gambar diambil dari sini |
JANGAN PERNAH KALAH !
kalau harus kalah, kalahlah dengan gagah dan indah...
“Jangan pernah
kalah. Kalau harus kalah, kalahlah dengan gagah dan indah”. Kalimat yang pernah
diucapkan Putu Wijaya dalam salah satu drama monolognya itu selalu berhasil
meneror mental saya, dan selanjutnya membuat semangat saya terasa gila. Saya merasa
malu untuk kalah. Kalah pada rasa malas, kalah pada rasa lelah, kalah pada
hal-hal sepele yang sering membuat kita takut gagal. Saya boleh kalah, tapi
sesudah perjuangan yang keras dan doa yang tak kenal lelah. Inilah kekalahan
yang gagah dan terlihat indah.
Mental
Pejuang
Perjuangan
itu bukan tanpa peluh, dan tidak ada keberhasilan yang berharga murah. Maka
seharusnyalah kita berusaha segenap yang kita bisa, maksimalkan potensi dan
kekuatan. Ini sudah harga mati, tak bisa ditawar-tawar lagi.
Mengapa
harus takut pada rasa lelah, gentar pada kegagalan? Tak perlulah kita
merisaukan hasil akhir. Hanya menambah beban pikiran dan membuat
“itung-itungan” dalam berusaha. Itu urusan Tuhan, semata-mata policy-Nya.
Berusaha saja semaksimal mungkin, nikmati proses demi proses. Proses itu yang
akan membuat kita semakin kuat, berani, dan matang. Jika kita berhasil, memang itulah
yang hendak kita raih dan wajib kita syukuri. Pun jika kegagalan yang
(lagi-lagi) kita temui, apa ruginya? Kita sudah mendapatkan banyak hal ketika
mengusahakannya. Ganjaran tertinggi untuk usaha seseorang bukanlah apa yang
mereka dapatkan dari usahanya, tapi perubahan diri mereka akibat usaha itu. Kegagalan
adalah salah satu proses sebelum berhasil, dan ia adalah pembelajaran ampuh
yang menempa mental dan kecerdasan kita.
Bergegas
dengan cerdas
Niat
terpatri, semangat terpompa. Maka segeralah konkretkan niat dan semangat itu. Segera lakukan apa yang
harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita kita. Menunda-nundanya sama dengan
menggembosi sedikit demi sedikit optimisme kita. Inilah yang harus kita
waspadai. Tanpa optimisme, langkah kita akan kehilangan “ruh” yang berdampak
pada usaha yang hanya asal-asalan. Jadi, bergegaslah, bersegera! Jangan menunda
esok hari apa yang bisa kita kerjakan harini.
Bergegas
bukan berarti tancap gas tanpa persiapan, tanpa melihat situasi, tanpa
perhitungan. Kita hendak berjuang, kawan! Semangat saja tanpa bekal adalah
perjuangan membabi buta yang terkadang melelahkan, namun rentan kegagalan. Di
sinilah bergegas dengan cerdas diperlukan. Kenalilah apa yang hendak kita
hadapi, dan pelajarilah! Ini akan sangat membantu untuk menentukan apa yang
hendak kita persiapkan. Pejuang yang cerdas adalah pejuang yang bisa memilih
mana yang perlu dijadikan bekal dan mana yang tidak. Efisiensi seperti ini akan
membuat kita fokus, bukan berkutat dengan kesibukan-kesibukan yang mubazir.
“Berdoalah,
niscaya Aku kabulkan”
Keberhasilan
bukan melulu perkara takdir, bukan pula terbatasi IQ atau fisik yang bagi
sebagian orang tidak sesempurna yang lain. Kita tidak bisa menggugat Tuhan atas
pemberian-Nya. Hanya kekerdilan jiwa kita yang selalu menganggap
ketidaksempurnaan adalah kekurangan. Padahal segala yang ada pada diri kita
sudah terukur dengan ukuran-Nya, ukuran yang terbaik.
Sering
kita jumawa, enggan untuk meminta, malas untuk mengadu. Seolah-olah usaha kita
sudahlah segalanya. Padahal kita diperintahkan untuk membarengi usaha dengan
doa, bukan melakukan satu di antara keduanya. Padahal janji Allah telah pasti :
“Berdoalah, niscaya Aku kabulkan”.
Panjatkan
permohonanmu kepada Allah, katakan semua keperluanmu, mintalah semua yang kamu
inginkan, dan adukan semua masalahmu. Ia akan mengatasi semua itu. Terkabulnya
doa kita tidak persis sama dengan apa yang kita minta. Dia memberikan yang
terbaik untuk kita, bukan yang menurut kita baik.
Berusahalah
dengan segenap yang kita bisa, meminta belas kasihan pada-Nya dengan segenap
kerendahan hati kita. Dan tunggulah hasilnya. Biar Dia yang memutuskan hasil
yang paling pantas untuk kita dapatkan. Kita tak akan pernah dirugikan, barang
setitik pun!!
great mom, tulisan yang bagus dan menginpsirasi :)
ReplyDeleteSekedar sharing, mudah-mudahan berguna.
Delete