cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Saturday 8 February 2014

Sudut Pandang Lelaki

Beberapa hari yang lalu salah seorang sahabat saya_sebut saja namanya Rosa (bukan nama sebenarnya) mengirim email kepada saya. Bercerita tentang betapa ia sudah seminggu ini tidak berselera makan, tidak nyenyak tidur. Selain itu ia juga jadi sering melamun. Pekerjaan yang biasanya selesai dalam waktu 15 menit misalnya, bisa mengacau menjadi setengah jam gara-gara diselingi melamun.

Akibat kurang makan, ia terkena penyakit maag. Ia juga sekarang sedang flu berat karena daya tahan tubuhnya disabotase kualitas tidur yang buruk. Aduh kalo membaca tulisannya, saya membayangkan ia sedang menghadapi masalah yang berat. Tetapi email selanjutnya membuat saya tertawa sekaligus prihatin. Aiihh..ia ternyata sedang jatuh cinta!

Tadinya saya hendak tertawa dan bilang, "Jadi kamu CUMA jatuh cinta?? Sampe segitu rupa??"

Ups... kemudian saya sadar, bagi Rosa jatuh cintanya ini bukan sekedar 'CUMA'. Ia seorang wanita dewasa, cerdas, dengan karir yang bagus. Ia juga bukan baru pertama kali ini jatuh cinta. Ia bukan anak ingusan polos yang baru pertama kali tertarik dengan lawan jenis. Tentu akan sangat salah sekali jika saya meneriakinya 'cuma jatuh cinta'.

Pertanyaannya selanjutnya membuat saya mengerutkan dahi, "Apa laki-laki juga begini jika jatuh cinta? Tidak enak makan, tidak enak tidur, ritme hidup jadi kacau balau. Rasanya kok tidak adil jika wanita sampe begini, tapi lelaki yang kami 'jatuh-cintai' adem-ayem saja."


Hmmm..saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Karena toh jika saya tanyai suami apa ia pernah kalang kabut ketika jatuh cinta dengan saya, maka suami saya nan dingin itu pasti menjawab tidak. 

Mungkin saya pernah mengalami masa-masa seperti itu. Yaa tidak separah itu sih, tapi mirip. Di mana komunikasi masih terbatas, ketemu juga sangat sulit, maka kondisinya bisa seperti Rosa tadi, kepikiran terruuss. Saya juga pernah iseng menulis di buku diary, apa si dia juga memikirkan saya hingga seperti ini? Tapi kalo pun tidak, saya sudah cukup maklum. Saya tidak pernah merasa diperlakukan tidak adil. Jatuh cinta dari sudut pandang lelaki_menurut saya lho ya_ tidak perlu dimaknai sangat melankolis. Ia suka, ia cinta, dan itu ia tanam cukup di hatinya. Tidak perlu digembar-gemborkan, tidak mempengaruhi aktivitasnya. Kalo pun mempengaruhi, itu sangat sedikit. Tidak sampe lah membuat lelaki-lelaki ini terdampar sakit. Selembut apa pun hati lelaki, ia punya rasa gengsi dan kekuatan yang membuat ia tidak perlu menjadi cemen oleh perasaan. Berbeda sekali dengan kita yang mudah tersentuh perasaannya. Ketika sedang bahagia, bahagianya sampe semua anggota tubuh kita seolah-olah bisa tersenyum semua. Kalo sedang sedih juga kayaknya pingin nangis terus aja. ( idihh...analoginya ga bagus gitu ya? Hehe )

Nah kalo menuntut lelaki untuk sama seperti kita, ya ga bisa jeng. Meskipun mungkin rasa cinta si lelaki ga kurang banyaknya dengan wanita. Tapi ia ga sampe gegulingan berdarah-darah karena rasa kangen yang tak tersalurkan. Lelaki ingin juga segera nyamperin wanita ketika sedang kangen, sehingga tidak perlu menahan rasa yang mengharu biru (maaf ya tulisan kali ini sangat-sangat lebay). Tapi lelaki dewasa, yang sudah punya banyak urusan dan pekerjaan, tidak bisa langsung tancap gas semudah itu. Ia punya banyak pertimbangan, mana yang lebih penting, mana yang lebih baik untuk segera didahulukan dan mana yang bisa nanti-nanti. Dan nikmati saja, kelak kalo ia sudah jadi milikmu seutuhnya, ia juga akan seperti itu kok. Tidak langsung mendatangimu hanya karena kangen. Hahaha...

Maaf para lelaki yang membaca tulisan ini jika ternyata pendapat saya salah. Hehe...

2 comments:

  1. lelaki memang pny gengsi yang luar biasa dalam ke-dingin-annya..

    ReplyDelete
  2. Iya betul,setuju sekaliii...haha

    ReplyDelete

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena