![]() |
"Ibu" adalah mantra yang selalu bisa kau panggil saat lelah dan kalah |
Hingga hari ini_setelah 5 setengah tahun menjadi orang tua_ ada satu panggilan yang tetap membuat saya bergetar meski tiap hari selama 5 setengah tahun itu saya mendengarnya setiap hari : panggilan “Ibu”.
Panggilan itu tetap
menjadi ring tone favorit bagi telinga melankolis saya. Entah si sulung Mas Ed atau si keci Akis
meneriakkan panggilan itu dengan nada apapun_merengek, riang, manja, merajuk,
merayu, atau bahkan dengan marah sekalipun! Saya tetap suka mendengar mereka
memanggil saya “Ibuuuu” atau “ Buuukkkk”, atau Akis yang suka sekali
mengayun-ayunkan nadanya naik turun “Iiibbbuuukkkk”. Ahhh gemash!
Ketika mereka
memanggil saya dengan sebutan “Ibu”, saya seperti mengunyahnya pelan-pelan,
mencecap berbagai rasa memenuhi rongga hati saya : syahdu; bangga; dan merasa
dibutuhkan, selanjutnya mencernanya dengan perlahan, dan kemudian menimbulkan
rasa ‘lapar’ untuk dipanggil “ibu” lagi.
Saya yang ketika
dipanggil oleh mereka selalu buru-buru menjawab : “dalem, Sayang” (dalem adalah
bahasa Jawa halus yang artinya adalah “saya” atau “iya”) selalu berusaha
menjawab dengan nada yang hangat dan enak didengar, meski kadang tergoda juga
untuk menambahkan falset tinggi di nada yang terakhir karena didera rasa capek dan stress karena tingginya tingkat beban rutinitas atau atas kondisi tak terkendali.
“Dalem, Sayang”
memang sudah menjadi 'merk dagang’ bagi saya sejak mereka masih orok hingga
Edsel sebesar sekarang dan Akis seumur saat ini dengan harapan mereka juga akan terbiasa menjawab setiap panggilan dengan 'halus' dan enak. Rasanya ada pengikat tak
terlihat dalam jawaban saya itu. Pengikat yang hendak selalu saya eratkan
kepada mereka setiap waktu agar mereka tidak pernah lupa bahwa sampai kapan
pun, mereka tetaplah anak kesayangan saya yang bisa selalu datang ke pelukan
saya. Pelukan yang tetap kukuh, meski fisik dikejar rapuh.
“Ibu” adalah
panggilan yang terhebat untuk saya. Membuat jiwa saya bergelenyar.
Se-under dog apapun
saya di mata orang lain, tapi panggilan “Ibu” telah dengan serta merta
menobatkan saya menjadi ratu nomor satu untuk kedua nyawa yang di dalam mata
mereka saya berutang bahagia.
“Ibu” adalah
panggilan candu untuk saya.
0 comments:
Post a Comment