cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Tuesday 21 October 2014

Minder

"Tapi, hidup itu terlalu singkat kalau penuh keminderan. Saya pikir begini, kalau minder kita sama saja dengan membangun tembok di sekeliling kita, makanya tembok itu harus dipecahkan. Kalau pun kita jatuh, kita akan tahu rasa sakit itu seperti apa, begitu juga kalau kita sampai berdarah, jadi, ya, maju saja. Tapi minder itu juga sama seperti perjuangan, sampai sekarang ada kalanya saya tetap minder."

Kutipan kalimat di atas saya copy paste dari petikan wawancara dengan Iwan Setyawan di Mommies Daily. Tau Iwan Setyawan dong, itu lho penulis novel 9 Summers 10 Autumns. Novel tentang kisah hidup mas Iwan dari masa kecil yang melarat hingga menjadi salah satu director di Nielsen Consumer Research New York. 

Iwan Setyawan. Gambar diambil dari sini

Ternyata Mas Iwan bukan seorang yang sempurna secara fisik. Ia bukan seperti digambarkan di novel-novel teenlit atau di sinetron-sinetron : pemuda yang ganteng, gagah, macho, pintar, punya kedudukan di perusahaan yang bonafid. Bukannya saya hendak bilang Mas Iwan ga ganteng ya, bukan. Jika ganteng itu relatif maka boleh saya katakan kalo Mas Iwan enak untuk diliat karena senyumnya adalah senyum semangat. Tetapi ia tidak masuk dalam kategori digandrungi seperti pujaan cewek-cewek sekarang. Ia sangat-sangat normal seperti kita kebanyakan. Dan lihat, ia juga berasal dari keluarga yang tidak punya banyak uang. Ia jamak ditemukan di sekitar kita. Bahkan ia juga punya rasa minder, persis seperti kita kebanyakan setiap menyadari bahwa kita 'kurang' dari yang lain. 

Tapi jika akhirnya dia bisa merubah hidupnya menjadi berkali-kali lipat lebih baik dari beberapa kekurangan yang telah ia sandang dari kecil, mungkin ini yang tidak biasa ada di antara kita, lebih tepatnya saya. 

Yang benar-benar saya ingin garis bawahi adalah bahwa manusia yang sangat-sangat biasa seperti dia, yang seumur masa kecilnya selalu hidup susah, yang bahkan punya minder dalam hatinya, bisa mengatakan bahwa, "Aku capek hidup melarat". Dan kemelaratan itu membawa dia menjadi direktur di New York. Insipratif sekaligus menampar muka saya sangat keras.


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena