! Suhunya 38,9 dercel ! Ini sih udah demam. Makin malam, suhunya makin menanjak, hingga di kisaran 39 lebih. Manteng di angka itu. Saya masih santai, dan tak ada intervensi parasetamol atau kompres. Saya biarkan saja agar tidurnya lelap tidak terganggu.

Paginya, hari Jumat, suhu turun di 38,5 dercel. Anaknya tetap ceria, hanya agak males-malesan sedikit. Makan masih mau meski sedikit. Saya mendorong dia untuk banyak minum. Air putih, teh, jus, kuah sup atau apa pun yang penting cairan, cairan, dan cairan. Saya masih santai.

Sore hari, ketika saya pulang dari kantor, dia masih demam dan tidak terlalu semangat bermain. Jadi saya hanya membacakan cerita dan mendongeng. Menurut Ayahnya, seharian dia tidak mau makan nasi. Tapi ngemil kue dan minum tetap bagus. Makin malam suhu makin tinggi hingga 39,5 dercel, persis seperti pola suhu malam sebelumnya. Parasetamol masih belum karena Ed memang tidak mau. Kompres juga hanya sekali. Lagi-lagi saya masih tetep santai.

Sampe malam Minggu (berarti sudah 48 jam lebih dia demam), dia masih demam tinggi. Saya sudah mulai browsing DSA (Dokter Spesialis Anak) yang RUM (Rational Use of Medicines) di sekitaran Jogja dan Solo. Saya mencari dokter yang bukan hanya 'dikenal' RUM, tapi juga karena sabar dan mau meladeni pertanyaan pasien. Saya paling males dengan dokter yang judes dan tidak sabaran menjawab atau menjelaskan kepada pasien. Maka saya mendapat nama-nama di bawah ini. :

  • dr. Lucy Endang Savitri dan dr. Endang Tatar dari YARSIS Solo 
  • dr. Rusmawati dari PKU Muhammadiyah Solo
  • dr. Tunjung dari Sardjito Jogja
  • dr. Sari  Kusumastuti dari RSKIA Sadewa Jogja. 

Kalo Minggunya dia masih demam, saya berencana akan membawanya ke rumah sakit. Panik sih belum, karna Ed tidak terlihat lemas dan masih mau minum. Tapi menyadari bahwa besok hari Minggu dan Senin adalah tanggal merah, saya mulai kacau. Pikiran saya mulai ga jernih lagi antara menyadari bahwa Ed kadang-kadang ingin muntah, demam yang sudah hampir 72 jam, tidak ada tanda-tanda batpil atau ruam apa pun. Saya jadi berpikir jangan-jangan  ini DBD, atau demam thypoid. Mulai buka-buka lagi arsip tentang kedua penyakit itu. Argghh... semoga lekas besok, biar saya bisa segera menelpon rumah sakit atau klinik dokter-dokter itu.


Minggu pagi, secepat yang saya bisa, saya menelepon rumah sakit dan klinik-klinik dokter itu. Daann benar dugaan saya, semuanya tutup!! Rumah sakit sih buka, tapi hanya dilayani dokter yang jaga di IGD. Oke, setidak-tidaknya ada yang bisa dilakukan jika demam Ed masih tinggi. 

Allah selalu sayang Edsel, selalu. Dan sayang kepada ibu-ibu yang bersedia meluangkan waktu untuk belajar segala sesuatu tentang yang terbaik untuk anaknya. 

Hari Minggu itu, semakin siang suhu Ed mulai berangsur normal. Hingga malam hari, dan hingga Senin hari ini normal, sangat normal. Dan muncullah batuk-batuk kecil yang saya tunggu-tunggu. Oh Allah, itu adalah batuk terbaik yang pernah ada. Demamnya Ed karena batuk, hanya common cold, hanya itu, tidak lebih. Batuknya pun hanya sesekali dan tidak mengganggu. Dan badai itu pun telah berlalu.


Jadi sebenarnya yang bisa disimpulkan dari penanganan demam adalah :
  • Bisa dikatakan demam jika suhu tubuh 38,5 dercel atau lebih. Pengukuran pake termometer ya, jangan pake telapak tangan karena sangat tidak akurat. Saya beli termometer digital ketika Edsel lahir seharga 32 ribu dan masih bagus terpakai hingga sekarang.
  • Demam adalah gejala alias PERTANDA bahwa virus/bakteri sedang menyerang. Jadi demam BUKAN PENYAKIT, pikirkan penyebabnya, bukan pusing memikirkan menurunkan demamnya.
  • Bahaya utama dari demam adalah dehidrasi. Maka upayakan agar banyak minum. Bisa air putih, teh, susu, es krim, kuah sup, dan lain-lain yang penting cairan masuk tubuh.
  • Jangan pakein pakaian yang tebal ya. Pake yang tipis dan longgar agar panas bisa keluar. Jaga agar sirkulasi udara di ruangan lancar. Buka jendela atau idupin kipas angin.
  • Untuk menurunkan panas bisa minum parasetamol, atau kompres air hangat, atau bisa juga berendam di bak berisi air hangat. Saya paling sering mempraktekkan yang terakhir. Toh parasetamol hanya pain killer (pengurang rasa sakit),  bukan mengobati penyakit di balik demam itu. Jika Ed tidak mau, saya tidak pernah memaksanya untuk minum parasetamol.
  • Observasi terus keadaan anak, catat hasil pengukuran suhunya. Catatan ini akan memudahkan kita untuk melihat pola demam anak, atau ketika nanti dibutuhkan ketika kita harus membawanya ke dokter.
  • Jika demam sudah 72 jam (3 hari belum tentu sudah 72 jam), bawa ke dokter.

Jangan lupa, yang terakhir adalah BELAJAR. Biar kita tidak panik ketika menghadapi anak sakit/demam. Waspada itu harus, tapi panik itu bisa kita minimalisir jika kita sudah tahu ilmunya. Biar kita ga tergopoh-gopoh memberikan anak obat yang tidak rasional, atau tergopoh-gopoh meminta tes darah yang tidak perlu. Ingat ya, pemberian obat yang tidak rasional akan meruntuhkan sistem kekebalan tubuh anak. Ga mau kan anak kita gampang sakit ?
Maka badai itu pun akan berlalu

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena