Berapa bulan engkau mengayun dia di rahimmu yang hangat?
Berapa bulan kini engkau merengkuhnya di bahumu yang kukuh?
Dengan segala letih yang engkau berikan
Dengan segala menit yang engkau persembahkan
Dengan segala daya yang engkau pertaruhkan
Dia tetap bukan milikmu ....
Dia milik Sang Maha Memiliki
Sungguh engkau hanya diberi waktu untuk meminjamnya
Untuk dijadikan sarana di antara dua : surga atau neraka
Pintu mana hendak kau tuju?
Jika melihat postingan tentang Edsel di umur 4 tahun di tahun 2015 kemarin, maka akan keliatan perbedaannya dengan sekarang. Edsel sekarang berbeda, sudah berbeda.
Di tanggal 8 Maret kemarin, sulung saya ini berusia 5 tahun. Melihatnya sekarang seperti melihat ratusan frame yang diputar ulang melewati waktu yang tidak mudah, namun membahagiakan. Edsel adalah pertaruhan kami dengan segala teori yang kami yakini, yang seringnya bertentangan dengan orang-orang lain. Jangan lupa, kami tinggal di kampung yang mana sesuatu yang berbeda sering dianggap keliru.
1. Edsel sudah lebih bisa mengelola emosi. Maka jarang lagi ada suara teriakan dan tangisan yang dulu hampir setiap hari terdengar dari rumah kami. Bukannya sekarang sudah tidak pernah, tapi jarang sekali.
2. Sudah tidak nonton film lagi sebagai syarat untuk tidur malam. Aktivitas nonton ini hanya kami jadikan ritual malam minggu. Di luar waktu itu, tidak ada nonton. Bahkan kalo dia ketiduran karena siangnya tidak tidur, maka dia harus menunggu malam minggu depannya lagi untuk bisa nonton. Ini memang sengaja diatur oleh suami saya karena kegemaran nontonnya Edsel sudah tidak positif lagi. Dia jadi melewatkan permainan lain karena sibuk nonton setiap malam. Kami juga mengkhawatirkan kesehatan matanya juga sih.
3. Jika dulu melihat TV sempat juga jadi hobinya setiap pagi bangun tidur, sekarang tidak ada lagi nonton TV. Alhamdulillah. Ini gara-gara TV kami rusak, dan saya sengaja tidak memperbaikinya. Biar saja. Terus terang saya mengkhawatirkan pengaruh buruk film, meski film anak-anak tapi banyak sekali adegan kekerasan yang ada di dalamnya. Belum iklan-iklan maupun cuplikan film dewasa yang ada di sela-sela tayangan itu. Saya sih berdoa semoga tidak ada orang lain di keluarga saya yang nekat memperbaiki TV rusak ini.
4. Edsel masuk
TPA. Lompatan, bener-bener lompatan. Memang jika dibandingkan dengan anak-anak
seusianya Edsel termasuk terlambat. Anak lain udah kapan tauk masuk TPA, tapi
Edsel baru akhir-akhir ini. Dan itu atas inisiatif sendiri. Ya sudah lah, kami
memang ga pernah memaksa karena pasti dia berontak dan hasilnya pun ga maksimal.
5. Edsel sekolah. Bukan sekolah beneran sih, karena
dia cuma ‘kami titipkan’ Uti yang ngajar di TK. Dia cuma mendengarkan,
belum mau ikut mewarnai, menggambar, dan
lain-lain. Belum pake sragam karena belum daftar resmi, tapi pake sepatu.
Lumayan sih, sudah ada perubahan dari sebelum ikut sekolah. Ada tambahan knowledge juga.
6. Masih tetap tidak suka menyanyi. Tapi suka
berdendang sendiri.
7. Masih tetap suka bermain peran, dengan dia
sebagai pembuat cerita. Jalan ceritanya semakin kompleks dari waktu ke waktu.
8. Masih tetap hobi ‘menciptakan’ sesuatu. Entah itu dari
balok-balok lego maupun dari plastisin. Dengan bentuk yang semakin bervariasi
dan rumit. ‘barang-barang’ ciptaannya ini kemudian akan dibuat cerita. Sampe hari ini sepertinya menciptakan sesuatu dan membuat cerita itu adalah hobinya yang tak lekang oleh waktu.
9. Kalo makan spagheti dia mau makan
sendiri sampe titik penghabisan. Bahkan kalo lagi buru-buru, dia tetep ga mau disuapin. Eh kalo nasi dia masih kesusahan kalo makan
sendiri.
10. Edsel sekarang lebih sabar, lebih bisa dikasih tahu dan dikasih nasihat. Dia juga sudah lebih ramah pada orang baru.
Pingin banyak update tentang anak-anak di blog ini, tapi waktunya itu lho! Padahal selain banyak hal di atas, banyak cerita tentang Edsel yang bikin kita bangga, terharu, atau malah pingin jambak rambut sendiri. Ahay... .kopi manisku, selamat ulang tahun ya. Jadi anak shalih ya.
0 comments:
Post a Comment