Pernahkah kalian berbeda prinsip dan pemikiran dari yang lain? Pernahkah tindakan kalian berbeda dari yang umum dilakukan orang-orang di lingkungan kalian? Saya cukup sering! Jangan ditanya bagaimana perasaaan saya ketika mereka 'menghukum' saya karena saya berbeda. Saya termasuk orang yang sensitif, cukup mudah ‘sakit’
jika merasa ‘disakiti’, walaupun memang perasaan itu cuma dipendam aja, tidak pernah
ditampakkan.
Inilah beberapa daftar tindakan saya yang dianggap ‘nyleneh’
oleh orang-orang di sekitar saya :
1. Waktu kecil, jika bisa memilih, saya
lebih memilih dibelikan buku atau majalah dibanding mainan.
Akibatnya : saya sering diolok-olok bukan hanya oleh teman sepermainan tapi juga orang dewasa bahwa saya anak yang
cemen/lemah (ga ngerti juga apa hubungannya lemah dengan suka buku, ada yg
tahu?)
2. Kelas
2 SMA saya memutuskan untuk berhijab. Jaman-jaman itu (sekitar tahun 2002) belum
banyak yang pake jilbab.
Akibatnya : Ibu tidak setuju saya mengenakan jilbab, menurut beliau jilbab
itu identik dengan aliran sesat. Uang saku saya distop selama beberapa bulan. Selama
itu pula Ibu pun tidak mau berbicara kepada saya. Saya didiemin! Jika saya keluar rumah, semua tetangga memandang saya
dengan tatapan yang aneh, takut jika saya membawa pengaruh buruk.
3. Setelah
melahirkan Edsel saya keukeuh menyusui, memberikan ASI eksklusif. No sufor! Meski
saya harus ngantor sekalipun.
Akibatnya : Mungkin ini ‘hukuman’ paling berat yang harus saya terima. Saya sering bersitegang dengan keluarga besar (saya tinggal dengan ortu
dan rumah kami berdekatan dengan sodara-sodara yang lain) saya dianggap
gila karena menabung ASI di kulkas. “Idih ASI kok disimpen, jijik ah, basi, ga bagus
buat bayi”. Belum kalo Edsel sering kebangun tengah malam, katanya itu tandanya
air susu ibunya kurang, harus disambung sufor.
Di kantor juga ga surut dari ‘hukuman’. Tiap kali saya mau pumping,
waahh..rame-rame deh temen-temen yang laki-laki pada ngledekin yang jorok-jorok. Lagi mompa di dalam aja
(saya pinjem kamar tukang kebun untuk pumping ) dari luar tuh pada
teriak-teriak godain. Kebayang ga sih perasaan saya?
4. Semenjak
Edsel mulai MPASI, tidak pernah sekalipun saya memberikan produk instan. Semuanya homemade, buatan tangan saya sendiri.
No garam, no gula! Cemilan pun saya sendiri yang membuatkan. Kukis, pudding,
cake, jus, semuanya fresh dari dapur sendiri. Jadilah Edsel tidak pernah kenal
makanan instan macam P*OM*NA, S*N, M*LNA, dsb. Sampai hari ini pun saya masih
masak sendiri makanan untuk si Ed.
Akibatnya : Lagi-lagi saya dicap ibu yang aneh. Tidak ada sejarahnya bayi
tidak makan bubur dan biskuit pabrikan. Omongan nyinyir tetangga? Tiap hari
saya rasain. Sindiran halus sodara? Tiap hari saya denger.
5. Saya
tidak pernah tergopoh-gopoh memberi obat
jika saya, suami, maupun Edsel sakit. Saya observasi dulu sakitnya, pelajari,
dan berikan treatment yang sesuai (jika memang butuh obat atau perlu dibawa ke
dokter ya kasih, jika tidak ya beri treatment yang lain).This is RUM!
Alhamdulillah dari si Ed lahir sampai detik ini (22 bulan) belum pernah
sekali pun dia minum obat. Bukan saya anti-obat, tapi memang Edsel jarang
banget sakit. Kalaupun sakit ya cuma common cold yang tidak perlu obat.
Akibatnya : Saya adalah ibu yang sadis, itu imej yang dilekatkan pada
diri saya hingga saat ini. Hahaha… Ibu
dan Bapak saya sampe geleng-geleng kepala jika cucunya panas, tapi ayah dan
ibunya masih anteng ngukur suhu dan browsing di internet.
Dengan semua akibat-akibatnya, apakah saya kapok untuk menjadi
berbeda?Never! saya tetap tegap melangkah dengan pede. Saya yakin selama
melakukannya dengan dasar ilmu yang cukup dan berjalan di atas koridor yang
benar, tidak ada salahnya berbeda. Bukankah orang-orang hebat, yang hingga hari
ini namanya ditulis dengan tinta emas oleh sejarah adalah orang-orang yang
memiliki pemikiran yang berbeda dari orang kebanyakan? Bukankah para perintis
memang selalu menemui jalan terjal sebelum langkahnya diikuti banyak orang?
Tulisan
ini bukan untuk menunjukkan bahwa saya sehebat orang-orang hebat itu, atau saya
layaknya perintis yang membawa pemikiran baru. Bukan! Saya mah bukan apa - apa, saya juga cuma pengekor kok, pengekor hal yang mungkin belum populer dan belum bisa diterima di lingkungan saya. Ini cuma sekedar
penyemangat bagi saya ketika saya minder dan takut menjadi diri sendiri. Dan lebih
– lebih ini adalah pesan untuk Edsel-ku tersayang, kelak Nak jika kau sudah
bisa membaca tulisan ini, yakinlah : tidak perlu takut untuk menjadi berbeda. Pede
saja dengan pemikiran dan prinsipmu, selama itu tidak bertentangan dengan
koridor kebenaran. Orang – orang luar biasa selalu lahir dengan gagasan yang tak
biasa.
berbeda yang baik...
ReplyDeleteThanks. Selalu ada 'tumbal' untuk sesuatu yang berbeda, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
ReplyDelete