cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Wednesday 18 February 2015

Karena Kami Terlalu Sombong

Hanya ingin menulis marathon saja tanpa banyak mikir. Ini postingan yang terlambat di tanggal 8 Februari kemarin.

Si Ed demam dari Minggu siang dan baru turun di hari Selasa pagi dengan keadaan yang lemes dan batuk-batuk parah. Belum ada 72 jam sebenarnya, dan belum ada kondisi yang memenuhi syarat untuk dibawa ke RS. Aduuh...tapi saya udah panik karena si calon kakak ini tidak mau makan dan minum. 

Meski kondisinya mengerikan tapi belum ada tanda-tanda dehidrasi berat. Saya yang biasanya bisa berpikir rasional ketika Ed sakit, tetiba jadi irasional. Karena apa? Karena saya lagi hamil dan karena maraknya kasus DB saat ini sempurna membuat irasional saya menggandakan diri berkali-kali lipat. Dengan saran dari keluarga kiri kanan, tanpa berpikir panjang saya langsung telpon ke RS swasta di Solo Baru pesen nomor antrian untuk konsultasi dengan salah satu DSA.

Dan hari Selasa tanggal 10 Januari 2015 itu pun menjadi saat yang bersejarah untuk Edsel karena itulah pertama kali di seumur hidupnya dia dibawa ke RS untuk diperiksa DSA. Dan itu lah saat pertama kali dia berkenalan dengan jarum, dengan tes darah, dengan obat, dan serangkaian pemeriksaan lainnya yang melelahkan lainnya di rumah pesakitan. Juga itulah saat pertama kali dalam hidup saya manut apapun yang dikatakan dokter, tanpa bersikap kritis, tanpa protes, dan tanpa penentangan. 

Anak kesayanganku yang cuma diem anteng, ga nangis, ga meringis, ga teriak ketika diambil darahnya. Luv u boy....

Rabu dini hari Edsel mulai demam lagi. Oh maigat...demamnya berangsur naik tanpa basa-basi, tubuhnya juga lemes. Tidak mau makan sama sekali, minum juga hanya sedikit-sedikit. Kali ini saya balas dendam, tidak mau panik dengan mengabaikan akal sehat. Saya observasi terus keadaannya dengan lebih jeli. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi meski demamnya berada di kisaran 39,5 dercel ditandai dengan pipis yang masih normal meski tidak sesering biasanya, bibir juga ga kering, dan mata ga cekung, jika kulitnya dicubit juga segera kembali ke semula. Okay...ni anak tidak perlu dibawa ke RS lagi, cukup dijaga asupan cairannya untuk mencegah dehidrasi.

Rabu malam kebetulan udara sangat sangat dingin, ditambah dengan hujan deras ga henti henti dari siang membuat batuk Ed kian parah, suhu tubuhnya juga manteng di angka 39,8 dercel. Dengan batuk yang seperti itu dan demam yang tinggi membuat Edsel ga bisa tidur, padahal 2 malam sebelumnya dia juga sudah terjaga semalam suntuk karena demam. Alhasil, proses sembuhnya juga lambat.

Sampai Kamis malam Jumat si Ed masih lemes dan belum mau makan, tapi minum udah lebih mendingan dari sebelumnya. Dia juga udah nonton film Padlle Pop setelah hari-hari sebelumnya cuma maunya merem aja. Suhu tubuh masih di angka 39,1 dercel. 

Jam 9 malam suhu tubuhnya di angka 38,8 dercel, alhamdulillah udah turun meski masih tergolong demam. Tidurnya pun udah pules tanpa terbangun meski diselingi batuk-batuk kecil. Paginya.....taraaaa.....si anak bawang ini udah seger, udah bangun sendiri dari tempat tidur, suhu tubuh normal, udah banyak omong, dan udah request mau sarapan apa. Habis mandi juga udah ribet minta main, meski masih lemes dikit. 

Alhamdulillah....finally...

Hmm...dalam rentang waktu 3 minggu ini Edsel udah 2 kali sakit. Sepertinya ada yang salah. Mungkin saya terlalu sombong, terlalu pede menganggap Edsel jarang sakit sebagai keberhasilan saya dalam merawatnya. Padahal Allah yang membuat Edsel senantiasa sehat dan belum pernah 'tersentuh' obat serta RS. Bukan saya atau ayahnya. Kadang kami lupa bahwa usaha kami menjadi orang tua yang smart hanyalah perantara, perantara ilmu-Nya, perantara penjagaan-Nya terhadap Edsel. Kami lupa mengingat itu. Kami terlalu sombong.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena