cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Thursday 12 September 2013

Jangan Samakan Dia

Pernah membanding-bandingkan anak kita dengan anak lain? Pernah merasa ingin anak kita seperti anak lain? Jika iya, kamu masih normal! Setiap orang tua memang mengharapkan anaknya jadi anak yang sempurna, anak yang bisa dibanggakan. Normal bukan? Tentu kebangetan sekali ortu yang masa bodoh mau anaknya bodo kek, pinter kek, suka-suka dia.

Nah bagaimana dengan ortu yang tidak pernah silau dengan kelebihan anak lain? Ortu yang bangga dengan anaknya tanpa syarat. Bukan karena dia berprestasi, bukan karena kecerdasannya di atas teman-temannya, bukan karena kemampuannya melejit, dll. Tapi bangga karena menjadi ayah dan ibu dari anak itu. Itu lah yang saya sebut NORMAL SEKALI.

Jujur sejak Edsel lahir sampai sekarang usianya 2,5 tahun, tidak sekali pun saya membanding-bandingkan dia dengan anak lain. Panduan saya dalam menilai Edsel_normal atau tidak, perkembangannya mengkhawatirkan atau tidak_ hanyalah buku KMS (Kartu Menuju Sehat) dan KPSP . Saya tidak pernah peduli jika anak tetangga sudah pintar menghitung sedang Edsel hanya bisa sampai 10, itu pun kadang tidak konsisten. Saya tidak ambil pusing jika anak teman saya pintar menyanyi sedang Edsel tidak suka musik. Saya tidak pernah berambisi mengenalkan Edsel membaca melihat anak lain ada yang sudah hapal huruf. Tidak. Saya tidak pernah menjadikan anak lain sebagai acuan, sebagai motivator.

Dia adalah yang tidak suka film kartun, yang tidak suka buku cerita. Dia adalah ANAKKU.

Saya bahagia-bahagia saja menerima fakta bahwa Edsel tidak suka musik tapi lebih senang mendengarkan suara fals ayah dan ibunya. Saya tidak pernah mengajak dia nonton film kartun edukatif karena dia lebih menggilai nonton video tentang cara kerja mesin. Buku cerita bergambar pun tidak pernah Edsel sentuh karena buku favorit ter-favorit dia adalah Ensiklopedia yang tebal-tebal itu. Saya tidak pernah mendongeng tentang kancil atau dongeng populer lainnya karena dia maunya diceritakan tentang sel darah putih yang membunuh bakteri atau tentang lalat Tsetse yang menyebabkan penyakit tidur atau lain kali tentang matahari bulan bintang. Orang bilang semua itu aneh, tapi saya bilang ITU ANAK SAYA.

Apa peduli saya sedangkan saya tahu bahwa 'cetakan' anak itu sudah berbeda-beda. Bahwa membandingkan anak sama dengan menyakiti hatinya. Bahwa membandingkan anak tidak ubahnya dengan membunuh potensi dan kecerdasan yang seharusnya kita gali.

Saya sudah merasa sangat bersalah meninggalkan anak seharian. Dan saya tidak punya cukup waktu untuk 'menyiksa' dia melakukan sesuatu yang membuat dia tidak bahagia. Oh iya, satu lagi perasaan bersalah saya adalah demi ingin menjaga perasaan orang lain saya kadang-kadang pura-pura memuji anak lain dan merendahkan anak sendiri jika sedang ngobrol dengan teman atau tetangga. Sungguh itu hanya demi menjaga rasa percaya diri lawan bicara saya, bukan karena saya tidak puas dengan 'performa' Edsel (duh apa sih tu pake istilah performa segala ha ha ha ...)

Jadi, seperti apa pun dia, dia tidak akan pernah sama dengan yang lain. Jangan samakan dia.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena