cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Tuesday 31 December 2013

Ketika Harus Memilih

Bagi saya, hidup itu pilihan. Penuh dengan pilihan-pilihan yang menuntut kita memilih satu di antara banyak hal. Saking seringnya dihadapkan pada banyak pilihan yang sulit, akhirnya saya kadang 'me-masa bodo-kan' pilihan yang sudah saya ambil. Karena kalo tidak begitu, bisa stres saya menghitung-hitung untung ruginya.

Menjadi ibu rumah tangga atau memilih menjadi ibu bekerja adalah salah satu pilihan besar dalam hidup saya. Jika akhirnya saya memutuskan untuk bekerja, itu sebenarnya bukan hal yang mudah untuk dijalani. Menitipkan anak seharian kepada orang tua. Tidak bisa memantau dengan siapa dia bergaul, apa yang dia lakukan, apa yang dia makan. Tidak tahu kapan dia menangis, merajuk, ngamuk. Tidak bisa melarang apa yang dia tidak boleh lakukan. Tidak bisa mengajak apa yang harusnya bagus untuk dia lakukan. Kalo memikirkan semua itu, bisa kelimpungan kayak cacing kepanasan di kantor. Dan itu sudah pernah terjadi di waktu awal masa cuti melahirkan saya habis! Belum lagi membayangkan lingkungan pergaulan di rumah yang membuat saya ingin teriak. Arrgghh... sempat emosi jiwa dan tidak ingin masuk kantor saja.

Tapi kemudian saya sadar, saya bekerja bukan sekedar untuk aktualisasi diri, bukan sekedar karena saya tidak bisa diam di rumah. Bukan. Bukan demi saya. Saya bekerja karena keluarga membutuhkan saya untuk bekerja. Pada akhirnya bekerja atau tidak bekerja di luar rumah, memang bukan dua hal yang saya bimbangkan terus-menerus. Bukan masalah tentang saya tidak adil pada Edsel, karena adil atau tidak adil saya memang harus bekerja. Dan itu pilihan saya.

Dan pilihan itu memberi saya sebuah tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi semua yang terkena dampaknya. Saya bekerja di kantor dengan sepenuh hati, karena rugi amat jika sudah meninggalkan anak seharian demi bekerja tapi bekerjanya asal-asalan.

Di lain pihak, karena hanya bisa mengasuh dalam waktu yang terbatas, maka saya jadi ibu yang total juga. Ketika mengajak bermain, ya jadi teman bermainnya sungguhan. Main apa pun total. Lupakan sejenak jadi orang dewasa.

Ketika saatnya harus jadi orang tua, ya lakukan semua tanggung jawab sebagai ibu. Memasak, nyuapin, bacain buku, dan lain-lain. Manfaatkan waktu kebersamaan, no gadget, no my favourite book! Jika Edsel udah tidur, baru me time : baca buku, browsing, ngopi.
Dedikasi mutlak untuk mereka, tak pernah sekali pun ingkar

Saya bukan ibu yang sempurna, saya sadari itu. Saya juga bukan pegawai yang brilian. Tapi seperti apa pun saya, toh saya sudah memperjuangkan dua hal tersebut agar berimbang. Jika kemudian ada yang mengkritisi wanita itu kodratnya harus begini begitu, maaf maaf kata, tolong pahami, lihat lebih dekat bagaimana kami wanita-wanita bekerja ini tetap berusaha menjadi ibu dan istri yang baik sekaligus ikut menjaga dapur tetap ngebul, juga mengabdi sebaik-baiknya untuk masyarakat.

Saya sangat yakin tak semua ibu bekerja itu menelantarkan anaknya, suaminya, urusan rumah tangganya. Bahkan kami selalu menjaga peran yang bertumpuk-tumpuk ini agar tidak tumpang tindih. Jika boleh memilih, tentu saya memilih bekerja di rumah. Bisa mengurus anak dan rumah tangga selama 24 jam sekaligus punya penghasilan sendiri. Tapi tak semua wanita punya kesempatan itu.

Terima kasih untuk yang telah mengingatkan kami atas kodrat kami, tapi sungguh kami tak pernah mengingkari kodrat yang sudah melekat ini. Mungkin suatu saat ketika jalan untuk terus berada di rumah itu telah terbuka lebar, kami akan memilihnya. Tapi bagaimana dengan fungsi kami sebagai pengabdi masyarakat? Ketika semua bidan itu laki-laki (sebutannya bidan bukan sih?), ketika semua dokter spesialis kandungan itu laki-laki, ketika semua dokter spesialis kulit dan kelamin itu laki-laki, ketika semua guru laki-laki, ketika semua pengacara laki-laki, ketika semua polisi laki-laki, dll. Bagaimana kaum wanita akan nyaman dilayani oleh mereka?

Hanya sekedar berbagi pendapat saja, maaf jika pendapat ini banyak salah-salahnya. Selamat Hari Ibu yang terlambat.

2 comments:

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena