cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Friday 28 June 2013

Warisan Keluarga

Warisan yang saya dimaksud di sini bukan warisan berupa benda berharga atau uang, tapi warisan mainan dan pakaian. Istilah di keluarga saya sih lungsuran. Lantas apa yang membuat lungsuran ini istimewa? Bukannya warisan mainan dan pakaian itu hal yang biasa ya? Dari adik ke kakak, dari anak kita ke ponakan, dan lain sebagainya yang satu generasi atau hampir seumuran.

Tapi jika warisan ini dari ayah ke anaknya atau dari om ke ponakannya, saya menyebutnya istimewa. Kenapa? Karena mereka terpaut umur yang sangat jauh, puluhan tahun. Membayangkan barang-barang anak kita akan kita wariskan untuk cucu kita kelak rasanya kok jauuuhhh sekali ya. Ga kebayang gitu. Kalo cuma disimpen untuk diwariskan ke adiknya nanti sih masih mungkin lah ya. Tapi kalo untuk anak dari anak kita, ah saya pasti udah males liat barang-barang itu menuh-menuhin rumah. Kalo masih bagus ya dikasih ke orang ato disumbangin, tapi kalo udah ga layak ya dimusnahkan. 

Padahal dengan menyimpan dan mewariskan barang-barang ke generasi berikutnya ternyata bisa mengulik kembali cerita indah masa lalu lho. Ada unsur nostalgia, mengenang sejarah, mengingatkan betapa orang tua kita dulu sangat menyayangi kita. Dan itu yang terjadi pada ibu mertua saya. Salut, dua jempol buat beliau.

Ibu mertua saya menyimpan dengan sangat baik mainan, pakaian, selimut, perlak, dan sarung yang dulu dipake suami saya dan adiknya. Memang tidak semuanya karena yang sudah rusak tentu sudah beliau buang, tapi masih cukup banyak. Dan kini barang-barang tersebut diwariskan kepada anak saya, Edsel. Bagaimana keadaannya? Masih bagus dan layak untuk dipake! Dan anehnya Edsel sangat suka dan nyaman banget dengan barang-barang lungsuran ayahnya. Mungkin merasa ada ikatan batin di antara mereka. Anak ayah memakai barang yang sama dengan ayah waktu anak-anak. Hehe... 

Dan ketika kami berkumpul di saat Edsel bermain dan memakai barang-barang warisan itu, suasana menjadi menyenangkan. Ibu mertua bercerita tentang sejarah barang-barang itu, tentang suami saya dan adiknya, kemudian ayah mertua menimpali, suami tersenyum bahagia, saya mendengarkan dengan asyik, dan Edsel ikut tertawa mendengar cerita masa kecil ayahnya. Ahh... hangat sekali. 

Memang barang-barang tersebut sudah sangat ketinggalan modelnya. Ya iyalah, sudah 28 tahun yang lalu. Tapi kita sante-sante aja, ga takut dikatain orang pelit. Lha gimana mo bilang pelit wong ini kan pemberian orang tua sebagai wujud kasih sayang. Dan yang perlu dicatet, ibu mertua saya kalo nyumbang ke orang yang membutuhkan, ga ngasih yang bekas, dia belikan yang baru. Hebat kan?

Nah, jadi Edsel ini dari bayi sebagian barang-barangnya ya udah biasa pake bekas ayah dan omnya. Popok, baju, celana, selimut, itu dari generasi ke generasi. Sampe sekarang usia 2 tahun masih ada aja barang-barang yang 'dikeluarkan' ibu mertua dari lemari ajaibnya. Baju, sarung, boneka. Hehe... 

Ga tahu sampe umur berapa Edsel masih menerima warisan-warisan itu. Kayaknya di setiap fase umur anak saya, ibu selalu punya barang warisan dari suami saya dan adiknya.




gambar: sebagian barang-barang warisan itu

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena