By dr. Fransisca Handy, SpA, IBCLC
dicopas dari AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)
Air susu ibu (ASI) tidaklah asing lagi ditelinga kita dan semua orangtua yang mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat pasti berharap dapat memberi ASI pada bayinya sesuai dengan standard emas pemberian makan pada bayi. Namun apakah yang dimaksud dengan penggunaan obat rasional (POR)? Apa hubungan ASI dengan POR ?
dicopas dari AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)
Air susu ibu (ASI) tidaklah asing lagi ditelinga kita dan semua orangtua yang mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat pasti berharap dapat memberi ASI pada bayinya sesuai dengan standard emas pemberian makan pada bayi. Namun apakah yang dimaksud dengan penggunaan obat rasional (POR)? Apa hubungan ASI dengan POR ?
Tahukah ayah ibu sekalian, bahwa menggunakan obat secara rasional
pada bayi di saat sakit ternyata amat membantu agar manfaat ASI dapat
benar-benar optimal diperoleh sang bayi?
Mari kita telaah apa saja yang ada dalam standard emas makanan bayi.
Yang pertama tentu Inisiasi Menyusu Dini. Selama proses IMD bayi
diletakkan di dada ibu, bersentuhan kulit dengan kulit dan ketika bayi
mulai berusaha mencari dia akan menjilati kulit dada dan payudara
ibunya. Apakah yang didapat sang bayi dari kulit ibu: bakteri baik. Ya,
di kulit kita terdapat jutaan sel bakteri baik yang melindungi kulit
agar bakteri jahat dan jamur tidak tumbuh. Bakteri baik ini akan masuk
ke dalam usus bayi dan berkembang biak di sana, melindungi bayi dari
penyakit diare akibat bakteri jahat. Terlebih bila sang bayi lahir
secara normal, ada begitu banyak bakteri baik di sepanjang jalan
lahirnya. Setelah IMD, tentu dilanjutkan dengan ASI eksklusif selama 6
bulan. Setiap kali menyusu pada payudara, tentu bayi mendapat asupan
bakteri baik tembahan baik lewat sentuhan mulut bayi dengan payudara
maupun lewat ASI itu sendiri. Zat kekebalan yang dibawa ASI tentu bukan
hanya bakteri baik, tapi ada aneka sel darah putih dengan macam-macam
fungsi dalam jumlah berlimpah mulai dari anti-in26feksi, anti radang,
pelapis usus, anti alergi dan sebagainya. Setelah berusia 6 bulan, bayi
mulai mendapat makanan pendamping alami. Apakah yang terkandung dalam
makanan pendamping alami yang tidak akan terdapat dalam makanan olahan
pabirk? Enzim, vitamin dan mineral alami yang juga punya daya
perlidungan luar biasa bagi bayi.
Sekarang, mari kita telaah perjalanan kesehatan bayi kita. Secara
umum ketika usia 6 bulan, bayi akan mulai sakit ringan yang ditandai
dengan gejala seperti batuk, pilek, demam dan diare atau muntah. Hal ini
disebabkan oleh zat kekebalan dari ibu yang telah mulai menurun
kadarnya, ASI yang mulai tergantikan dengan makanan pendamping ASI serta
mobilitas / pergerakan bayi yang mulai meningkat. Batuk, pilek, demam
dan diare dialami semua bayi karena ini adalah bagian dari tumbuh
kembang bayi. Coba kita perhatikan di sekitar kita, adakah balita di
atas usia 6 bulan yang sama sekali tidak pernah batuk pilek demam dan
diare?
Namun, apakah yang umumnya terjadi pada bayi di saat ia sakit?
Orangtua akan membawanya ke fasilitas kesehatan (dokter atau bidan) dan
sepulang dari dokter / bidan orangtua akan dibekali dengan satu atau
lebih obat. Puyer berisikan beberapa obat yang disatukan disertai sirup
anti demam umumnya diberikan. Antibiotik tak lupa disertakan, dapat
disertakan dalam puyer atau pun dalam bentuk sirup yang terpisah.
Lihatlah 2 contoh resep di bawah ini:
Resep yg sisi kiri diberikan pada bayi 1 bulan, ASI eksklusif, dgn
keluhan “flu”. Resep sisi kanan diberikan pada bayi 3 bulan, ASI
eksklusif, dengan diare akut, tanpa perdarahan. Rasionalkah? Kedua
resep puyer ini mengandung Luminal, obat anti kejang, untuk apa bayi
batuk pilek atau diare dapat obat anti kejang? Efek sampingnya amat
berbahaya: perlambatan irama jantung, tekanan darah rendah, henti napas
dan depresi sistem saraf pusat. Rewel bukan indikasi pemberian obat anti
kejang, rewel lumrah terjadi saat sakit, tenangkan dengan menyusui.
Kedua resep ini juga mengandung antibiotik (eritrhomycin dan nifural)
yang sama sekali tidak diperlukan. Obat-obat lain dalam resep ini juga
tidak ada pada pedoman batuk pilek dan diare tanpa perdarahan.
Gejala batuk pilek demam dan diare sebagian besar disebabkan oleh
virus. Virus ini pada umumnya adalah self limiting disease atau sembuh
sendiri. Sementara antibiotik HANYA dapat mematikan atau melemahkan
bakteri, bukan
virus. Antibiotik tidak dapat mengenali mana bakteri baik dan mana yang
jahat, sehingga bakteri baik akan selalu ikut dihantam oleh antibiotic
yang dikonsumsi anak kita. Sia-sia lah usaha mengumpulkan bakteri baik
dari proses IMD dan ASI eksklusif. Semakin sering anak minum
antibiotik, semakin sering ia sakit, karena berkurangnya bakteri baik
yang membantu pertahanan tubuh. Penggunaan antibiotik secara tidak
rasional juga menyebabkan timbulnya resistensi atau berubahnya sifat
bakteri menjadi tahan terhadap antibiotik sehingga suatu saat kita dapat
kembali ke era sebelum antibiotik ditemukan. Antibiotik menyelamatkan
hidup, maka kita harus menyelamatkan antibiotik dengan menggunakannya
secara rasional. Bila tidak ada indikasi untuk pemberian antibiotik,
STOP segera, tidak ada isitilah “terlanjur minum antibiotik”, sebaliknya
bila memang ada indikas taati aturan minumnya dengan baik.
Ayah dan ibu sekalian, batuk pilek demam dan diare sampai tahap
tertentu sesungguhnya adalah cara tubuh untuk bertahan ketika virus
masuk ke dalam tubuh (infeksi virus). Batuk menjaga supaya jalan napas
bersih dari lendir yang dihasilkan lebih banyak ketika ada infeksi virus
dan batuk juga menjaga supaya kuman baru tidak masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan di saat tubuh sedang berusaha melawan virus
yang sudah masuk. Begitu juga dengan pilek, tubuh berusaha mengeluarkan
virus melalui lendir yang diproduksi hidung. Pilek yang mulai
kehijauan sama sekali tidak berarti bahwa ada infeksi bakteri.
Kehijauan semata-mata karena banyak sel darah putih yang terkandung
dalam lendir yang bereaksi dengan oksigen yang terjadi justru di akhir
masa sakit atau dalam proses penyembuhan. Bila hidung tersumbat, ASI
dapat diteteskan pada lubang hidung untuk membantu mengurangi sumbatan
karena ASI mengandung anti infeksi dan anti radang.
Bagaimana dengan demam ? Demam adalah tanda bahwa pertahanan tubuh
sedang bekerja. Setiap kali ada kuman masuk ke dalam tubuh, secara
otomatis tubuh akan bereaksi dan reaksi ini menghasilkan zat yang
menyebabkan suhu tubuh naik. Suhu tubuh yang naik ini juga membuat sel
pertahanan tubuh dapat bekerja lebih optimal. Oleh karena itu kita tidak
disarankan untuk mengobati demam yang ringan agar masa sakit dapat
berlangsung lebih singkat karena tubuh diberi kesempatan untuk melawan
si kuman. Benar bahwa demam dapat menyebabkan dehidrasi dan kejang, oleh
karena itu perlu dipantau, diberi cairan lebih banyak (ASI lebih baik),
dikompres hangat dan diberi obat demam hanya bila suhu di atas
38,5&derC (pada anak usia 1 tahun atau lebih). Diare akut tanpa
perdarahan umumnya disebabkan juga oleh virus. Diare membantu tubuh
membuang virus yang masuk, sehingga pemberian anti diare pada anak
tidaklah dianjurkan oleh WHO. Tata laksana diare yang utama adalah
mengganti cairan yang keluar. ASI adalah pengganti cairan terbaik,
oralit dapat diberikan jika diperlukan.
Pedoman tata laksana kasus bagi dokter maupun bidan dan perawat
sebenarnya telah lama ada. WHO telah mengenalkan Manajemen Terpadu
Balita Sakit untuk bidan dan perawat. Untuk dokter WHO telah mengenalkan
Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Sebetulnya dengan
mematuhi pedoman yang ada, rasionalitas tata laksana yang dilakukan
tenaga kesehatan dapat lebih terarah. Namun, hal ini juga memerlukan
kerjasama dari para ayah dan ibu. Tekanan kepada tenaga kesehatan untuk
memberikan resep, terutama resep tertentu seperti antibiotik atau puyer
atau vitamin botolan kerap terjadi (vitamin jauh lebih baik yang
berasal dari ASI dan buah bukan?). Tahukan ayah ibu, bahwa Indonesia
adalah satu-satunya Negara yang masih meresepkan obat berbentuk puyer.
Puyernya sendiri tidak terlalu masalah, yang berbahaya adalah praktik
mencampur aneka obat menjadi satu yang belum tentu diperlukan bayi kita.
Padahal berdasarkan pedoman untuk tata laksana kasus-kasus ringan yang
saya ceritakan di atas tidak memerlukan peresepan apapun, kecuali untuk
obat anti demam bila ada indikasi. Setiap kunjungan ke tenaga
kesehatan, pastikan buah hati kita mendapatkan hanya yang terbaik.
ASI adalah investasi yang luar biasa bagi kesehatan dan tumbuh
kembang anak kita, jangan sampai penggunaan obat yang tidak rasional
merusak investasi ini. Mari kita bersama mengusahakan agar setiap anak
Indonesia mendapatkan semuanya serba Standard Emas, tidak saja soal
feeding, tapi juga ketika sakit dia mendapatkan tata laksana yg
berstandar emas: bedasarkan pedoman, berbasis bukti yang kuat. Hanya
yang terbaik yang pantas kita berikan bagi anak-anak kita bukan ? Hidup
ASI, Hidup POR !!
ah artikel yang mencerahkan
ReplyDeleteartikel bagus sayang saya terlambat membacanya padahal anak saya baru sembuh dari sakit
ReplyDeleteTidak ada kata terlambat untuk sebuah ilmu bermanfaat pak. Yuk, semangat belajar.
ReplyDelete